Friday, May 31, 2013

CERITA BERSAMBUNG (35)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank


TIGA PULUH LIMA


“Nah... yang sedang dirawat ini isteri saya, namanya Ariyani,” kata Sabar kemudian
“Maaf, yaa, pak. Kami hanya memastikan. Jika bapak orangnya, kami hanya melaksanakan amanah, mengantar kedua bingkisan ini untuk bapak “
“Iya, pak. Selamat ya, pak ?” Karyawan yang membawa bingkisan peralatan bayi, segera menyodorkan bingkisan yang dibawanya.
“Bing…bingkisan i....ini benar, untuk saya? Dari siapa? ” Tanya Sabar yang tentu saja merasa sangat terkejut.
Itu sebabnya, Sabar tak berkenan untuk langsung menerima bingkisan dari tangan sang karyawan kantin rumah sakit
“Pak, saya hanya melaksanakan amanah Tadi, pak Bondan yang saat kami tinggal masih di kantin, memanggil kami. Lalu, menanyakan, apakah bingkisan yang terpajang di kantin seba tas untuk pajangan atau bisa dibeli. Setelah saya jelaskan bisa dibeli oleh sia pa saja, beliau minta tolong agar kami segera mengantar bingkisan ini ke pak Sabar.
Beliau hanya bilang, isteri bapak dirawat di ruang nomor 313. Kata pak Bondan, kalau bapak tanya beliau di mana, saya harus bilang, beliau masih di kantin dan sedang asyik ngopi“
“ Bang…kenapa malah bengong seperti itu? Abang nggak lihat, mereka kelihatan capek karena sudah bawa bingkisan itu sejak dari lantai satu?”
Mestinya, tanpa diingatkan siapa pun-ter masuk isterinya, Sabar bergegas menerima bing kisan yang memang untuk Sabar. Terlebih, sudah dijelaskan pemberinya: pak Bondan. Hanya, tak seorang pun yang tahu, mengapa, Sabar, malah langsung ke sudut ruangan dan membuat semua orang di ruang nomor 313, mendadak harus ter kejut.
Baru kali ini, mereka – termasuk isterinya, melihat seseorang, yang diberi hadiah bingkisan untuk isterinya yang melahirkan, malah mena ngis. Meraung-raung.
“ Bang…Bang Sabar, Istighfar, bang. Istighfar!”
Dari ranjangnya, Ariyani yang tak boleh banyak bergerak, hanya bisa meminta dan mengi ngatkan agar suaminya beristighfar.
Kedua karyawan kantin, yang juga kaget, segera meletakkan bingkisan di bawah ranjang Ariyani, dan mereka tak berani menghampiri Sa bar, yang sudah di sudut ruangan, berdiri dengan tubuh merapat ke dinding, yang tangisnya malah terus meraung, sesenggukan.
Pasien lain yang juga sedang dibesuk, ten tu saja hanya bisa memperhatikan, dan mereka yang tetap di tempat masing-masing, hanya bisa saling pandang. Mereka melihat, sesuatu yang aneh tapi nyata
“Pak..apa kami salah?”
Karyawan kantin yang tadi membawa bing kisan peralatan bayi, memberanikan diri untuk bertanya.
Mendengar pertanyaan, Sabar yang terus menangis bak bocah, menjawab.
“ Kalian sama sekali tidak salah. Cuma, ka lian tidak tahu, isteri saya pun tidak tahu, kalau hari ini, saya mendapat begitu banyak limpahan karunia dari Tuhan. Hari ini, saya memang harus menangis dan hanya bisa menangis. Sebab, se panjang hidup saya, baru hari ini, Allah memper temukan saya dengan hambanya yang berhati mu lia. Dia itu orangnya ikhlas, tau.

          Saya tak pernah meminta apa pun, ia juste ru terus memberi. Memberi..dan lagi-lagi membe ri. Dan, bingkisan ini, adalah pemberiannya yang kesekian kalinya. Kalian boleh kaget, boleh ter cengang dan boleh menuduh saya gila, karena di tempat ini, saya memang sedang menangis “


Bersambung........















































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

CERITA BERSAMBUNG (34)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH EMPAT


          Meski sulit, akhrnya Sabar bisa meyakinkan dan ia melihat isterinya yang semula kuatir, menarik nafas lega. Lalu, tersenyum. Lantas, Sabar mendengar jelas, isterinya mengucap
“Alhamdu lillah Hirobbil Alamin”
Sabar mulai lega. Setelah merapikan tas pinggang, Sabar kembali membuka horden. Ia semakin lega, karena pasien di sebelah juga sibuk dengan urusannya sendiri.
“ Sekarang, kamu nikmati makanan enak yang abang bawa dari restoran mahal, yaa? Sete lah itu, abang akan jelaskan tentang Kebesaran Allah yang hari ini melimpahkan rezeki buat kita sekeluarga. Oke ?”
Ariyani tak bisa bilang oke. Ia hanya bisa mengangguk sambil menebar senyum. Meski be gitu, Sabar bisa menangkap senyum isterinya yang tidak full lega. Apa yang tertangkap oleh insting Sabar, memang tak begitu keliru. Soalnya, ia kenal betul siapa Ariyani. Terlebih, selama ini, ia memang tak pernah membawa pulang uang yang jumlahnya dianggap banyak itu
Nyatanya? Meski Ariyani sudah melihat dengan begitu jelas tumpukan uang di tas pinggang Sabar, dadanya tetap saja belum lapang. Di sana atau di hati Ariyani, masih ada penumpang.
Penumpang itu, bernama: tanda tanya.
Dan, Ariyani jelas mendengar suara hatinya yang bilang : tumpukan uang itu milik siapa? Jika milik suaminya, dapat darimana? Bagaimana cara mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat? Apakah dapat di pertanggung-jawabkan, membuatnya aman atau malah mencelakakan?
Pertanyaan seperti ini, harus diungkapkan Dan, Ariyani tak ingin menyimpan. Ia tak bisa membiarkan pertanyaan yang menggeliat di nuraninya, terlantar karena pengaruh uang. Tentu Terlebih, Sabar hanya tukang ojek. Selama meni kah, jangankan pernah menyimpan langsung uang berjumlah jutaan. Dua juta kontan saja, masih dalam tahap impian semata.
Tadi pagi saja, saat pamit mau ngojek, sua minya yang nginap di rumah sakit,bisa senyum karena terpaksa. Ariyani tau, senyum bang Sa bar, hanya sebatas untuk menghibur dirinya yang sedang dirawat, agar bisa dan bersedia te nang. Jika sorenya kembali datang, membesuk Ariyani, dan bisa membawa setumpuk uang, pa tutkah dipercaya dengan begitu saja?
Melihat isterinya mulai menyuap dan me ngunyah makanan yang dibawa, Sabar langsung bersyukur. Dalam hati, ia mengucap Alhamdu lillah. Sabar lalu menarik nafas. Ia sudah merasa lega. Ingin segera menjelaskan. Tapi, baru akan mulai bicara, ia mendengar suara.
“Maaf…jika kami mengganggu bapak dan ibu. Kami mencari pak Sabar, yang nama isteri nya bu Ariyani, dirawat di ruang nomor 313. Apakah saya bisa bertemu dengan pak Sabar ?”
Suara yang cukup keras dan jelas terde ngar, membuat semua orang di ruang rawat no mor 313, termasuk Sabar dan juga Ariyani, iste rinya, yang namanya langsung disebut dengan jelas, kontan menoleh ke pintu masuk.
Ariyani dan Sabar, yang menoleh berbare ngan, memperhatikan dua perempuan bersera gam karyawan kantin rumah sakit, yang masih berdiri di pintu. Seorang membawa bingkisan berisi buah-buahan mahal. Temannya, membawa bingkisan berisi peralatan bayi.
“Yaa, saya pak Sabar,” tanpa ragu, Sabar menyahut. Ia yakin, yang dimaksud, pasti diri nya. Sebab, nama isterinya juga disebut
Kedua karyawan berseragam, segera meng hampiri pak Sabar, yang isterinya menempati ran jang paling ujung, dari lima ranjang yang semua nya sudah terisi.
“ Benar bapak dan ibu bernama pak Sabar dan bu Ariyani?” Tanya karyawan kantin yang membawa bingkisan buah.
“ Yaa, saya Sabar “ sahut Sabar, yang lalu menoleh ke isterinya



Bersambung..........






































