Tuesday, October 8, 2013

JANGAN DISUAPIN

oleh : Oesman Doblank


PAS main ke rumah teman SMU yang cukup lama tak jumpa, Maryati yang baru sampai di teras langsung tercengang karena melihat Mira, sedang nyuapin putrinya yang berusia sekitar tiga tahun.

"Kenape lu tercengang? Emang di rumah gue lu ngeliat kuntilanak?" Tanya Mira

"Gue tercengang bukan ngeliat kuntilanak. Tapi, ngeliat tingkah laku lo yang sok sayang anak." sahut Maryati

" Halllooooo... memang salah kalo seorang ibu sayang sama anak?" Timpal Mira

"Di zaman sekarang, bukan salah. Tapi keliru, Mir. Anak lo kan udah geude. Suruh dia belajar makan sendiri. Soalnya, anak gue yang baru setahun aja udeh gue suruh makan sendiri," kata Maryati

"Dassar lo nya aja yang kagak sayang sama anak dan malas nyuapin," Mira malah ngekik rekannya.

" Miraaa... Miraaaa.... Lo emang nggak kepingin anak lo jadi pejabat?" Tanya Maryati.

" Eh Mar... gue bukan cuma kepengen anak gue jadi pejabat. Sebab, harapan gue, nih anak mesti jadi presiden. Biar rakyat Indonesia lebih cepat jadi sejahtera "

" Harapan lo sungguh sangat hebat, Mir. Cuma, kalo terus lo suapin, waktu dia mulai merintis karir sudah langsung berani nyuap. Pas jadi pejabat, yang dia harap bukan prestasi. Tapi, terus menerus terima suap. LO emang kepengen punya anak yang pas jadi pejabat hobi terima suap," tegas Maryati.

"Oooh gitu, yaa," sergah Mira, yang setelahnya membujuk anaknya agar mulai makan sendiri agar nanti setelah jadi pejabat tidak kangen sama yang namanya suap


Monday, October 7, 2013

ADA CERITA (23)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH TIGA


          Pak Sadikin juga menjelaskan, yang dia lakukan bukan untuk membuat malu atau merongrong kewibawaan Marwan sebagai suami. Juga bukan untuk  mengambil hati dan mencuri perhatian Marwan.
         “ Saya hanya sebatas  memberitahu, bahwa ada yang harus terus menerus diperjuangkan oleh para suami, sampai sang isteri paham kalau suami itu imam dan wajib ditauladani bila apa yang dikatakan suami sesuai dengan yang dilakukannya. Karena jika sebaliknya, kita sebagai suami belum layak disebut imam untuk isteri dan anak kita”
          Jadi, tambah pak Sadikin, “ Dik Marwan harus  mengetahu apa yang dilakukan isteri saat dik Marwan pergi meninggalkan rumah dan sampai sore bekerja di kantor. Dengan begitu,  akhirnya bisa lebih cepat mengerti, apa yang dik Marwan harus  lakukan, setelah membuktikan sendiri tentang apa yang selama ini dilakukan oleh isteri. Boleh  jadi selama di kantor kita hanya menyangka isterinya full ada di rumah “
         “Itu sebabnya, saya mengundang bapak agar bisa berbincang dengan leluasa, bisa menimba dan menggali pengalaman dari bapak. Dan, sepertinya saya harus banyak belajar dari bapak.”
         “ Saya ini, nggak ada apa-apanya, dik Marwan. Malah, menurut saya, dik Marwan sangat luar biasa. Jarang, lho, suami seperti dik Marwan”
         “ Jarang bagaimana, pak ?”
         “Begini, lho, dik Marwan. Kebanyakan suami, malah tak suka, bila ada orang lain mengabarkan tentang kekurangan isterinya. Malah, ada yang langsung marah. Alasannya, macam-macam. Ada yang karena merasa paling sayang dan paling tahu siapa isterinya.
        Ada yang karena tak ingin orang lain ikut campur tentang masalah  rumah tangganya. Bahkan, ada yang karena merasa malu, malah membela isterinya dengan cara yang membabi buta. Sedangkan dik Marwan, tak cuma lapang dada. Tapi, juga sangat apresiatif.
        Bapak yakin, dik Marwan memang ingin berumah tangga, tapi rumah tangga yang benar-benar sakinah. Tidak seperti kebanyakan masyarakat kita, ingin rumah tangga yang sakinah, tapi tak pernah mau berbenah. Malas merajut keharmonisan, dan enggan menyelaras kan tujuan “
        Tentu saja Marwan menyimak dengan serius dan memanfaatkan pertemuannya dengan pak Sadikin deng an sebaik-baiknya. Dengan begitu, ia tak hanya dapat info. Tapi, juga dapat banyak pelajaran. Dan, ia juga ja di mengerti, mengapa banyak ibu-ibu yang tidak beker ja, jadi lebih suka ngegosip. Mengapa banyak ibu-ibu di komplek Mulia Sejati Indah, begini dan begitu.
         Juga tahu, mengapa banyak bapak-bapak di komplek,  tiap malam lebih suka ngumpul sampai pagi ha nya untuk banting kartu domino–main gapleh, dan ma in remi. Mereka tak peduli, apakah isterinya yang tidur sendirian di kamarnya, merasa gelisah karena sepanjang malam hanya memeluk guling dan hanya ditemani oleh sang sunyi.
         Bapak-bapak yang sepanjang malam hanya asyik dengan kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri, juga tak tahu sama sekali, apakah anak-anaknya bisa lelap tertidur atau gelisah, karena di rumah hanya bersama ibunya.




Bersambung…..

Tuesday, September 24, 2013

ADA CERITA (22)