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

Tuesday, May 28, 2013

CERITA BERSAMBUNG (33)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH TIGA


Sabar maklum, isterinya tetap kesal ka rena tak tahu – tepatnya belum tahu, jika saat ini dirinya tengah berada di puncak kegembiraan. Hanya, Sabar juga jadi kesal. Bukan pada Ariya ni. Tapi, kesal pada dirinya sendiri. Sebab, malah memilih merahaiakan kabar yang paling menggembirakan.
Karena hal itu, Sabar jadi terpikir untuk merapatkan hordeng pemisah antara pasien satu dengan yang lain, serapat-rapatnya. Ia tak ingin pasien di sebelah yang juga sedang dibesuk, mengetahui apa yang akan disampaikan ke isterinya. Ia tak peduli pada Ariyani yang kelihatan makin kesal karena Sabar tak memperhatikan keluhan isterinya.
Sabar bergegas mencopot tas pinggang nya.
“Sekarang, “ kata Sabar, dengan suara berbisik “Kamu lihat apa yang abang bawa. Setelah itu, tolong jangan mengeluh lagi. Oke ?”
“ Bang... untuk apa saya bilang oke? Abang kan, tukang ojek. Bukan tukang sulap yang bisa mengubah kertas kumel jadi setumpuk uang berwarna merah“
“Sssst..suara kamu jangan keras begitu? Sekarang, begini saja, kamu ambil tas ini, buka, dan lihat isinya, “ kata Sabar.
Ia menyarankan sambil menahan suaranya, agar tak terdengar orang ketiga, karena di saat yang sama, ia mendapat kesulitan menenangkan isterinya.
Setelah itu, Sabar hanya berharap agar isterinya mengerti dan paham dengan apa yang ia inginkan.
Padahal, yang diinginkan, ia bisa se perti Bondan, yang kalau melakukan sesuatu, kesannya sangat biasa saja, seperti halnya air me ngalir, tapi hakekatnya, mampu mendobrak apa yang tersembunyi di relung jiwa. Membuatnya terharu, dan kemudian menangis sesenggukan . karena ujung-ujungnya ia sangat merasakan baha gia.
Di saat seperti itu, begitu nikmat bersyukur pada Sang Pencipta karena benar-benar merasakan kebesaran, kasih dan sayang NYA. Akankah Ariyani, isterinya, dapat menikmati hal yang sama, seperti yang seharian ini ia rasakan dan nikmati dengan syukur yang mendalam?
“ Baaang…” seketika ia mendengar Ariyani memekik
Memang, kagetnya begitu mencuat. Namun, tak kelihatan hepi. Ariyani, malah tak hanya seperti tak percaya. Padahal, matanya melihat begitu jelas tumpukan uang yang bersemayam di tas pinggang kumel, milik Sabar, suaminya
“ Sssst…kan abang sudah bilang, buka dan lihat isinya. Kalau sudah tahu, ber syu kur pada Allah. Jangan malah bikin orang lain memperhatikan kita ?” Kata Sabar, sambil kembali menahan suaranya.
Sabar berharap, isterinya mengerti kalau ia tak sekedar mengingatkan. Tapi, juga ingin mengajak agar Ariyani merasakan hepi, setelah kaget melihat isi tas sang suami. Sayang, harapan Sabar tak langsung terpenuhi, karena sang isteri malah curiga
“ Tapi…uang sebanyak ini. Abang dapat dari mana ? Kalau nggak jelas juntrungan nya, saya malah jadi takut menerimanya “
“ Aduuuh, kamu itu bagaimana, sih. Tadi abang kan, bilang, Allah Maha Besar dan Maha Memberi Rezeki. Jadi...sekarang timbang kamu pamerin bingung, lebih baik kamu bersyukur. Setelah abang melihat kamu tenang, baru abang jelasin. Oke ?”


Bersambung.......

































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

CERITA BERSAMBUNG (32)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH DUA


BONDAN mengajak Sabar yang ia tahu sudah tidak sabar, untuk mampir sejenak ke kantin rumah sakit yang berada di lantai dasar. Tapi, ia tidak memaksa Sabar, yang menolak dengan alasan kuatir makanan yang ia bawa dari rumah makan mewah, nantinya malah basi dan akhirnya mubazir, jika tidak segera dinikmati oleh isterinya.
“Yaa, sudah. Lu duluan aja, bang. Nan ti gue nyusul ke atas. Oh iya, dilantai tiga, kamar nomor 313, kan ? “
“Benar sekali boss. Saya duluan dan nunggu di atas saja, ya?”
“Oke, salam buat isteri lu. Gue mau ri lek dulu. Hati-hati “
Bondan melangkah ke kantin. Sabar yang memang sudah tak sabar, melangkah tergo poh, menuju lift. Sabar yang tangannya menjin jing tas plastik warna merah berlogo rumah ma kan mahal, tidak kecewa, ketika sampai di depan lift, ia tak bisa ikut naik karena lift baru saja ber gerak, naik ke atas dengan penumpang full.
Karena Sabar yang memang sudah tidak sabar, tak mau menunggu--meski hanya untuk beberapa saat, hanya berpikir harus cepat sampai ke lantai tiga, Rumah Sakit Mahal Itu Indah. Ia tak ingin nyasar ke lantai lain, karena ruang bersalin hanya di lantai tiga. Selebihnya, adalah lantai untuk ruang rawat inap pasien non bersalin. Ia bergegas menyusuri tangga
Sabar yang baru saja menyusuri anak tangga rumah sakit, meski jelas terengah engah, sama sekali tak merasa lelah. Begitu sampai ke lantai tiga, langsung bergegas menuju ruang rawat nomor 313.
Ariyani, isterinya, memang sangat kelihatan tak sabar menunggu kedatangan Sabar. Begitu melihat suaminya masuk ke ruangan, Ari yani tak memperhatikan nafas Sabar yang terse ngal dan tas plastik yang dibawa suaminya. Setelah menjawab salam, mencium tangan sua minya, Ariyani yang kuatir suaminya tak mampu membayar biaya rumah sakit, langsung menge luh.
Sabar terpaksa lebih ingin mendengar kan keluhan isterinya timbang segera menyodor kan tas plastik dan merogoh amplop setengah ju ta rupiah yang niatnya akan langsung diserahkan ke isteri nya.
Meski begitu, Sabar sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya dikeluhkan Ariyani. Saat Ariyani mengeluh, Sabar sengaja berpaling dan ia hanya menahan senyum, karena kali ini, ia datang dengan solusi yang paling mumpuni
“ Masih ada keluhan yang ingin kamu sampaikan?” Tanya Sabar
Sabar yang yakin, isterinya tak akan mengungkap kalimat lain yang identik dengan keluhan dan juga kekuatiran, mendekat. Begitu duduk di tepian ranjang, dengan seksama dan penuh perhatian, ia menghapus air mata di pipi isterinya
“Bang…kekuatiran saya serius.Abang jangan anggap ringan soal biaya rumah sakit. Ka lau kita nggak bisa bayar, yang pasti disandera bukan abang. Tapi saya, tau ?”
“ Tenang saja, Allah itu, kan Maha Besar. Maha Memberi Rezeki bagi setiap hamba nya. Sekarang, lebih baik kamu nikmati yang abang bawa. Oh, iya, ini makanan enak, lho. Harganya ? Wooow… di luar jangkauan. Dua hari narik ojek, belum tentu bisa abang beli “
Sabar lalu sibuk mengeluarkan bung kusan. Ariyani tak menggubris.
“ Bang…kita butuh uang buat bayar biaya rumah sakit. Mestinya, dapat duit tuh diirit irit Bukan malah beli makanan mahal. Buat apa sih berlagak seperti orang kaya?“



Bersambung..........


