NYANYIAN HATI

Oleh : Oesman Doblank



DUA PULUH DUA



          Marwan bukan tidak kaget. Terlebih dirinya selalu merasa sebagai manusia yang juga suka keliru. Tak heran jika Marwan sempat kesetrum aliran emosi. Kalau saja Marwan tidak terlatih mengendalikan diri, boleh jadi Marwan langsung menanggapi dengan lebih emosi.
      Marwan  mengucap istighfar, berkali-kali. Lalu dia  menatap isterinya. Mirna yang nampaknya jengah, merasa serba salah bergegas bangkit dari duduknya. Bergerak cepat,  ke kamar. Meninggalkan Marwan yang justeru tak ingin mencegah apalagi mengejar. Ia  membiarkan Mirna ke dalam. Bahkan, tak meminta agar Mirna tidak menutup pintu kamar ketika Marwan mendengar suara karena Mirna  mengunci pintu kamar dari dalam.
           Marwan sama sekali tak bereaksi ketika Mirna mengatakan rela dicerai. Marwan yakin, dirinya tak berniat  menceraikan, meski dia berhasil menangkap basah sedang berada di luar rumah, padahal saat di telpon sedemikian mesra mengatakan dirinya sedang di rumah dan tengah menyiram kembang.  Marwan yang sesungguhnya sudah memaafkan Mir na, tidak  akan menanggapi apalagi memenuhi perkataan isterinya.
            Marwan yakin, ia yang tak berniat dan tak pernah mengatakan “ kau kuceraikan “, tak perlu mela kukan ini dan itu. Dia akan tetap menjaga dan membangun ikatan pernikahannya ke tingkat yang jauh lebih baik.  Marwan yakin, ia masih punya waktu, punya kesabaran dan masih punya keinginan kuat untuk  mem bimbing Mirna, agar menjadi isteri yang jauh lebih baik. Sebab, bagaimana pun, di balik kekurangannya Mirna masih menyimpan kelebihan. Di balik keburukannya, masih terlihat sinar kebaikan. Tak mungkin, Mirna tidak  punya niat untuk mewujudkan cita-cita bersama, membangun rumah tangga yang sakinah, mawahdah, dan warohmah.
            Seperti yang mereka niatkan saat akan dan saat akad nikah. Saat penghulu dan juga orangtua mendoakan untuk mereka yang kala itu menjadi sepasang mempelai. Sepasang pengantin  yang telah berikrar untuk saling menautkan fisik dan jiwa. Dan setelah terikat dalam pernikahan, sudah bbarang tentu siap   mengayuh biduk rumah tangga. Hanya, memang belum saling mengalami bagaimana mengatasi ketika gelombang masalah menerpa 
Marwan lalu mengirim  sms ke tetangganya, mengajak bertemu di sebuah rumah makan.  Marwan tak hanya  ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan keikhlasannya, memberi informasi yang bukan fitnah. Tapi, informasi yang mengandung begitu banyak faedah. Utamanya, tentang  informasi yang valid. Informasi yang membuat Marwan menyadari bahwa sebagai suami harus memberi perhatian lebih, sehingga prilaku isterinya tidak sampai terlanjur ke tingkat yang lebih parah .
 Informasi yang membuat Marwan, bisa cepat mendeteksi, berkesempatan  melakukan pencegahan sejak dini, berpeluang melakukan berbagai  perbaikan, agar dapat membangun rumah tangga yang harmonis, seperti yang didambakan setiap pasangan rumah tangga
            “ Kita, kan, bertetangga dan sesama hamba Al lah yang ingin tenang, damai dan bahagia dalam istana rumah tangga. Jadi, wajib untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan saya pribadi, hanya ingin mencari ridho Allah. Tapi, saya tetap harus waspada. Artinya, hanya kepada orang-orang tertentu saja saya berani melakukan hal seperti ini.
           Selebihnya, belum tentu saya berani menyampaikan informasi, meski faktanya jelas dan bisa dipertanggung-jawabkan, “ ujar  pak Sadikin, yang di rumah makan malah hanya memesan es susu dan makanan kecil 
            Marwan sama sekali tak memperlihatkan rasa bangga. Juga tak memperlihatkan perasaan puas karena berhasil memergoki Mirna yang tengah kumpul dengan geng rumpinya. Marwan juga tak menumpahkan rasa kesal pada pak Sadikin karena dia telah berhasil mengetahui ulah isterinya yang sungguh sangat menjengkelkan.
          Di saat berhadapan dengan  pak Sadikin, Marwan justeru menyalahkan dirinya. Dia mengakui kelalaiannya,  karena kurang perhatian dan sama sekali tidak mengontrol adanya perubahan tingkah laku Mirna. 
             "Sebagai suami, yang harus kita lakukan bukan menyalahkan apalagi menyudutkan isteri. Kita justeru harus melakukan introspeksi, agar di masa mendatang, jadi jauh lebih baik," kata Pak Sadikin yang dalam kesempatan bertemu dengan Marwan, tak ragu menyatakan rasa salutnya.
              "Sebab," ujar pak Sadikin, Marwan mampu mengendalikan diri meski saat itu ia pasti sangat emosi karena memergoki isterinya malah asyik ngerumpi di rumah tetangga, sedangkan suaminya pergi meninggalkan rumah dengan tujuan mulia, mencari nafkah


Bersambung…….

ADA CERITA (21)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


DUA PULUH



2
       

Marwan juga menegaskan kalau  dirinya tak mau lagi diperdaya. Dengan blak blakan Marwan mengatakan, kebohongan itu menyebalkan dan kebohongan Marni selain menyebalkan juga membuatnya jengkel. Terlebih, kemesraan Marni tidak seindah dengan kelakuannya. Sok mesra tapi kemesraan Marni  menelikung. Sok perhatian dengan mengucapkan selamat bertugas, tapi sebenarnya Mirna hanya ingin bergegas meninggalkan rumah untuk berkecipa kecipi bersama dengan ibu ibu yang kesemuanya memang seperti sepakat untuk membohongi suami. Kalau suami saja dibodohi bagaimana dengan orang lain?   
      
Menurut Marwan, apa yang dilakukan isterinya adalah perbuatan yang melecehkan suami, dan sama sekali menghargai suami, yang sejak pagi meninggalkan rumah, dan kalau pun dapat rezeki tak lain untuk memenuhi kebutuhan isteri, yang karena tak kerja tentu lebih pantas mengurus rumah dengan kreartivitas dan aktivitas yang mestinya membuat betah karena diperkokoh dengan aktivitas ibadah. 

Karena isterinya tetap membisu, Marwan semakin blak-blakan. Ia bilang, tak suka pada si kap Mirna, yang malah memperlihatkan ketidak-sukaan, dan bukan menunjukkan rasa penyesalan yang dalam. Padahal suaminya berhasil menyingkap kebohongan Mirna, berhasil menangkap Mirna, yang sedang menghabiskan waktu di rumah tetangga. Bukan untuk sesuatu yang positif. Tapi, hanya untuk membangun ke mudharatan

Meski begitu, dengan tetap tenang dan berusaha lemah lembut, Marwan menjelaskan,. Bersilaturahmi itu bukan ngerumpi. Tapi saling berkunjung dan bertemu untuk satu tujuan he bat. Mendapatkan dan meraih berbagai hal yang bermanfaat. Bukan untuk memperoleh hal hal yang malah mendatangkan mudharat.

Mendiskusikan berbagai masalah keseharian, baik tentang rumah tangga atau masalah lingkungan atau hal lain, juga harus obyektif dan dampaknya, selain harus positif juga ber manfaat bagi diri sendiri dan akan semakin bagus jika juga bermanfaat bagi orang lain.

“ Kalau memang perlu, saling berbagi resep masakan dan sekaligus mempraktekkannya. Jika isteri pandai masak, suami pasti lebih suka membudayakan hobi makan di rumah. Menik mati masakan isterinya, sambil berbincang, bercanda dan membangun keharmonisan , “ urai Marwan, yang tak menyesal menyampaikan, meski isterinya tetap diam.

Marwan sama sekali tak menyangka, jika  Mirna yang terus dan tetap diam, akhirnya bica ra. Entah karena emosi, entah lantaran ia tak su ka karena terus dinasihati suaminya. Yang je las, dengan setengah berteriak, Mirna malah bilang : silahkan ceraikan saya .




Bersambung…..