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

CERITA BERSAMBUNG (31)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH SATU



Bondan malah makin kesal. Sabar yang diingatkan agar hentikan tangis, malah makin sesenggukan. Sabar yang tak mau cepat-cepat ambil helm dari tangan Bondan, juga nggak segera kasih jawaban apakah menolak atau mengijinkan Bonda ikut ke rumah sakit.
Bondan menaruh helm di dekat kaki Sabar.
“ Yaa, sudah. Kalau begitu lebh baik gue langsung pulang aja,” kata Bondan yang sudah ambil keputusan untuk pulang.
Tanpa ragu, Bondan bergerak. Meninggalkan Sabar yang masih kayak anak kecil ngak dikasih uang jajan.
Sabar baru ngeh, baru sadar, kalau Bon dan sudah bergerak. Langkahnya, memang begi tu santai. Tanpa beban. Tanpa kepingin tahu, me ngapa Sabar, yang langsung diajak ke rumah sa kit, malah turun dari motor, bersandar di pohon tepi jalan dan sesenggukan.
“Boooossss ?” Sabar berteriak.
Memanggil Bondan dengan suara yang jelas dide ngar. Ia lakukan itu, bukan takut ditinggalkan. Bukan kuatir Bondan langsung manggil taksi dan pulang ke rumahnya dengan begitu saja. Sabar takut berdosa. Takut mengecewakan si boss yang kebaikannya begitu tulus, tanpa rencana dan bisa dibilang lebih dari air yang mengalir.
Bondan mendengar teriakan Sabar yang memang gilnya. Ia menoleh, melihat Sabar yang berlari, bergegas menghampirinya sambil berte riak.
“ Saya nggak nolak, nggak melarang, saya malah senang. Sekarang juga kita langsung berangkat ke rumah sakit, boss”
Begitu mendekat, Sabar mengangsurkan helm ke Bondan, dan ia duluan ke motor. Menstarter. Siap meluncur. Membawa Bondan. Bukan ke pangkalan. Tapi ke rumah sakit, memenuhi permintaan Bondan.
“ Silahkan, naik, boss,“ Sabar terpaksa berinisiatif menawarkan. Ia takut Bondan batal kan niat karena tak segera naik tapi malah keli hatan kesal
“Lu ikhlas nggak ngajak gue ke rumah sakit ?”
“ Demi Allah, saya ikhlas, boss “
“ Lu nggak usah pakai sumpah segala, deh. Nggak usah niru-niru pejabat, yang berani sumpah tapi malah berani korupsi, yang berani disumpah, tapi lebih berani ngebohongin rakyat. Gue kesal, tau. Bukan sama pejabat. Tapi, sama lu. Di tempat umum, malah mewek sesenggukan. Memangnya, salah, kalau gue bilang mau bezuk isteri lu di rumah sakit ?”
Sabar kepingin banget ngejelasin semu anya. Agar boss ngerti, paham. Tapi, Bondan ma lah bergegas naik ke motor. Memberi intruksi yang nggak mungkin bisa ditolak oleh Sabar
“ Cepat lu jalan. Awas lu yaa, sekali la gi nangis di depan umum, kagak bakalan lagi gue mau pakai ojek lu “
Mau nggak mau Sabar harus nahan ke inginan menjelaskan, mengapa ia menangis. Me ngapa ia mendadak berada di puncak keharuan.
“Hati-hati…Ingat, gue mau bezuk orang melahirkan di rumah sakit, bukan mau jadi pasien rumah sakit. Lu ngerti, kan? “
“Pasti ngerti, boss. Si boss tenang aja. Allah pasti melindungi kita “
Sabar cepat menyahut. Ia segera me luncur. Menyalakan sein bagian kanan. Ia tidak jadi berbelok ke kiri, karena tujuan sudah beru bah arah. Buka ke pangkalan ojek. Tapi, ke ru mah sakit. Membezuk isterinya
Meski Sabar harus membatalkan dua rencana yang sudah disusunnya, ia malah bisa te rus tersenyum. Sepanjang jalan, ia konsentrasi. Ia bawa motor, bawa si boss, bersama kebahagi aannya. Hanya, ia belum menyusun rencana lain, untuk isterinya. Tapi, jika isterinya menanyakan darimana ia dapat uang sebesar setengah juta ru piah, Sabar akan menjawab apa adanya. Seperti air mengalir.





Bersambung...............

































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

SALING OMONG GEUDE


-->
Oleh :Oesman Doblank

-->
BEGITU ketemu Parmin, teman lamanya, Parjo langsung bercerita. Dia bilang, minggu silam, dia ada di Singapura, dan melihat langsung Gayus sedang berbin cang-bincang di rumah makan Indonesia. Bukan kebetu lan, bila di saat bersamaan ia juga sedang berada di sana.
“ Tiap saya ke negeri singa, saya pasti makan di restoran itu. Sebab, sudah kenal dengan para pelayannya Jadi, jika kehabisan uang, saya pasti bisa ngutang,” kata Parjo, yang bangga bisa ngutang karena cinta pada negerinya, yang sudah sangat terbiasa berhutang ke berbagai negara tetangga dan negara lain di dunia
Parmin, tak mau kalah. Dia bilang, baru empat hari yang lalu, ia ke Spanyol dan menyaksikan kehebatan Leonil Messi saat menyarangkan goal ke gawang lawannya. Setelah pertandingan, ia berusaha bertemu de ngan Messi.
“ Saya kira mister Messi sombong dan hanya ingin menolak saya yang ingin kenalan dengannya. Ternyata, dia gembira bisa berkenalan dengan saya dan saya langsung diajak ke apartemennya ,“ kata Parmin, yang tak mau kalah set. Malah, ia segera melanjutkan
“ Nanti, saat piala dunia berlangsung, saya diundang ke Brazil dan Messi yang sudah terlanjur minta agar saya bersedia tidur sekamar di hotelnya, tidak akan main membela timnya, jika saya tidak hadir diperhelatan akbar tersebut “
“ Kok bisa , Messi jadi begitu baik sama kamu ?”
“ Ya, begitulah nasib. Jika sedang baik, apapun bisa terjadi. Buktinya, kamu saja bisa langsung ketemu dan melihat Gayus di Singapura dan juga melihat ia kembali dibawa ke Indonesia oleh Satgas pemberantasan mafia hukum. Nah, saya juga bisa dong, ketemu Messi, diajak nginap di apartemennya dan di minta datang ke Brazil?”
“Waaah, duit kamu pasti lebih banyak dari aku, dong”
“ Kalau iya, memang kenapa?”
“ Pinjamin aku, lah. Lima puluh juta aja “
“Sori, duitku belum bisa dicairkan. Sebab, rekening ku belum gendut gendut”
“ Oleh pihak kepolisian atau oleh KPK ?”
“ Waa, mereka mana berani berbuat itu pada saya. Saya baru saja menyimpan buku tabungan saya di kul kas. Oh, iya, ngapain dan buat apa kamu pinjam uang ke saya sampai lima puluh juta rupiah?”
“ Yaa, buat bikin pasport. Aku, kan, sampai hari ini, belum pernah punya pasport ?”
“ Waaah, sama dong. Aku juga belum pernah punya pasport. Oh iya, cara bikin passport itu bagaimana,yaa?”
“ Kata ibuku, “ kata Parjo “ Setelah kita masukkan pakaian ke dalam koper, harus segera panggil taksi dan bergegas minta antar secepatnya ke bandara Soekarno Hatta. Kata beliau, sesampai di sana, pasti langsung diurus dan dalam waktu singkat bisa beres “
“ Waaah, gampang sekali, yaa? Aku ikutan, dong“
“ Kalau kamu serius mau ikut, besok kita sama sama ke puskesmas aja. Oke ?” Kata Parjo
Memang ada yang menyahut dengan suara jeas “Oke,”
Tapi, bukan rekannya. Melainkan seorang pria berseragam putih putih. Sang petugas RSJ datang untuk mengajak para pasien RSJ untuk segera kembali ke ruang rawat masing masing...






























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>



SAJAK SEPOTONG RINDU

oleh : Oesman Doblank


Ketika sepotong rindu
Melekat di dinding jiwa
dan mengabarkan tentang
orang miskin makin sengsara di sakitnya
aku hanya berdoa
agar rumah sakit berubah jadi rumah sehat
karena para dokter dan perawat
hanya tersenyum pada pasien
yang berkilau berlian dan emas permatanya

Ketika rindu
Kujadikan singkong rebus
dan kukirim ke gedung dewan
ke gedung legislatif
ke lembaga yudikatif
tak seorang pun melirik
karena tuan tuan di sana
lebih suka menghitung mega proyek
agar sekian prosen komisi
segera dicairkan untuk membangun masa depan
dan hawa nafsu yang terus berkeliaran

Ketika aku dan kau
tak kuasa lagi memotong rindu
lalu apalagi yang bisa disajikan
untuk saudara yang tertidur
di kolong jembatan
di emperan toko
yang ketika terbangun
bergegas menuju bak sampah
tuk mengais sisa sisa berkah
dari kekayaan alam yang melimpah

Kalau pun sepotong rindu
masih ada yang tersisa
Apakah deru pembangunan
boleh didengar oleh
orang orang
































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>



Monday, May 27, 2013

PANTUN : LAMPU PADAM

-->
PANTUN LAMPU PADAM
oleh : Oesman Doblank



Ketika rindu jadi remuk reDAM
Angsa pun ikut terjun ke koLAM
Ketika lampu di rumahku paDAM
Kayaknya, seperti hidup di masa siLAM

Saat itu yang ada hanya laLAP
Yang tak ada justeru samBEL
Lampu padam berbuah geLAP
Kinerja PLN kerap bikin seBEL

Jangankan berskala internasioNAL
Skala nasional saja belum laYAK
Kapan PLN benar benar profeioNAL
Hanya tanda tanya yang meruYAK

Jika emosi tidak segera direDAM
Maunya melampiaskan hawa nafSU
Meski lampu makin sering paDAM
Yang penting bayi tetap minum suSU

























Wednesday, May 22, 2013

DARI TEBAK SAMPAI MANFAAT

oleh : Oesman Doblank

       NGELIAT anak anak pada asyik main tebak manggis, Jambrong yang selalu memperkenalkan diri dengan nama Johny, langsung nyamperin mereka.
       "Hari gini lu masih aje pada maen tebak tebakan manggis? " Jambrong langsung menegur kumpulan remaja yang lagi asyik taruhan
      " Yaa abang,,, kayak nggak pernah kayak kite aje. Kite bisa begini,kan lantaran dulunye sering ngeliat abang main tebak tebakan manggis" sahut Petot nyang kelihatannye kesal lantaran lagi kalah
      " Eh Petot, gue tuh bukan mau ngelarang. Gue tuh mau ngasih tau, di jaman sekarang, tebak manggis tuh udeh nggak zaman. Sebab, tuh buah, bukan buat dipake alat berjudi. Tapi, kudu dinikmati gimane rasanye dan juga kayak ape manfaatnye. Ngerti lo ?"Tegas Jambrong
      Yang langsung nyahut,malah si Peyang
      " Emang manggis, selaen buat kite makan sama buat main tebak tebakan, ada manfaatnye,bang?"
      Jambrong nyang emang bukan mau marah tapi cuma mau ngalokin supaye anak anak gak lagi tebak tebakan - apelagi tarohan pake duit, rada seneng juga sama Peyang yang ngerespon rada bagus
      " Mangkenye lo mesti banyak belajar. Gali ilmu, supaye tahu, supaye paham kalo buah manggis tuh banyak banget manfaatnye," ujar Jambrong
      Ngedenger perkataan Jambrong, anak anak nyang tadinye kelihatan kesal, mulai kepingin tau kebeneran nyang baru aje dibilang sama Jambrong.
      " Memang ape aje sih bang, manfaatnye ?" Tanya si Kubil
      " Bisa bikin kite kayak ape nggak, bang?" Tanya Maman
      Jambrong nyang kagak mau diberondong pertanyaan tapi gak dikasih kesempatan ngejawab, buru butu nyahut.
      "Manfaatnye tuh banyak. Salah satunye, bisa menuhin harapan elu, Man. Sebab, salah satu manfaat buah manggis, emang bisa bikin kaya siape aje orang nyang mau mengolah buah manggis dengan rajin dan semangat nyang tinggi"
      " Bener nih bang?" Sela si Boim
      " Lu pade kagak percaye?" Tanya Jambrong nyang buru buru mengkondisikan suasana supaye die bisa ngejelasin ke anak anak, ape manfaat buah manggis
       Mau tau ape manfaat buah manggis? Ikuti tulisan berikutnya






























<a href="http://trafficadbar.com/oesman" target="_top"><img src="http://www.trafficadbar.com/images/banners/banner468x60.gif"></a>



Friday, May 17, 2013

RINDU WARISAN

oleh : Oesman Doblank

        JAIM emang udeh kepengen banget dapet warisan. Kalo sebagian besar kekayaan milik babenye jatoh ke tangannye, JAIM bukan cuman mau plesiran ke Hongkong sama ke London. Tapi, diam diam Jaim juga kepengen ngelamar Ipah, janda kembang yang sangat JAIM demenin tapi Jaim kagak tau si Ipah demen ape nggak sama die. Yang jelas, JAIM yakin, kalo punya duit nyang bisa dipake bekipas, sedikit kemungkinan cewek jaman sekarang nolak diajak kawin.
       Buktinye, banyak kok cewek nyang dipanggil KPK lantaran udeh gembira menerima hadiah mewah dari cowok nyang asal usul duitnya kagak berkah. Soal mereka ada hubungan lain diluar hadiah mewah, biarlah saja orang menerka. Yang jelas, di zaman sekarang kebanyakan merasa kesulitan berbuat ikhlas.
      Tapi, Sumpah.... JAIM ikhlas kok ngerawat babenye nyang udeh tiga minggu dirawat di rumah sakit, dan menurut dokter pihak medis sudah mengusahakan namun hasilnya diserahkan kepada Sang Maha Kuasa. Jadi, itu sebabnya JAIM ikhlas begadang di rumah sakit. Dan, di tengah malam JAIM gembira banget waktu babenye bicara pelan tapi jelas kalimatnya berbunyi : Babe mau nitip pesen
       " Pesen ape be," tanya Jaim dengan suara tenang dan berpura pura kaget
       " Soal harta babe" sahut sang babe dengan suara yang lemah
       " Be.. babe kan lagi sakit. Nggak usah deh ngomongin soal warisan," sahut Jaim, berpura pura sedih dan berpura pura tidak butuh.
       " Babe mesti ngomong supaya elu tau," ujar sang babe.
       JAIM tak bisa berbuat banyak. Dia akhirnya mempersilahkan babenya ngomong, Sang Babe nggak mau buang waktu.
       " Tapi lu jangan foya foya, yee?" Kata babenye.
       Jaim tidak menyahut dengan kata, tapi dengan anggukannya yang mantap
       " Lu jangan jadi sombong dan takabur, yee?"
       Jaim kembali mengangguk sambil ngelap pipinye nyang beaer mata.
       " Lu juga jangan sedih dan putus asa, yee?"
       "Iye be.. iyeee..." Kali ini Jaim menyahut dengan suara yang disendu sendukan
       "Alamdulillah. Gue senang lu bersedia gue warisan nasehat. Pake ye tuh semua nasehat yang gue warisin buat lu," kata sang babe.
       Jaim ternganga. Gak nyangka rindunnye buat dapet warisan cuma ngedenger nasehat



<a href="http://trafficadbar.com/oesman" target="_top"><img src="http://www.trafficadbar.com/images/banners/banner160x160.gif"></a>




