Wednesday, September 11, 2013

ADA CERITA (20)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


DUA PULUH

         Saat    meminta agar Mirna tidak mengulangi lagi kekeliruannya, Marwan terpaksa mengatakannya dengan agak keras. Dia juga mengingatkan agar isterinya tidak berakrab-akrab lagi dengan ibu-ibu, yang di saat suami pergi ke kantor, malah memanfaatkan waktu luang untuk bergibah. Kekeliruan semacam itu harus berakhir setelah Marwan mendapatkan Mirna tengah asyik bersama ibu ibu di rumah orang lain
         Namun Marwan menekankan kalau yang diinginkan sama sekali tidak berarti melarang isterinya bergaul. Dia justeru mendorong isterinya bersosialisasi dengan siapa saja, karena bergaul bukan hanya hak setiap insan. Tapi sekaligus kewajiban, agar satu sama lain saling mengenal dengan siapa saja dan berakrab akrab pun sangat tak salah, asal paham bahwa dalam bergaul, unsur saling memetik manfaat harus melekat dan satu sama lain dengan sadar harus saling mencerdaskan, saling mengajak ke jalan benar dan bukan malah mengajak ke jalan yang kelak membawa masalah. Bahkan, bisa membawa malapetaka.
          Jika proporsional karena cerdas dalam memilah dan memilih tentu yang kemudian dipetik dari pergaulan adalah manfaat bukan hal hal mudarat. Jadi, kalau dalam bergaul harus ada yang dikalahkan, tentu saja yang dimenangkan bukan keburukan. Tapi jika yang dimenangkan adalah kebenaran dan kebaikan, maka esensi bergaul jadi indah.
          Malah bisa jadi jalan untuk membangun akhlak terpuji dan menyingkirkan berbagai tipikal akhlak tercela.
          Marwan sangat berharap, agar Mirna menjadi isteri dan ibu serta perempuan yang tak hanya bisa dan pandai memilih Tapi juga bisa menginventarisir mana hal hal yang dipenuhi kebaikan yang benar dan mana hal hal yang di dalamnya hanya diwarnai oleh keburukan yang sampai kapan tetap mengandung ketidak-benaran.
          Dalam memilih, harus diketahui dan dipahami, mana pilihan yang seirama, senada, sepemikiran dan satu visi dan satu misi. Dan, kata Marwan,  itulah hak setiap hamba karena setiap orang yang mengaku beriman, harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan yang dianjurkan dan bukan perbuatan yang jelas jelas sangat dilarang.
          Ia tak berhak gaul dan berteman dengan siapa pun, yang beda dalam sikap dan beda dalam mengaplikasikan keimanan. Bukan karena dianggap salah atau keliru. Tapi, sangat tidak tepat, mengingat hati setiap orang yang beriman harus selalu terjaga dan terpelihari dari berbagai macam keburukan.
         Terlebih, sama-sama mengaku beriman dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jadi, konsekwensi logisnya bukan membangun akhlak tercela. Tapi melaksanakan seluruh perintah Allah dan mentaulagani Rasulullah, yang diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia.
          Padahal, hukum dan larangan Allah sudah sangat jelas dan semua difirmankan dalam Al Qur’an. Bahkan, begitu tegas. Dan aturan Islam, tak satu pun yang keras. Dan kita tak boleh salah kaprah dalam menafsirkan. Pasalnya,   yang sebenarnya  keras bukan aturan agama. Tapi hati manusia. Ketika hati manusia sudah dikendalikan oleh hawa nafsu, maka saat itu yang dia lakukan adalah apa yang diinginkan dan bukan apa yang dibolehkan.
          Ketika dorongan hawa nafsu semakin tak bisa dikendalikan,  kebanyakan manusia tak lagi menggubris mana yang boleh dan mana yang dilarang. Hal ini dengan mudah bisa terjadi karena semakin banyak manusia yang malah enggan melaksanakan perintah Allah. Meski tahu  semua kebenaran itu datang dari Allah dan telah ditetapkan oleh Allah sejak ribuan tahun silam, malah dianggap sebagai aturan yang membuat dirinya tidak leluasa melakukan yang diinginkan berdasarkan hawa nafsu.



Bersambung…….



Thursday, September 5, 2013

KAPAN TERSANGKA HAMBALANG DITANGKAP

oleh : Oesman Doblank


       ANGIN segar berhembus dari Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Tepatnya dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Di sana, Abraham Samad menjelaskan bahwa dalam beberapa hari ke depan KPK akan menahan para tersangka yang terlibat kasus Proyek Hambalang, yang berdasarkan hasil audit BPK, diketahui telah merugikan keuangan negara yang jumlahnya ratusan milyar rupiah
       Sebuah angka yang dalam dimensi kerugian negara sangat fantastis. Sebab, semula proyek tersebut hanya berkisar seratusan milyar lebih lalu didapuk menjadi proyek yang berbiaya lebih dari dua triliun dan ratusan milyar diantaranya bukan buat pembangunan pusat olahraga, melainkan untuk dikorupsi oleh mereka yang berkait erat dengan proyek Pusat Olahraga.
      Jika hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sangat membantu KPK untuk menahan mereka yang telah berbulan bulan ditetapkan sebagai tersangka, tentu, ini merupakan kabar yang menggembirakan karena jika dilaksanakan tanpa hal lain kecuali bukti yang kuat, masyarakat akhirnya tidak lagi bertanya tanya karena memang terasa aneh, jika ada orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka namun masih bebas menghirup udara segar di luat hotel prodeo
     Tentu saja kita boleh berharap jadi fakta, karena Ketua KPK Abraham Samad telah mengatakan hal itu, dan tentu pihak KPK tidak akan bermain main dengan pernyataannya, yang diapresiasi oleh masyarakat luas yang memang sangat menantikan adanya berita soal tindak lanjut yang akan dilakukan KPK terhadap para tersangka yang dinyatakan terlibat dalam kasus Hambalang
      Kita juga mendengar kabar tentang upaya KPK yang akan mengajukan banding atas vonis yang telah dijatuhkan oleh hakim Tipikor terhadap terdakwa yang terlibat dalam kasus Simulator dimana kerugian negara mencapai seratusan milyar lebih. Upaya banding akan dilakukan KPK, karena vonis hakim hanya sepuluh tahun dan denda sebesar lima ratus juta rupiah. Vonis ini, dinilai tidak sesuai dengan tuntutan jaksa yang menuntut Terdakwa dihukum selama 18 tahun penjara dan denda seratusan milyar atau sesuai dengan jumlah kerugian negara.
     Semoga apa yang akan dilakukan KPK menjadi fakta sehingga para tersangka kasus Hambalang di tahan dan selama ditahan tak diberi fasilitas yang membuat masyarakat kecewa karena jika kondisi di tahanan tetap sama dengan di rumah para tersangka, tentu kebanyakan orang malah termotivasi untuk melakukan korupsi, karena di tahan pun tidak merasa tersiksa dan denda yang ditetapkan hakim dalam vonis, jauh lebih rendah atau sangat sedikit dibandingkan dengan uang yang berhasil diperoleh dari hasil korupsi
     Hanya, kita tak pernah tahu, apakah korupsi di Indonesia dapat diberantas dalam waktu singkat atau korupsi tetap membudaya sampai hari kiamat tiba