Thursday, May 16, 2013

SKETSA

DUNIA TAK BISA BICARA
oleh : Oesman Doank


       Tiap kali saya membaca slogan sebuah iklan yang berbunyi Orang Bijak Taat Pajak dengan embel embel kalau tak bayar pajak disebutkan Apa Kata Dunia? Terus terang, sebenarnya saya ingin ngakak. Setidaknya, jika merasa tak enak ngakak tanpa izin, saya ingin mengkonter iklan tersebut dengan iklan yang bunyinya sederhana.
         Bunyi iklan yang rencananya akan saya buat, seperti ini.
         Jangan Biarkan Gayus Bermukim di Hatimu
      Sayangnya, hingga saat ini, iklan sederhana dari yang paling sederhana atau paling tidak sederhana, tak pernah saya buat apalagi sempat saya sebar luaskan. Bukan tak ada biaya atau tak ada percetakan yang bersedia mencetak spanduk atau banner. Tapi, karena biaya yang ada lebih saya prioritaskan untuk beli sembako. 
       Kalau saja saya tak perlu sembako dan bisa menahan lapar apalagi bisa tidak masuk angin, mungkin spanduk, banner atau bentuk alat promosi apapun yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan, boleh jadi sudah saya alihkan biaya untuk membeli sembako menjadi biaya mencetak iklan.
         Hanya, karena yang kemudian terus masuk dalam pikiran di rumah harus selalu ada dan punya sembako, saya tak punya lagi peluang untuk mengkonter iklan yang dikemas oleh dunia pajak, yang menurut kabar masih tetap ada Gayusnya.
          Mengingat hal itulah, akhirnya saya memutuskan untuk meminta waktu kepada dunia, agar berkenan untuk saya wawancara. Jika permohonan saya dipenuhi, saat wawancara berlangsung, hal pertama yang akan saya tanyakan sangat sederhana.
          Apakah tuan dunia bisa bicara dan apa komentar tuan dunia jika tahu ada masyarakat yang tidak bijak dan tidak taat dalam membayar pajak?
          Sayang, sampai hari ini saya tak mau menyempatkan diri  untuk menulis surat pada tuan dunia agar menyediakan waktu luang untuk wawancara. Mengapa? Karena sangat yakin, tuan dunia sama sekali tak bisa bicara dan dia tak paham apa itu pajak, mengapa di satu sisi masyarakat harus membayar pajak sedangkan di sisi lain, gayus gayus berlomba lomba menyelewengkan uang yang dihasilkan dari pajak.
           Menurut hemat saya, keyakinan saya sangat beralasan, karena sejak kecil saya tak pernah melihat dan tak pernah mendengar dunia bicara. Hanya, suara dunia memang ada. Saya kerap mendengar saat angin berhembus, saat gunung meletus dan saat banjir bandang melanda
                Selebihnya, dunia hanya terus membisu.
             Dunia juga tidak pernah berubah menjadi edan. Buktinya, meski banyak yang mengatakan dunia memang sudah edan, yang namanya sang dunia tak pernah protes juga tidak pernah menggelar konprensi pers dalam rangka menje laskan kalau dirinya edan atau tidak edan.
        Jadi, kalau dunia sama sekali tak bisa bicara dan tak pernah menam pakkan keedanannya--apalagi secara signifikan, mengapa dunia pajak harus membuat sebuah kalimat berbunyi : Apa Kata Dunia,  hanya untuk satu tujuan agar masyarakat mau membayar pajak.
             Mau tahu jawabannya. Maaf.... saya justeru paling tidak tahu. 
























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>
             

PERANAN KENTUT DALAM RUMAH TANGGA

oleh : Oesman Doblank


      DAPAT dipastikan, bahwa berbagai forum ilmiah--baik skala nasional maupun internasional, tak pernah tertarik atau tak akan kepincut untuk mengagendakan tema kentut sebagai hal yang perlu dibahas. Selain karena dianggap sepele dan memang sangat disepelekan, kentut masih dianggap sebagai hal yang tabu.
           Disudutkan dan ditabukannya kentut oleh sebagian besar manusia, tak lain karena selain aspek baunya juga lantaran bila ditinjau dari aspek etika, baik jenis kentut yang sebatas peeessss maupun yang meluas menjadi broooot, dianggap tidak layak diperbincangkan karena etika sendiri-langsung ataupun tidak langsung, hanya mengatur hal yang bagus dan indah indah.
              Sedangkan kentut dianggap tak ada bagusnya juga tak ada indahnya.
              Hanya, tak seorang pun yang berani mengingkari kalau setiap pribadi sebenarnya pernah, suka, atau bahkan ada yang mengelola kentut dengan sebaik baiknya. Hal ini dilakukan karena yang namanya  kesehatan tubuh, selain harus tetap prima juga dapat menghalau berbagai penyakit
              Menurut dokter ahli jiwa yang tidak mau disebut namanya karena takut populer dan kuatir direkrut untuk jadi pemain sinetron sebanyak duaribu episode, mengatakan.
              "Bohong, jika ada manusia tidak pernah kentut. Juga bohong, kalau ada manusia yang tak suka kentut. Mengapa?" Kata sang dokter sambil bertanya.
              Eh, saya nggak bisa ngejawab, sang dokter ngejawab sendiri.
           "Karena kentut sangat berkait erat dengan kesehatan tubuh. Sudah banyak contoh konkrit, tapi saya tak pernah tahu berapa jumlah pasien yang harus dilarikan ke ruang gawat darurat, karena selama beberapa hari tak bisa kentut. Uniknya, tiap ditanya dokter, hanya mengatakan mungkin masuk angin. Padahal, kami tau persis, jika sebenanya dia sedang tidak kentut kentut," urai si dokter, yang juga mengaku pernah mengalami hal itu, setelah makan nambah sampai tiga piring, padahal lauknya hanya goreng ikan asin, sayur asem,ples pete dan jengkol.
                "Sebenarnya, waktu itu, setelah makan saya mules dan kepingin kentut. Tapi,lantaran banyak kolega dan akan sangat menjatuhkan gengsi saya bila pas saya lepas bunyinya menggelegar, maka terpaksa saya tahan. Lantas, apa akibatnya? Beberapa hari kemudian saya dilarikan ke UGD sebuah rumah sakit, dan saat bersamaan, beberapa pasien juga senasib dengan saya"
             Sayang... kita tak sampai hati untuk mengakui kalau yang dikatakan sang dokter banyak benarnya dan sedikit sekali salahnya. Tapi, untunglah, saya termasuk salah seorang yang berani mengatakan, bahwa fungsi kentut dalam rumah tangga itu sangat signifikan.
                Waktu isteri saya ngambek dan dia bersembunyi di dalam lemari, saya jadi sedih karena sampai jam sepuluh malah dia belum juga kembali. Saya pikir dia minggat. Maka, saya harus rela tidur sendiri. Namun, saat saya sudah ingin memejamkan mata, tiba tiba terdengar suara ledakan dari dalam lemari. Saya pikir, ada tikus tertembak oleh kucing.
                 Tidak taunya, isteri saya yang sembunyi di almari, tak mampu lagi menahan kentutnya. Dan saat ia ingin bertahan sampai pagi untuk bersembunyi, kentutnya dan gelegar suaranya itulah yang membuat dia harus keluar dari persembunyian dan saya jadi tau kalau isteri saya tidak minggat. Tapi sembunyi dan tekadnya untuk bertahan dipersembunyian dikalahkan oleh rasa ingin melepas kentut.
                   " Timbang saya masuk angin dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit, kan lebih saya lepaskan meski risikonya ketahuan saya sembunyi di almari, " ujar isteri saya sambil menahan malu karena misi sembunyinya terungkap oleh suara kentut yang dilepasnya.
                    Saya sama sekali tidak marah. Saya maklum dan memahami alasannya sangat logis. Dan, sialnya, saat saya ingin menjawab dengan mesra, yang kemudian terdengar bukan omongan saya. Tapi, suara braaat breeet brooot, yang terlepas dengan begitu saja.
                          Saat itu, sebenarnya saya juga mules dan ingin buang gas. Saya pikir, dengan teknik tertentu jika keluar tak terdengar. Nyatanya, malah sangat terdengar dengan jelas. Lalu, apa yang kemudian terjadi.
                           Isteri saya nyubit dengan mesra. Dia bilang, gara gara saling lepas kentut, saya jadi lupa sama kekesalan saya dan sekarang ingin merasakan indahnya kemesraaan pasca saling lepas suara alam.
                          Aaaah.... malam jadi terasa sangat indah, meski bulan sedang tidak purnama.





































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

Monday, May 13, 2013

PANTUN : TOLAK MENOLAK SANTUN


oleh : Oesman Doblank


Bang... bisa kan naik ke atas genTENG
Kalo bisa pasti aye bikinin kopi suSU
Abang pantes deh dibilang ganTENG
Tapi aye nolak lantaran abang madeSU

Diih... ade kok suka banget daging iTIK
Emangnye itik lebih enak dari ikan pePES
Gak sangsi deh kalo ade kebangetan canTIK
Gak layak jadi isteri kalo terus bawa aPES

Diih abang... kenape gak mau singGAH
Emang takut gak diajak makan siANG
Aye yakin banget kalo abang tuh gaGAH
Sayang dompetnye cuma berisi bulu beruANG

Dik.. lihat deh burung gagak terBANG
Kalo cape dia pasti menclok di kawAT
Adik emang selalu diudak udak kumBANG
Sayang adik cuma ahli mencetin jeraWAT
