Monday, September 2, 2013

ADA CERITA (19)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

SEMBILAN BELAS


         Mirna diam. Entah karena kesulitan menjawab, entah karena  tak ingin penjelasannya malah dianggap mengada-ada dan akhirnya berkembang ke hal yang tak diinginkan. Marwan sendiri, tak lantas bicara. Ia pun memilih untuk ikut diam. Agar dari mulutnya tak keluar kalimat yang membuat isterinya merasa tersudut atau tertekan. Juga berusaha menjaga sikap, agar dari dirinya tak muncul ekpresi yang bisa membuat Mirna tersinggung atau membuat dirinya semakin merasa ter tekan.  
        “Oke, mama salah dan atas kesalahan yang mama perbuat, mama minta maaf,” akhirnya, setelah bebe rapa menit saling diam dan hanya saling tunggu, Mirna yang terlebih dahulu membisu, kembali bersuara.
        Marwan menarik nafas lega
        “Syukur mama merasa bersalah dan mau minta  maaf. Abang sudah  memaafkan. Seka rang, tolong dengar baik-baik. Jika ngerumpi atau bergibah itu, tidak dilarang oleh Allah, abang juga mau  melakukannya, ma. Sebab, ngerumpi itu nikmat. Bergibah itu, sering bikin kita jadi enjoi. Dan, membicarakan aib orang lain itu, memang sangat mengasyikkan.
        Hanya, Allah melarang kita bergibah. Me larang hambanya memakan daging saudaranya sendiri. Itu sebabnya, bergibah, ditetapkan seba gai perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Ja di, bukan abang yang tidak suka. Abang juga hobi, Mir. Hanya karena kita harus taat pada aturan agama, harus konsinten dan konsekwen, mau tak mau kita harus taati peraturan yang su dah ditetapkan oleh Allah.
    . Munafik, namanya, jika kita mengaku ber iman pada Allah, tapi tetap melanggar larangan Allah. Munafik namanya, jika kita mengaku beriman, tapi malah sengaja tak mau melaksa nakan perintah yang sudah ditentukan oleh Allah. Mama bisa, kan, mengerti dan me maha mi, mengapa hal ini perlu saya kemukakan  ?“
         Mirna diam. Langsung memandang Mar wan dengan tatapan marah. Agaknya, ia tak su ka mendengar nasehat yang baru saja disam paikan suaminya. Marwan bukan tidak kesal. Kepalanya saja, langsung terasa cenat-cenut. Meski  ia segera membalas tatapan isterinya de ngan tatapan yang lebih tajam, Marwan beru saha untuk tetap rasional. Kepalanya boleh panas, boleh cenat-cenut. Tapi hatinya harus selalu dingin. Kalau perlu, lebih dingin dari ba tu es
         Marwan, ingin Mirna yang biasanya ba wel, banyak bicara, bersedia membahas atau menyimpulkan apakah ia baru mendengar penje lasan yang benar atau sebaliknya Bukan malah kembali diam lalu menatap dengan marah .
         Bukankah Mirna mengaku sudah dewasa? Mestinya, pria atau wanita yang sudah dewasa, bisa bersikap fair dan sanggup menghadapi aki bat, dari suatu sebab yang telah ia perbuat.
         Tapi, Mirna malah memperlihatkan si kapnya yang sama sekali tidak menunjukkan di rinya sebagai isteri yang berani berbuat salah ta pi berani bertanggung  jawab. Dijelaskan ten tang larangan bergibah, malah bersikap aneh. Mestinya, jika tidak suka diarahkan ber dasar kan petunjuk kebenaran—bukan petunjuk Marwan, yaa, jawab tidak suka. Atau, sebaliknya




Bersambung……

Sunday, September 1, 2013

HABIS MANIS SEPAH DIBUNGKUS

oleh : Oesman Doblank


        KASIHAN banget deh si Paijo yang nama panjangnya Paijo Selamat Suntuk  tapi kalau kenalan sama cewek selalu pakai nama David. Kenapa kita harus kasihan? Karena dia baru saja mengalami peristiwa yang tak pernah diimpikan, tak pernah diinginkan dan juga tak pernah diprediksi kalau yang benar benar dialaminya bakal dan bisa terjadi.
       Lhoo, soalnya David - nama yang dikenal oleh Susi Silobakutil, dengan terencana dan sangat sengaja memutuskan tali kolornya. eh, tepatnya tali cinta. Bukan pakai gunting. Bukan pakai pisau lipat. Tali cinta David diputus langsung oleh Susi Silobakutil, pakai gergaji.
       Kalau pakau gunting atau pisau lipat, boleh jadi sakitnya tidak sedahsyat yang dirasakan David alias Paijo. Nah bayangkan saja jika alat untuk memutuskan Paijo menggunakan gergaji. Pelan tapi pasti akhirnya memang putus tuh tali cinta. Tapi, prosesnya kan lambat dan karena proses pemutusannya tidak cepat alias sangat alot, Paijo benar benar merasa kesakitan.
      Gimana nggak sakit dan nggak bikin Paijo kelojotan?
      Waktu kondisi keuangan Paijo masih asyiknya kebangetan, tak ada tanda tanda Susi akan meninggalkan David. Malah, nampak sangat mencintai dan seperti tak ingin melepas apalagi dilepas. Makanya, Paijo gak sayang untuk membelikan apapun yang dipinta. Paijo nggak pernah malas jika Susi selalu ngajak bertemu di rumah makan yang harganya cukup buat masak seminggu.
      Dan, Paijo sangat tidak perduli dengan jumlah uang yang dihabiskan demi Susi. Demi wanita yang dikasihi dan diperkirakan akan menjadi seorang isteri yang kelak bakal melahirkan anak untuk Paijo. Anak yang menurut perkiraan Paijo akan menjadi insan yang berguna bagii nusa dan bangsa. Anak yang di masa depannya akan menjadi seorang pemimpin yang ikhlas, pemimpin yang tidak pernah berpikir untuk membiarkan korupsi meraja dan meratulela, seperti yang sekarang sedang membudaya
     Pokoknya, Paijo yakin banget kalau anak yang dikandung dan dilahirkan oleh Susi yang dipastikan akan disunting dan jadi pendamping hidupnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi seorang pemimpin handal. Pemimpin yang jika diberi sebelas orang anak muda genius, bisa menggebrak dan mengguncang dunia karena Paijo akan mendidik dan mengajarkan bagaimana caranya mensejahterakan masyarakat. bagaimana caranya, mengelola kekayaan alam dengan kemampuan lokal dan hasilnya mencengangkan dunia internasional
    Nah, jika akhirnya Susi malah menelantarkan dan menyepak Paijo saat kondisi keuangannya mengalami krisis, siapa yang tidak sakit setengah koit. Siapa yang tak merasa hatinya diiris iris, jika sedang dalam kesulitan malah ditendang oleh sang pacar yang sangat dicintai dan sangat diharapkan bakal melahirkan anak yang langsung punya bibit, bebet dan bobot dan memiliki karakter kenegarawanan yang paling mumpuni.
    Kalau saja yang dialami Paijo masih sebatas habis manis sepah dibungkus, tentu saja Paijo masih punya harapan, meski setetes atau malah setengah tetes. Tapi kalau sudah sampai ke tahap habis manis sepah dibuang, Paijo benar benar kelabakan. Benar benar merasa sangat kehilangan.
   Mau lapor ke Polisi, sungguh sangat tidak mungkin karena Susi tetap ada di rumahnya dan sampai saat ini tidak pernah dinyatakan hilang, juga tidak pernah memiliki keberanian untuk melarikan diri dari rumah. Mau melapor ke Satpam, semakin tidak mungkin karena tugas utama mereka hanya menjaga keamanan dan bukan mencari dan melakukan investigasi untuk mendapatkan kembali yang hilang. Jadi, bagaimana mungkin Satpam berkenan mencari atau mendapatkan kembali cinta paijo yang hilang karena diputus oleh sang kekasih, Susi Silobakutil yang ternyata lebih layak diberi nama Susi SilobaAkal karena cintanya ternyata palsu alias mencintai Paijo karena saat pakai nama David masih banyak duit, tapi setelah dokunya lenyap ditinggalkan begitu saja.
    " Aku harus bunuh diri," akhirnya Paijo ambil keputusan nekad.
    " Jangan bunuh dirilah, kan itu perbuatan dosa," ujar sang kebaikan yang begitu melihat tindakan Paijo langsung turun tangan untuk membujuk Paijo agar tidak membulatkan tekadnya.
    Karena dicegah oleh entah siapa, Paijo yang mendengar jelas suara tersebut segera tengok kanan tengok kiri, lirik samping lihat belakang . Tapi, karena tidak melihat siapa pun, Paijo kontan merasa ngeper.
    "Tapi saya tak sanggup hidup," keluh Paijo yang putus asanya belum hilang
    " Yaa. kalau sudah tak sanggup hidup, silahkan anda bunuh diri." Paijo kembali mendengar suara tapi kali ini malah menyarankan dan mendukung Paijo yang mengaku tak sanggup hidup
   Paijo yang makin ketakutan, dalam takutnya malah jadi bingung. Sebab, suara yang jelas ada dan terdengar di telinganya, dinilai sangat tidak konsekwen.
  " Mana yang harus saya pilih? Bunuh diri atawa jangan mati," tanya Paijo yang lupa sama nama hebatnya, Davis karena dalam kondisi demikian dirinya memang Paijo banget.
  Yang kemudian terdengar oleh Paijo memang suara. Tapi, suara yang tanpa menguraikan kalimat. Sebab, hanya gabungan huruf H dan A yang kalau dirangkai jadi HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA....