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

SKETSA

MINTA CINTA MEWAH
oleh : Oesman Doblank


          KEPENGEEEEEEN banget, Dul Semplak ngebanting televisi meski kreditannya belon lunas. Pasalnya, Ijah Blangsak, bokinnye, nyang biasa nonton opera sabun colek, waktu diajak nonton berita, kayak kesima. 
            Bukannye nyebut amit amit jabang bayi, eh terkesimanye malah kagum sama ulah koruptor nyang nyuci duit hasil korup dengan cara ngasih hadiah barang dan mobil mewah ke beberapa cewek kece yang konon katanya artis top dan selebriti setengah populer.
             "Mestinye, abang tuh niru die. Cewek nyang belon sah jadi bininye aje, dikasih mobil mewah sama barang mewah. Bokinnye pasti dihadiahin kapal pesiar mewah," kate Ijah.
        Dul Semplak pikir, cuma komen sepintas lantas lupa sama soal kemewahan. Nggak taunye, Ijah nuntut ke Dul Semplak dan sambil ngerengek die minta dibeliin nyang mewah mewah tapi bukan rumah gedek nyang lokasinya mewah (mepet kesawah)
               " Waktu minta segale nyang mewah,lu mikir ape kagak si Jah?" Tanya Dul Semplak, nyang bukannye marah tapi malah kasian sama bokinnye. Bukan lantaran nggak bakalan sanggup ngebeliin. Tapi, kasihan lantaran Ijah jadi mendadak kagak tau diri. 
                Udeh tau punya laki nyang statusnye cuma buruh, dan gaji per bulan cuma cukup buat pas makan doang. Eh, bokinnye nyang biasenye kagak macem macem mendadak berobah.
                  "Pasti mikir, bang,"kata Ijah.
                "Soalnye," Ijah lanjutin omongannya
              " Tuh orang nyang becandain sapi, kan juga lelaki.Nah, abang juga, kan lelaki.Kalo die bisa, abang juga mesti sanggup," tegas Ijah, sambil ngingetin kalo lakinye bisa ngedeketin bang Jebleh, nyang punya sapi sepuluh ekor dan bisa diajak kerja sama ngurus soal persapian supaya bisa menghasilkan mobil dan barang mewah laennye.
                 " Usul lu bukan nggak bagus, Jah. Malah jenius.Cuman, gue mana punya kesempetan dapetin job nyang kayak gitu. Gue tuh cuman buruh pabrik, Jah. Bagus aje gue kerja di pabrik dangdang dan boss gue nggak praktekin kerja paksa. Coba kalo bos gue nyontoh kelakuan boss pabrik wajan, pasti gue disikse setiap hari," kate Dul Semplak, ngejelasin supaya Ijah jangan macem macem, sebab kalo Ijah neka neko ujung ujungnye ribet.
           " Bilang aje abang nggak mau nyenengin bini,"sentak Ijah nyang langsung ngambek,
           "Lo ngomong jangan asal ngejeblak, dong. Pemilu masih setaon lagi, udeh ngomong macem macem," kate Dul Semplak nyang berharap bokinnye sadar lantaran kagak bakal sanggup menuhin kemauan Ijah nyang mendadak berkelas lantaran biasa naik ojek jadi kepingin naik mobil mewah
          " Bang..." Kate Ijah nyang masih tetap keliatan kagak senang
          "Sekarang gini aje deh. Abang sanggup nggak menuhin permintaan aye"
      Tanpa pikir panjang, Dul Semplak langsung nyaut. Bukan cuma bilang kagak sanggup. Tapi sampai ajal dateng menyapa, juga nggak bakalan bisa menuhin permintaan Ijah
            " Nah, kalau abang gak sanggup, kasih Ijah kemewahan yang laen." kate Ijah.
            Dul Semplak bukan seneng tapi bingung. Soalnye, kalo Ijah minta kapal terbang super mewah, bakalan makin berabe. Bisa bikin Dul stress.
             " Jah.. kemewahan ape lagi sih? Lu jangan mikir gue sanggup, Jah?" Dul jadi memelas
             Tapi setelah Ijah ngejelasin die minta kemewahan cinta dan kalo disanggupin Dul Semplak nggak boleh kawin maning, sang suami jadi narik nafas selega leganya. Lebih lega dari Gelora Bung Karno, lapangan nyepak nyepak bola nyang kalo PSSI maen lawan tim luar negeri lebih sering kalah timbang menang.
           " Abang sanggup, kan?" Tanya bokinnye nyang tetep cembetut lantaran lakinye belum ngejawab dengan teges.
             " Kalo itu sih, gue sanggup, Jah," sahut Dul Semplak, kurang begitu ikhlas lantaran die lagi ngincer jande demplon nyang ditinggal minggat lakinye lantaran matre banget.
                 Cuma, akhirnye Dul Semplak rela ngebatalin niat ngudak ngudak sang janda, sebab, biar cakep banget tapi kalo matre, kagak bakalan setimpal sama penghasilannye.
































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>
                          

Wednesday, May 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (30)


MASIH ADA JALAN
                                               oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH


Sabar terduduk. Kedua kakinya berselonjor Tubuhnya disandarkan ke batang pohon. Sabar tak menghiraukan celananya yang pasti kotor oleh debu. Ia lantas menatap langit, seseng gukan dan membiarkan air matanya berhambu ran.
Sabar kembali sesenggukan. Kalimat yang baru saja ia dengar, langsung membawa nya ke puncak keharuan. Sabar, benar-benar merasa hari ini menjadi hari yang paling indah dalam hidupnya. Hari yang sangat berbeda dengan ribuan hari yang telah dilaluinya. Ia mengangkat kedua tangan, kedua matanya yang bercucuran air mata, memandang luasnya langit
“Tengkyu Tuhan…Tengkyu..Hamba menikmati limpahan karuniaMu yang begitu besar dan tak terhingga.Oooh, Engkau memang Maha Besar, yaa Tuhanku. Engkau memang Maha Agung dari segala keagungan yang ada. Engkau begitu baik pada hambamu yang maha lemah ini, Tuhanku. Bagaimana hamba sanggup membalas semua kebaikan yang telah Engkau limpahkan pada hamba.
Tuhanku…ooh, tengkyu hanya kucurahkan pada-MU, Tuhan..
Alhamdulillah Hirabbil Alamin, ya Rabbku “
Bondan, bukan tak melihat apa yang dilakukan Sabar. Beberapa saat Bondan hanya bisa ternganga. Lantas, dengan agak kesal ia menghampiri Sabar.
“ Lu itu, ngapain, sih bang. Dari tadi, kayaknya kerjaan lu cuma nangis. Terus, di tempat ramai begini, lu mewek? Kalau memang gue nggak boleh ikut ke rumah sakit, nggak boleh bezuk isteri lu dan kagak lu kasih kesempatan kenal sama bayi, lu, bilang terus terang.
Gue bisa panggil taksi dan pulang sekarang juga, kok. Niih, ambil helm lu kalau nggak percaya gue bisa pulang pakai taksi “
Masalahnya, bukan nggak percaya, coi. Lagipula, apa susahnya si boss langsung pulang pakai taksi. Wong, cari kontrakan pakai mobil sewaan yang anti keterjang angin saja, pasti bisa, kok ?
Cuma, ketulusan lu, itu, boss. Cara lu nolong orang, kok, kagak pernah pakai rencana, sih. Ngalir begitu aja, kayak air? Lu benar-benar kagak ngerti, ya, kalau hari ini, gue benar-benar bahagia. Lu tau nggak, sih, karena lu begitu tulus, Allah langsung kasih gue karunia. Langsung bikin gue terus hepi. Gue tuh nangis bukan kagak setuju sama rencana, lu. Tapi, karena ketulusan lu itu yang bikin gue nggak berenti dari rasa haru.
Gue rela, kok, dikatain orang cengeng. Emangnye, gue pikirin. Gue tuh nggak mungkin nggak nangis, boss. Keharuan demi keharuan, terus nerjang dan datang silih berganti, karena ketulusan lu?
Sabar kepingin banget, suara yang bergema di hatinya diungkap dan didengar anak muda yang ia panggil boss. Tapi, ia nggak sanggup. Nggak bisa. Sebab, ia tahu, ketulusan si boss adalah sejatinya ketulusan. Tidak diiming-imingin apapun. Buktinya, di pangkalan, ketika Sabar curiga, ia malah dibayar setengah juta.
Di rumah makan mahal, nggak ngajak ke dalam dan Sabar mau ke warteg, malah dipanggil pelayan dan nggak cuma bebas pesan makanan. Tapi, malah diomelin kalau nggak pesan makanan enak buat isterinya.
Di rumah kontrakan ? Mestinya, bisa ambil yang lebih bagus dengan harga empat belas ju ta buat dua tahun. Eee, malah ambil yang enam juta dua tahun dan sisanya, malah dikasih ke Sabar agar bisa bayar biaya rumah sakit. Dan barusan ? DI tengah jalan malah bilang mau ikut ke rumah sakit.
“ Bang…lu jangan nangis terus, dong. Gue tuh butuh kepastian. Kalau gue nggak boleh ikut ke rumah sakit, ambil nih helm lu. Sekarang juga, gue mau langsung pulang. Kalau lu ijinin, cepat berangkat. Lu pikir enak diliatin banyak orang ?”




Bersambung......



























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

CERITA BERSAMBUNG (29)

MASIH ADA JALAN
                                             oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH SEMBILAN


“Saya masih kepingin nangis, boss. Sebab, sa ya benar-benar bahagia. Saya nggak sangka, sete lah ketemu sama boss, Allah malah memberi sa ya kemudahan dalam menyelesaikan masalah, “ ujar Sabar sambil terus merapikan uang yang sudah dihitungnya
“Bagaimana, sekarang, sudah bisa apa belum jika kita cari mesjid?”
“Sangat bisa, boss. Uangnya, su dah saya hitung. Jumlahnya cukup. Tidak kurang tidak lebih. Sekali lagi, ijinkan saya mengucap kan terima kasih “
“Yaa, sama-sama. Tapi, gue minta sekali lagi, jangan terus-terusan nangis. Ntar di sangka orang, gue habis ngegebukin si abang la gi“
“Sembarangan. Kalau ada yang be rani bilang begitu sama boss, biar saya yang ha jar “
“Belagu lu bang. Mengeringkan air mata saja, lu belum bisa. Gimana bisa ngeha jar orang? Makanya, lu stop deh tuh tangisan. Te rus kita ke luar, cari mesjid “
Sabar berusaha menenangkan diri nya. Setelah dengan susah payah, akirnya, ia berhasil nyetop tangisannya. Sabar lalu ngelap air matanya. Baru ia merasa leluasa dan bisa mengeluarkan motor, dari teras rumah, yang harga kontraknya sudah dibayar Bondan


(7)


RENCANANYA, begitu sampai di pangkalan ojek, Sabar akan menurunkan si boss. Sekali lagi ia akan mengucapkan terima kasih. Begitu berpisah, Sabar langsung cabut, meluncur ke rumah sakit. Rencana kedua, setelah menye rahkan tas plastik warna merah berlogo rumah makan mahal, ia akan buat surprise. Hanya me nyerahkan uang yang setengah juta rupiah. Jika isterinya menanyakan soal biaya untuk bayar rumah sakit, ia hanya akan bilang:
“Kamu berdoa saja “
Dengan begitu, isterinya jadi harap-harap cemas. Jadi, isterinya akan mikir, dan di saatnya, ia akan bilang, soal rumah sakit sudah beres. Kalau sekarang pulang, tak bakal ada yang meng hadang. Tak akan ada yang berani menyandera
Karena itulah, Sabar menyalakan lampu sein motornya. Niatnya, sebentar lagi, dia harus tepat dan cepat berbelok ke kiri. Begitu masuk ke jalan arteri, ia akan langsung bablas sampai ke Pejompongan. Nantinya, belok ke kanan dan sampai ke pangkalan.
Belum sampai belokan, boss meminta agar Sabar menepikan motornya. Sabar hanya berpikir senangnya saja. Ia menduga, boss akan turun. Setelah menyerahkan helm terus bilang, karena tak tahan terus menerus keanginan, saya permisi dan memilih naik taksi
Nyatanya? Begitu motor menepi ke pa ling sisi, boss memang turun dari motor. Tapi, yang disampaikan benar-benar di luar perkiraan Sabar
“ Bang…kalau boleh, gue mau ikut ke rumah sakit Gue mau bezuk isteri lu, mau kenalan sama bayi lu yang baru lahir ke dunia dan setelah beres, baru anter gue ke pangkalan. Gimana, setuju ? “
Sulit bagi Sabar untuk menjawab tidak setuju. Tapi, ada yang jauh lebih sulit dari seke dar menjawab hal itu. Makanya, Sabar standar kan motor, cabut kunci dan bergegas ke salah satu pohon rindang yang berjajar di sepanjang ja lan.Jaraknya hanya sekitar lima meter dari mo tornya yang sudah distandarkan.


Bersambung......



















<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

CERITA BERSAMBUNG (28)


MASIH ADA JALAN
                                              oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH DELAPAN

“Emang, keluarga boss ada yang sakit? Anak atau isteri, boss ?”
“Gue, kan masih jomblo, bang “
“Boss masih jomblo. Kalau begitu, yang sakit, jika bukan orangtua pasti kakak atau adik nya, boss “
“Maksud gue, begini, lho, bang. Gue tuh, kan ngontrak dua tahun. Kalau gue ambil yang disebelah, kan, mesti bayar empat belas juta. Nah, kalau yang ini, kan , cuma enam juta. Jadi, gue tuh ngirit delapan juta, kan ?”
“Kalau hitungannya begitu, memang benar, bisa ngirit delapan juta, boss. Berarti masih bisa bayar biaya rumah sakit keluarga boss yang lagi dirawat “
“Gue tuh nggak punya keluarga yang lagi dirawat di rumah sakit, bang. Ngaco aja, lu ?”
“Ngaco gimane, boss. Kan, barusan, boss sendiri yang bilang, nggak cukup buat bayar rumah sakit “
“Yang lu bilang, emang nggak salah, bang. Cuma, maksud gue begini. Kalau gue ambil rumah kontrakan sebelah, berarti gue bayar empat belas juta. Kalau yang ini, kan, cuma enam juta. Berarti gue bisa irit delapan juta. Naah, maksud gue, duit yang bisa gue irit, yang jumlahnya delapan juta, mau gue pakai buat …enaknya buat apa, ye, bang ?”“
“Buat renovasi kan, bisa, boss. Jadi, nih rumah, walau masih asli, bisa lebih enak dipakai “
“Soal renovasi nggak usah lu pikirin, bang. Itu urusan gue. Gimana kalau gue pakai buat. “
“Beli perabotan, boss. Jadi, perabotan boss, baru semua. Oke, punya, tuh, boss ?”
“Kayaknye, lebih oke kalau gue pakai buat bayar biaya rumah sakit isteri lu, deh, bang “
Sadar, tercengang. Ia seperti tidak percaya mendengar kalimat yang baru saja terucap dari mulut Bondan. Padahal, sangat jelas tak mungkin tidak terdengar.
“Yee, gimana juga, sih, lu, bang. Apa nggak boleh, kalau gue mau membantu meringankan be ban lu bayar biaya rumah sakit. Tadi, lu bilang isteri lu lagi dirawat, kan ?”
“Be..benar, boss. Cu..cu.. Cuma Astagfirul lah Haladziem. Subhanallah Alhamdulillah Hi robbil ‘Alamin. Boooosss, terima kasih, boss. Terima kasih, Yaa Allah, hari ini, begitu banyak rezeki yang kau limpahkan pada hamba, Tengkyu Allah. Tengkyu ”
Sadar langsung sungkurkan kepalanya, Ia bersujud ke lantai, bersyukur. Tangisnya pecah. Tangis haru, tangis bahagia. Bondan, membuka tas yang tergantung, diikat dipinggangnya. Meng ambil uang. Menghitung. Ia membiarkan Sadar sesenggukan. Baru berhenti setelah Bondan usai menghitung uang dan mengangkat tubuhnya.
“ Bang…tolong terima uang ini, yaa. Tolong gunakan untuk bayar rumah sakit, agar isteri dan anak abang bisa cepat dibawa pulang. Ingat yaa, bang. Gue cuma bisa bantu buat bayar rumah sakit. Bukan buat foya-foya. Gunakan baik-baik, ya, bang “
“Alhamdulillah yaa Allaaah. Eng kau me mang Maha Suci. Maha Besar. Saat hambamu bi ngung, kau datangkan boss yang baik hati untuk menolong hamba. Terima kasih banget, boss. Terima kasih “
Bondan tidak menggubris
“Duitnya, tolong cepat diambil, bang. To long hitung, kalau kurang dari delapan juta, bi lang aja. Setelah abang hitung, simpan baik-baik. Kalau abang sudah tenang, kita segera cari mes jid. Kita shalat Dhuhur. Abang imam saya mak mum, yaa?”
“Iya, iya, eh, nggak boss. Boss saja yang jadi imamnya. Saya jadi makmumnya. Soalnya, saya lagi terharu. Takut, nanti terus nangis, malah sho lat saya jadi nggak konsen “
“Yaa, sudah, abang jangan buang air mata terus. Nanti, kalau habis, kan susah belinya. Percuma punya duit kalau kita nggak punya air mata “



Bersambung.......



