Saturday, August 31, 2013

ADA CERITA (18)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


DELAPAN BELAS


         Marwan  duduk di depan isterinya, menghadap ke Mirna. Ia merasa, dalam kondisi fit, mampu mengendalikan emosinya
         “ Kita harus mulai saling bicara, dan terbuka“ Marwan mulai bicara agar kebisuan diantara mereka sirna. Sungguh hebat, karena Marwan memang mampu mengendalikan emosinya
         Marwan  hanya menginginkan sang isteri menjelaskan mengapa dirinya  jadi gemar berkumpul dengan para tetangga saat suaminya berangkat dan berada di kantor untuk  mencari nafkah. Mengapa ia  rela tertangkap tangan saat sedang terlena, bergibah bersama di rumah bu Maemunah.
         Setelahnya, yang Marwan inginkan sangat sederhana. Isterinya mau mengakui kesalahannya. Segera meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
         “ Apa lagi yang mau dibicarakan?” kata Mirna, yang akhirnya  memang mulai bicara.
         Dan ketika kebisuan sudah berubah, suasana yang mulai mencair seperti menandakan adanya keinginan dua pihak untuk menyelesaikan masalah.
         Hanya, menurut Marwan, caranya sangat tidak patut.
         Mestinya, tentu saja biasa-biasa saja, tidak malah mengucap dengan cara yang ketus. Tak perlu terus menerus menahan kesal atau rasa malu. Juga tak perlu cemberut seperti itu. Toh, ia isterinya dan meski suami nya berhasil menangkap tangan isterinya, Marwan, tak punya maksud untuk memanfaatkan momen sebagai alat untuk menekan atau menyudutkan Mirna. Sama sekali tidak
         “Menurut kamu, apakah memang tidak ada lagi yang layak dan mesti kita bicarakan?” Marwan malah bertanya, dengan nada datar dan tetap mengendalikan emosinya.
         Mawan benar-benar konsekwen dengan sikap nya, yang sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan untuk  menekan atau menyudutkan isterinya. Padahal, bisa saja memvonis karena isterinya tak hanya kata orang telah melakukan hal yang tidak disukai Marwan. Tapi, Marwan sendiri yang mendapatkan sang isteri berada di rumah seseorang, dan saat ditelpon dengan sangat yakin dan sok jujur, mengaku tengah sibuk menyiram bunga.
        “ Kalau pun ada, untuk apa? “ Mirna malah kelihatan kesulitan mencairkan emosi
        “Untuk apa? Menjelaskan, misalnya, agar saya tahu mengapa kamu kok mau dan bisa  melakukan hal yang tak perlu bahkan sangat tidak disukai karena Tuhan melarang hambanya bergibah “
        “Apalagi yang harus dijelaskan? Faktanya, toh, sudah di tangan abang “
        “Yaa..tapi alasan dan sebab musabab yang membuat kamu jadi bersikap norak seperti ini, saya belum tahu. Jadi, saya mohon, tolong kamu jelaskan agar saya tahu” 
        “Mirna sendiri tidak tahu persis, kok. Awalnya, hanya ngobrol di warung saat sama-sama belanja. La lu, akhirnya abang mendapatkan isteri abang sedang di rumah tetangga “ 
        “Ooooh. Lalu, kemesraan yang mama hadirkan se saat sebelum saya ketemu mama,  maksudnya untuk apa ?”



Bersambung……..

Thursday, August 29, 2013

ADA CERITA (17)

NYANYIAN HATI
Oleh: Oesman Doblank


TUJUH BELAS


         Dan yang terpenting, karena Marwan bertekad un tuk membangun keluarga sakinah. Keluarga yang dengan segenap kelebihan  dan kekurangan yang ada, saling berusaha untuk memaklumi dan menjadikan ke salahan suami atau isteri sebagai sarana dan prasarana untuk menciptakan keharmonisan. Bukan untuk me ngembangkannya menjadi konflik yang menda lam dan akhirnya hanya berbuah ketidak-har monisan.
          Untuk itu, Marwan harus membuktikan, kalau ia adalah suami yang baik. Suami yang memiliki integritas dan semangat untuk kesaki nahan Bisa memaklumi dan juga mencari solu si. Bisa menjelaskan dan sekaligus menyadar kan, sehingga isteri yang merasa bersalah, lebih berkeinginan memperbaki kesalahannya dan bu kan lebih ingin mengulang bahkan merancang untuk kembali melakukan  kesalahan yang sama
          Padahal,  kesalahan Mirna sangat nyata. Bisa dikategorikan telah melakukan kesalahan fatal. Tertang kap tangan sedang di rumah tetangga. Tertangkap lang sung, setelah sebelumnya sengaja berdusta. Memanfaat kan sikap mesra untuk mengelabui suaminya, yang dikira benar-benar sedang di kantor saat ia mengatakan sedang berada di halaman rumah dan baru akan menyiram tanaman
         Keinginan memberi maaf pada Mirna dan kei nginan untuk tetap membimbing isterinya, juga harus riil. Yang lantas diharapkan, Mirna tak sekedar menger ti. Tapi, juga mau memahami. Jika itu yang terjadi, iste rinya pasti bisa memperbaki kekeliruannya dengan mu dah. Bahkan, Mirna bisa kembali berangkat  dari halte kesalahan, dan selamat sampai ke tujuan yang diingin kan. Yaitu,  terminal kebaikan.
         Jika semua yang diperkirakan dapat diwujud-nyatakan, tak cuma membuat Mirna bisa memperkuat pendiriannya menjadi tidak goyah. Tapi keinginan yang kuat untuk selalu memperbaiki kekeliruan, akan menjelma dengan sendirinya
         Karena Mirna tak menyahut, tak memberi kunci rumah yang barusan diminta suaminya, Marwan  me ngikuti Mirna yang bergegas melangkah ke sepeda motor mereka. Marwan tak melihat, dari dalam rumah, Bu Maemunah dan beberapa ibu lain, mengintip mere ka
         Begitu tenang Marwan,saat menghidupkan mesin motornya. Begitu mampu Marwan diam - tak lagi ber tanya, meski gemuruh di dadanya bagai gelombang sa mudra. Marwan harus mampu mengkondisikan dirinya seperti itu, karena jika tidak, ia pasti akan memperla kukan Mirna dengan cara yang beda. Terlebih, Mirna yang dengan terpaksa  naik ke motor, sama sekali tak bersuara. Ia tetap membisu.
         Marwan merasa tak perlu  bertanya atau memper tanyakan, karena ia tahu apa hasilnya. Kebisuan Mirna yang dalam kondisi mental terpuruk, tetap hanya mela hirkan kebisuan, meski ia bertanya dengan cara mem bentak
         Bahkan, sampai di ruang tamu rumah mereka, Mirna tetap  membisu. Tak punya keberanian menatap Marwan. Mirna hanya mampu menatap lantai ruang ta mu.
         Marwan membiarkan Mirna yang duduk di kursi ruang tamu, dalam posisi batiniah yang serba salah. Se telah mengambil dua gelas air mineral, Marwan meng hampiri isterinya. Satu air mineral gelas diletakkan di depan Mirna. Setelah meminta agar isterinya minum air putih yang ia berikan, Marwan mereguk air dari gelas di tangan kanannya.