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

CERITA BERSAMBUNG (27)



MASIH ADA JALAN
                                               oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH TUJUH


“Jadi, salah dong, kalau kita bilang mafia kasus, koruptor, maling ayam, mafia pajak, itu setan “
“ Salah sih, tidak, pak. Hanya, jelas sangat keliru. Sebab, yang nyata-nyata melakukan kejahatan pas ti manusia, bukan setan. Tapi, manusia selalu mengata kan, penjahat yang sebenarnya manusia telah melakukan perbuatan setan. Untungnya saja, setan tak pernah mela porkan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh manusia terhadap setan “
“Hahahaha, sekarang bagaimana, apakah setan. Eh, maaf, maksud saya, apakah dik Marwan berkenan mengontrak rumah saya ? Tapi, maaf, lho, baru san saya bilang setan. Habis, sih, dik Marwan bisa saja. Mau transaksi kontrak rumah, setan dibawa-bawa “
Bondan yang sudah melihat situasi rumah kontrakan milik pak Waluya yang menurutnya sangat sederhana, dan cocok dijadikan tempat tinggal karena lokasinya di dalam dan jauh dari jalan raya, tak lagi berpikir panjang lebar. Ia langsung menyatakan berminat dan langsung membayar uang kontrakan untuk dua tahun
“ Langsung dibayar saat ini ?” Tentu saja Pak Waluyo jadi kaget.
“ Sekarang, besok atau lusa, kan sama saja, pak. Saya tetap harus bayar. Jadi, kenapa harus ditunda-tunda ?”
“Terima kasih, dik Bondan. Terima kasih,” pak Waluyo menghitung uang yang diserahkan Bondan untuk membayar harga kontrak rumah.
“Boleh, kan, pak kalau saya langsung minta kunci. Kebetulan, saya kepingin banget istirahat “
“Oh, boleh. Tentu saja boleh. Silahkan, ini kuncinya,” pak Waluya segera menyerahkan kunci rumahnya kepada Bondan, dan segera pamit pulang.
Bondan memanggil tukang ojek agar membawa motornya ke dalam. Sadar ter senyum. Ia yakin, pak Waluya pergi dan membi arkan Bondan di rumahnya, berarti sudah deal. Sadar yakin, sebelum Maghrib, ia sudah bisa sampai di rumah sakit. Menjenguk isterinya, menyerahkan makanan enak dan amplop sete ngah juta rupiah.
“Kita istirahat sejenak, yaa, bang. Setelah itu, kita cari mesjid dan langsung pulang. Oh iya, jam berapa abang mau besuk isteri di rumah sakit “
“Sore, kok, boss. Tenang aja, boss. Masih banyak waktu. Saya juga kepingin santai sebentar,“ sahut Sadar, sambil standarkan motornya yang sudah dibawa masuk ke teras rumah tipe 36.
“Abang tau, nggak tadinya gue mau ambil rumah kontrakan yang mana ?”
“Waah, tepatnya saya nggak tau boss.Cuma, karena rumah yang akan dikontrak ada dua, kalau nggak rumah yang ini, pasti yang di sebelah, boss “
“ Gue kepengen banget, bang, ambil yang di sebelah. Cuma, kata pak Waluyo, harga pertahunnya tujuh juta rupiah. Sedangkan yang ini, cuma tiga juta rupiah. Akhirnya, gue pilih yang ini dong “
“Dananya nggak cukup, ya, boss?”
“Ya, nggak cukup buat bayar rumah sakit”





Bersambung.........





















<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>






CERITA BERSAMBUNG (26)


MASIH ADA JALAN
                                              oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH ENAM

Bondan menoleh. Tersenyum, mengangguk dan memperkenalkan diri, dan menyam paikan maksudnya pada pak Waluya.
“ Kayaknya, saya mesti tanya dulu, dik Bondan mau ambil yang mana, nih? Kalau mau yang masih asli, saya bisa langsung antar masuk ke dalam agar dik Bondan bisa lihat-lihat. Kalau mau yang di sebelahnya, kita harus ke rumah bu Mursidin terlebih dahulu “
“Jadi, yang masih asli punya bapak, yang sudah direnovasi dan ditingkat, punya bu Rasidin. Bagaimana kalau saya maunya lihat lebih dahulu rumah bapak. Oh ya, boleh saya tahu, berapa harga per tahunya, pak ?”
“Rumah saya kan masih asli. Masih apa adanya. Listriknya pun hanya 900 watt. Har ga per tahunnya, tentu lebih rendah dari rumah di sebelahnya. Saya tawarkan cuma tiga juta rupiah. Jika dik Bondan naksir rumah bu Rasidin, kata nya, sih, per tahun tujuh juta rupiah “
Pak Waluya membuka gembok rumah nya. Mengajak Bondan masuk ke dalam untuk melihat-lihat. Sadar tetap di atas motornya. Me mandang bungkusan plastik berisi makanan ma hal, untuk isterinya. Ia yakin, boss mengijinkan ji ka ia ikut melihat-lihat ke dalam. Tapi, Sadar ta kut malah lama. Ia tak ingin, kelamaan di dalam rumah, begitu keluar, motornya sudah raib entah ke mana
“Pastinya, isteriku nggak mungkin ti dak senang Dia pasti tidak nyangka, jika suami nya yang cuma tukang ojek, bisa bawa makanan enak, mahal dan dibungkus dalam kemasan m ewah “
Sadar terus memandang bungkusan yang ia gantung di stang motornya. Ia terus terse nyum. Seperti Bondan, yang juga tersenyum sete lah mendengar seloroh pak Waluya, yang menga takan, para tetangga menyangka rumahnya yang sekitar sebulan kosong ada penghuninya
“Pak Waluya bisa saja. Tapi, untung saya tidak takut setan. Sebab, saya pernah jadi setan. Dan ketika saya merasa sebagai setan, saya bisa melihat dengan nyata, lho pak, betapa setan-setan beneran malah pada santai dan berleha-leha “
“Hahahahaha, sekarang, dik Bondan yang bisa saja. Masa’ bisa, sih, setan beneran malah pada santai dan berleha-leha “
“Benar dan nyata, pak.Mereka itu, malah pada malas kerja. Baru kepingin membujuk manusia agar pada mabuk, eh, manusia yang sudah jadi setan, malah mabuk duluan. Baru mau ngebujuk manusia agar korupsi, eh, manusia yang sudah menempatkan setan dalam dirinya, belum dibujuk sudah lebih dahulu korupsi. Jadi, setan merasa nggak ada kerjaan.
Mereka jadi bisa santai dan berleha-leha. Sebab, saat ini, kebanyakan manusia, malah menempat kan setan ke dalam dirinya. Menjadi setan sebelum setan datang untuk membujuknya. Para setan pasti bersyukur, sebab semakin banyak manusia yang jadi setan, semakin ringan tugasnya “
“ Ada benarnya juga, lho, dik Bondan. Sebab, setan yang benar-benar setan, kan, nggak pada hobi ma buk-mabukan. Eh, manusia yang dilarang melakukan perbuatan setan malah gemar mabuk-mabukan. Setan juga nggak hobi korupsi, sebab, setan nggak perlu uang atau rumah mewah.
Tapi, korupsi itu pekerjaan setan. Lalu, mengapa justeru manusia yang gemar melakukan korupsi, yaa ? Jadi, menurut dik Bondan, yang aneh itu, setan atau manusia, yaa ?”
“Waah, menurut saya, itu harus dianggap aneh tapi nyata, pak. Soalnya, kalau kita bilang yang aneh itu manusia, toh, nyatanya manusia itu konkrit dan sesama manusia bisa melihat wujud nyatanya. Tapi, jika yang aneh kita anggap setan, toh, meski kita tak pernah bisa melihat wujudnya, kita juga tak pernah melihat kenyataan tentang setan yang sedang bermabuk-mabukan.
Di pengadilan, kita juga tak pernah, tuh, melihat jaksa membacakan tuntutan kepada setan. Yang dituntut, pasti manusia. Hakim yang kemudian memvonis, juga tidak menjatuhkan vonis untuk setan. Sebab, wujud nyata terdakwanya, kan jelas: manusia “



Bersambung..........


















<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>