Bersambung……..

Friday, August 23, 2013

ADA CERITA (16)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


ENAM BELAS
         

         Marwan yakin, isterinya ada di dalam karena dia mengenali sepasang sandal yang berserakan di bawah batas teras rumah bu Maemunah, yang memang asri dan nampaknya sepi tapi di dalam berisi ibu ibu yang boleh jadi sedang asyik berkonfrensi tingkat gossip tinggi.
          Setelah menarik nafas panjang, Marwan yang berdiri di luar pagar mengucap salam, dan setelahnya Marwan mengetukkan gembok yang masih nyantel di pintu pagar.
          Marwan tak hanya yakin kalau isterinya, Mirna, ada di dalam rumah bu Maemunah. Meski bukan pegawai jawatan pedadaian, Marwan yang sebenarnya sangat emosi, juga yakin,  bisa menghadapi  masalah tanpa masalah, meski penyelesaiannya tidak diyakini bakal bebas dari masalah.Meski begitu, Marwan yang emosional tetap berpendirian, kalau yang dia inginkan bukan bukan menjadikan kesalahan isterinya untuk disudutkan. Tapi, dia lebih ingin bagaimana kesalahan sang isteri nantinya bisa diperbaiki.
         Bu Maemunah, tak mengira, yang mengucap salam dan mengetuk ngetukkan gembok besar ke besi pagar, seorang lelaki yang sudah sangat dia kenal. Saat  melihat tamunya, Bu Maemunah ter kejut. Tubuhnya  gemetar. Jika ia tahu, yang nampak je las di pelupuk matanya adalah suami Mirna, sumpah, sebulan pun ia rela berdiam diri di rumah. Memilih tetap di dalam rumah selama sebulan, jauh lebih baik timbang melihat sekejap sosok Marwan yang berdiri di luar pagar rumahnya.
         Marwan tahu, mengapa bu Maemunah nampak gugup dan tak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya Tapi, Marwan sama sekali tak bermaksud mempermalu kan bu Maemunah. Ia tetap menyapa dengan ramah dan seolah tak terjadi apa-apa
          “ Apa kabar, bu Mun. Boleh minta tolong pang gilkan isteri saya ?”
          “Bo..boleh..Ba…ba..baik, pak. Se..sebentar, saya panggilkan,” sahut Bu Maemunah.
         Marwan hanya tersenyum. Sama sekali tidak sinis, saat bu Maemunah  bergegas masuk ke dalam ru mahnya Tak lama, Marwan melihat isterinya ke luar da ri dalam rumah bu Maemunah. Sesaat, Mirna menatap ke arah Marwan. Selebihnya, wajahnya yang sudah merona merah hanya menancapkan tatapan kedua matanya ke tanah. Marni tak berani lagi mengangkat wajah. Terlebih, menatap suaminya
         “ Boleh abang minta kunci rumah ?” Tanya Mar wan, saat  Mirna sudah didekatnya. Ia tak memanfa atkan sikon untuk meletupkan emosi. Marwan sadar, ia sedang diuji. Jika tak memaklumi, merepotkan diri sen diri. Sebab, yang lantas meledak pasti emosi.
         Hal itu yang harus dijaga oleh Marwan dengan se baik-baiknya. Bila emosinya tak terkendalikan, Mar wan tak hanya ribut dengan isterinya. Tapi, juga bisa merembet ke ibu ibu yang sedang berkumpul di dalam rumah. Memang, Marwan tak tahu, siapa saja yang ada di dalam selain bu Maemunah .   

         Bukan lantaran Marwan berpikir seribu kali, jika ia harus dan akhirnya bisa mengendalikan emosi. Tapi, sebagai suami, Marwan bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahannya dan juga kesalahan isterinya. Hanya, dia tak menyangka jika isterinya tertangkap tangan tengah asyik bergunjing di rumah tetangga, dan bukan sedang asyik menyantuni atau mengajarkan anak anak terlantar yang butuh perhatian, sementara suaminya tengah berjuang mencari nafkah







Bersambung.......

Wednesday, August 21, 2013

ADA CERITA (15)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


LIMA BELAS


         Meski dadanya bergemuruh, Marwan te tap berusaha mengendalikan dirinya. Ia memba las dengan sikap seperti biasa.
        “ Kamu di mana dan sedang apa, say?“
         Marwan sengaja mengimbangi kemesraan Mirna, karena tak berharap isterinya tahu jika posisinya sudah di depan rumah. Juga tak ingin  isterinya curiga, dan tahu  jika  suaminya se dang menginvestigasu  kebohongan isterinya
          “Aku di pelupuk mata abang. Hihihihi, tepatnya, mama sedang di halaman rumah kita. Baru mau nyiram tanaman, tapi batal. Maklum,  baru mau nyiram tanaman, eh, mantan pacar mendadak ngontak mama “
          Marwan tak mendengar suara lain. Ia ya kin, ibu-ibu yang sedang kumpul, sudah saling mengatur diri. Sudah menerapkan kerja sama. Mereka bisa kompak karena terbiasa mengha dapi hal seperti ini. Tak merasa repot menahan keinginan bersuara atau tertawa. Atau entahlah, yang jelas Marwan hanya mendengar suara isterinya
         Marwan turun dari motor,  melangkah ke pagar rumahnya. Lalu memandang ke halaman rumah, memastikan. Memang  tak ada siapa pun. Marwan yakin, ia tak melihat  isterinya yang mengaku baru akan menyiram kembang.  Marwan jadi yakin, isterinya memang tak ada di rumah dan Mirna baru saja berdusta.
         “Pantas tanaman kita semakin subur dan hijau daunnya sangat luar biasa. Nggak taunya, selalu dirawat dan dijaga dengan apik. Oke, iste riku sayang, selamat nyiram tanaman, yaa Sa lam mesra buat tanaman kita. Sampai jumpa “
         “ Terima kasih abang sayang. Mmuuah “
         “Mmuuah,” Marwan membalas mmuah isterinya
         Marwan mengembalikan hapenye ke saku celana Misi pribadinya, sukses. Fakta sudah ia dapatkan. Kenyataan telah ia buktikan. Perta ma, isterinya tak mengangkat telpon rumah. Ke dua, mengaku di halaman rumah dan sedang menyiram tanaman, padahal, saat bicara, Mar wan di luar pagar rumah mereka. Menyaksikan, di halaman rumah hanya ada sepi dan tak ada yang sedang atau ingin menyiram tanaman. Jika ada air mengucur dari slang air dan jatuh ke tanaman, yang sedang menyiram, pasti bu kan Mirna. Tapi, setan.
         Dada Marwan memang bergemuruh. Sa kit rasanya dibohongi isteri. Betapa kesal, kece wa dan ingin rasanya, Marwan marah pada Mir na. Selama ini, ia menyangka Mirna tak punya waktu dan hasrat mendustainya. Ternyata, isteri nya sedemikian pandai merajut dusta. Dan, Mar wan membuktikan, dusta Mirna begitu nyata.
         Meski begitu,  kemampuan Marwan me ngendalikan emosi, sangat luar biasa. Ia begitu marah, tapi  hatinya tetap teduh.
          Marwan menghidupkan motornya. Ia kembali meluncur. Tujuannya, ke rumah bu Maemunah. Lokasinya, di gang sebelah. Tak lama Marwan sudah di sana. Setelah   mematikan mesin motornya, dengan tenang Marwan melangkah. Hanya, langkahnya tertahan karena pagar halaman rumah bu Maemunah digembok. Tapi, dari tempatnya berdiri, Marwan melihat beberapa pasang sandal berserakan.










Bersambung…….         

Tuesday, August 20, 2013

ADA CERITA (14)

  NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

EMPAT BELAS

Makanya, Senin minggu ketiga bulan Mei, sudah dirancang oleh Marwan sebagai hari yang tepat untuk mencari fakta konkrit dan membuktikan, apakah informasi yang diperoleh dari tetangga benar atau hanya isapan jempol belaka. Atau, sebatas fitnah.
 Setelah usai shalat sunat Dhuha, khu suk berdoa dan menenangkan dirinya, Marwan meninggalkan mesjid yang jaraknya hanya se kitar satu kilometer dari gerbang komplek peru mahan Nurani Sejati Indah, tempat tinggalnya.
Sesampai di depan rumahnya, Marwan mematikan mesin motornya. Ia tak perlu larak lirik. Senin, pagi, suasana sekitar jam sembilan biasanya sepi. Bapak-bapak sudah berangkat ke kantor. Anak-anak sudah ke sekolah dan keba nyakan ibu komplek yang baik, pasti sibuk ma sak atau mengurus rumah.
Makanya,   meski sudah menstandarkan motor kreditannya yang sudah lunas sejak tiga bulan silam, Marwan tetap di atas sadel motor. Dengan tenang ia mengambil  hand phone dari saku celana. Marman menghubungi nomor tel pon rumahnya. Tak ada yang mengangkat. Dua kali, nada dering kembali berbunyi. Tetap tak diangkat. Setelah tiga kali menghubungi tapi tak ada yang mengangkat, Marwan yakin,  Mir na memang sudah tak ada di rumah.
Marwan lalu mengontak  nomor hape    Mirna. Ia tersenyum karena mendengar nada de ring dari seluler Mirna. Malah, Mirna begitu ce pat bereaksi. Langsung menyapa Marwan deng an begitu mesra.
          “Hallo, abang sayang? Sudah sampai di kantor ,ya? Selamat bekerja,  selamat menja lankan tugas, semoga hari ini, abang sayang da pat menyelesaikan semua urusan  dengan  ha sil yang memuaskan ”
          Kemesraan yang diciptakan Mirna, sama sekali tak mengejutkan. Marwan dan isterinya, memang sudah komit untuk saling menghargai. Saling bersikap mesra dan berusaha mencip takan kemesraan dalam kondisi apa pun. Mar wan tak heran. Sejak enam bulan silam, ia dan Mirna memang berusaha saling berbagai kemes raan. Begitu jadi pengantin baru, Marwan me minta agar Mirna berkenan membangun kemes raan bersama Marwan yang sudah sah menjadi suaminya
         Tapi, kali ini, ketenangan Mirna, menurut Marwan sangat luar biasa. Boleh jadi karena is terinya sama sekali tidak tahu jika Marwan,  su aminya, sudah di depan rumah mereka dan bu kan seperti yang diduga oleh Mirna, di kantor. Dan, boleh jadi, kemesraan yang telah tercipta dan dirasakan selama ini, adalah kemesraan yang juga sama - seperti dinikmati Marwan di pagi ini, adalah kemesraan hampa. Kemesraan  yang indah di luar tapi runyam di dalam karena pembalutnya bukan ikhlas. Tapi, dusta.










Bersambung…………

Monday, August 19, 2013

ADA CERITA (13)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

TIGA BELAS


Rencananya, Marwan akan terlebih da hulu santai, rebahan di teras mesjid. Begitu wak tu Dhuha tiba, ia berwudhu dan seperti biasa di lakukan di kantor, ia melaksanakan shalat sunat Dhuha. Setelah itu, baru kembali ke rumah de ngan  tenang dan rileks. Tujuannya, bukan un tuk membuat kejutan atau  berpura pura akan mengambil STNK di meja kerjanya yang lupa ia taruh kembali di dompet.
Lalu, kalau begitu, untuk apa Marwan yang sudah berangkat dari rumah, pada akhir nya harus kembali ke rumah, sebelum jam kerja berakhir? Ia hanya ingin menyelesaikan urusan nya yang sangat bersifat pribadi. Menangkap tangan dan membuktikan, apakah benar, Mirna, isterinya, setiap hari, setelah ia berangkat ke kantor,  tak lama berselang bergegas mening galkan rumah untuk ngepos di rumah tetangga bersama geng ibu-ibu yang sangat gemar nge rumpi?
Jika benar dan sesuai dengan kabar yang ia sendiri sudah mendengar, Marwan ti dak akan marah. Ia akan berusaha menasehati,   menjelaskan kalau yang dilakukan isterinya, adalah kekeliruan yang menyesatkan hati dan  perbuatan yang sesungguhnye tak menguntung kan karena hanya buang-buang waktu. Dan, ia akan meminta agar Mirna menyudahi kegema rannya bergibah. Sebab, ghibah adalah perbu atan yang tidak disukai  Tuhan. Isterinya,  pu nya kewajiban untuk  bergegas meninggalkan kebiasaan buruk, yang menurut Marwan malah cuma merugikan diri sendiri
          Semisal tidak benar, tentu saja ia akan da tang ke rumah si pemberi informasi dan mene gur tetangga yang saat menyampaikan perihal isterinya, mohon agar Marwan tak menyebut ja ti dirinya sebagai pemberi informasi. Sebab, tu juan dia hanya ingin membantu Marwan, agar sejak dini bisa menyelamatkan rumah tang ganya dari kekisruhan. Mengapa?
          Karena menurut tetangganya, selama ini, Marwan mengira Mirna adalah isteri yang baik. Padahal, gemar  berbohong pada suami. Jika tak segera diingatkan dan kemudian diperbaiki, bisa membuat rumah tangganya kehilangan ke harmonisan. Sebab, yang merebak di dalamnya bukan ke jujuran. Tapi, justeru kebohongan  
          Menurut tetangganya, setiap hari, begitu  Marwan berangkat ke kantor, tak lama ber selang isteri Marwan pasti pergi meninggalkan rumah. Ia langsung berangkat ke rumah bu Mae munah. Di sana, kumpul  bersama beberapa ibu yang punya hobi serupa. Saat kumpul, sering  lupa waktu dzuhur. Kalau terus di biarkan, dik Marwan akan menanggung risikonya. Tidak akan berhasil membangun rumah tangga yang sa kinah, mawahdah dan warohmah
Sebenarnya, setelah mendapat informasi penting dari tetangga yang tak mau disebut jati dirinya, Marwan bisa langsung mengkonfirmasikan ke isterinya. Hanya, Marwan tak mau me lakukannya. Ia yakin, jika menanyakan langsung, malah bisa timbul masalah. Sebab, sangat jarang orang yang sekalipun sadar telah berbuat salah, berkenan dan ikhlas mengakui kesalahannya dengan kesatria atau kesatrii.
 Dituding telah melakukan kesalahan pun, meski telah berbuat salah, bila tanpa bukti dan alasan yang kuat, malah berbalik marah dan berani menuntut balik dengan dalih telah mencemarkan nama baik. Buktinya, lihat saja para koruptor di Indonesia, selalu berkelit meski telah dicokok KPK







Bersambung………

Saturday, August 17, 2013

SAMA SAMA AWAM

oleh : Oesman Doblank

     SEORANG kakek yang sama sekali belum pernah berkunjung ke rumah cucunya, berbekal alamat yang ditulis oleh sang cucu di secarik kertas, nekad pergi dari rumah tanpa diantar oleh isteri maupun lurah di desanya.
     Setelah mengikuti petunjuk bahwa ia harus naik bus nomor sekian ke sana dan kemari dan turun di satu tempat yang dekat dengan alamat tersebut, si kakek pun  bertanya ke seorang remaja berpenampilan punk.
     Saat anak muda itu bengong karena dia tak tahu apa yang ingin ditanyakan, si kakek mengambil secarik kertas dari sakunya dan  memberikan kertas berisi alamat rumah cucunya ke si anak muda berpenampilan punk.
     “Oooh, alamat rumah cucu kakek seperti yang tercantum di kertas ini?”  Tanya si anak muda berpenam pilan punk, sambil terus memperhatikan kertas, yang menurut si kakek pasti tengah dibaca berulang ulang
     “Katanya sih begitu. Soalnya, beberapa bulan lalu, dialah yang menulis alamatnya di kertas itu. Kalau kamu tau, tolong antar kakek ke sana yaa. Pokoknya, kakek akan memberimu sesuatu sebagai tanda ucapan terima kasih,” ujar si kakek yang berharap segera sampai ke rumah cucunya
    “Waaah, kalau alamat cucu kakek benar seperti yang tercantum dikertas ini, kayaknya saya tidak bisa nganterin kakek. Tapi kalau kakek sebutkan alamatnya, saya yakin, siap dan bersedia mengantar kakek sampai ke depan rumahnya. “ kata si anak punk
   “ Kamu ini bagaimana juga, sih? ALamatnya, kan tertera di situ dan kakek memperlihatkan alamat itu kepada kamu. karena nggak mungkin bisa nyebutin lantaran kakek ini lahir tahun empat lima dan saat itu nggak sempat sekolah karena selalu dikejar kejar belanda “
   “ Jadi…kakek tidak bisa baca dong?” simpul si anak punk
   “ Lhoo…kakek kan bilang tidak sempat sekolah. Sampai sekarang, nggak mungkin kakek bisa tulis baca. Masa sudah dijelasin dengan gambling kamu nggak ngerti, sih” Si kakek mulai kesal
   “ Ngerti, kek, ngerti. Tapi, kakek juga mesti ngerti Saya juga nggak sekolah dan tidak bisa baca “
   “Waaaah, gile juga luu. Dulu tuh gue nyesel kagak sekolah. Eeeh, lu malah bangga masih muda ngaku kagak sekolah “
   “ Santai aja, kek. Yang penting, nggak sekolah, kan, nggak melanggar hak azasi manusia “ 

Friday, August 16, 2013

ADA CERITA (12)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

DUA BELAS



                                                  (3)          



             MESTINYA, Senin pagi, setelah shalat Subuh, Marwan bisa lebih lama berdzikir. Bah kan,  bisa leluasa semisal ia ingin seperti biasa, bertadarus, membaca Al Qur’an. Setelah itu,  tinggal memilih. Kembali bobo sampai dhuha tiba,tak masalah. Mau joging sendirian, keliling komplek perumahan, nyehatin badan, jelas oke juga.  Mengajak Mirna, isterinya, lebih oke Toh, semisal Mirna mau, paginya tak merepot kan. Ia hanya buatkan kopi susu dan roti bakar buat Marwan
           Kalaupun harus masak, pasti hanya untuk  makan Mirna sendiri. Marwan, suaminya, setiap  pagi lebih terbiasa minum kopi susu dan roti bakar. Ia tak biasa sarapan atau makan di pagi hari.  Sudah dicoba tapi tetap saja perutnya tidak mau kompromi. Ujung ujungnya pasti langsung ke belakang
          Ya, mestinya, Senin pagi, seusai shalat Subuh dan berdzikir seperti biasa,  Marwan tak perlu bergegas ke kamar mandi. Tak perlu re pot  membersihkan tubuh. Tak perlu repot ber patut diri di cermin setelah  berpakaian rapi. Tak perlu terburu-buru menyeruput kopi susu dan menikmati roti bakar buatan Mirna. Setelah memakai sepatu pun tak perlu cepat pamit pada isteri tercinta. Lalu, mengecup kening dan pipi nya, yang memang tak boleh alpa
         Juga tak perlu panaskan mesin sepeda motor sejenak. Setelah   mesin motornya normal, juga tak perlu bergegas berangkat, meninggal kan rumah menuju kantornya di salah satu ka wasan elit di Jakarta Selatan.
        Toh, boss sudah menerima surat permohonan cuti yang seminggu silam diajukan Mar wan. Jum’at kemarin, boss sudah  menyetujui dan mengijinkan Marwan untuk ambil cuti se lama tiga hari kerja,  mulai Senin sampai Rabu.
        “Lebih dari itu, aku pasti langsung potong gaji kamu,” kelakar pemimpin redaksi  yang ak rab dengan para wartawan, karena dengan ak rab, dia selalu disupport dan anak buahnya pun rela kerja keras agar media mereka laku di pasaran  
Mestinya, tentu saja Marwan tak perlu bergegas seperti biasanya. Ia bisa berleha-leha di rumah. Juga bisa melakukan apa saja untuk bikin enjoi otak dan tubuhnya, yang selalu kerja keras sampai tengah malam. Toh,  me mang sedang cuti.
           Hanya, Marwan  yang sengaja tak bilang sedang cuti pada Mirna, justru bersikap seperti biasanya. Setelah shalat Subuh, berdzikir, Mar wan segera menyibukkan diri dan di saat yang sama seperti hari sebelumnya, Marwan  sudah bersiap untuk berangkat ke kantor.
Makanya, Senin pagi, ia tetap  mening galkan rumah. Sengaja dilakukan, agar Mirna yang memang sengaja tak dikabarkan ia sedang  cuti, yakin, Marwan, suaminya Senin sampai Jum’at, pasti berangkat ke kantor
Padahal, setelah Marwan pamit dan meninggalkan rumah, niatnya bukan bergegas sampai ke kantor. Juga bukan ke rumah janda muda atau ketemu dengan pacar gelap di suatu tempat.
Begitu keluar dari pintu gerbang kom plek perumahan, tempat yang dituju Marwan, hanya satu: mesjid. Lokasinya tidak jauh dari pintu gerbang komplek. Tepatnya di sebuah kawasan perkampungan dan jaraknya hanya sekitar satu kilo meter.





Bersambung……..