Tuesday, October 8, 2013

JANGAN DISUAPIN

oleh : Oesman Doblank


PAS main ke rumah teman SMU yang cukup lama tak jumpa, Maryati yang baru sampai di teras langsung tercengang karena melihat Mira, sedang nyuapin putrinya yang berusia sekitar tiga tahun.

"Kenape lu tercengang? Emang di rumah gue lu ngeliat kuntilanak?" Tanya Mira

"Gue tercengang bukan ngeliat kuntilanak. Tapi, ngeliat tingkah laku lo yang sok sayang anak." sahut Maryati

" Halllooooo... memang salah kalo seorang ibu sayang sama anak?" Timpal Mira

"Di zaman sekarang, bukan salah. Tapi keliru, Mir. Anak lo kan udah geude. Suruh dia belajar makan sendiri. Soalnya, anak gue yang baru setahun aja udeh gue suruh makan sendiri," kata Maryati

"Dassar lo nya aja yang kagak sayang sama anak dan malas nyuapin," Mira malah ngekik rekannya.

" Miraaa... Miraaaa.... Lo emang nggak kepingin anak lo jadi pejabat?" Tanya Maryati.

" Eh Mar... gue bukan cuma kepengen anak gue jadi pejabat. Sebab, harapan gue, nih anak mesti jadi presiden. Biar rakyat Indonesia lebih cepat jadi sejahtera "

" Harapan lo sungguh sangat hebat, Mir. Cuma, kalo terus lo suapin, waktu dia mulai merintis karir sudah langsung berani nyuap. Pas jadi pejabat, yang dia harap bukan prestasi. Tapi, terus menerus terima suap. LO emang kepengen punya anak yang pas jadi pejabat hobi terima suap," tegas Maryati.

"Oooh gitu, yaa," sergah Mira, yang setelahnya membujuk anaknya agar mulai makan sendiri agar nanti setelah jadi pejabat tidak kangen sama yang namanya suap


Monday, October 7, 2013

ADA CERITA (23)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH TIGA


          Pak Sadikin juga menjelaskan, yang dia lakukan bukan untuk membuat malu atau merongrong kewibawaan Marwan sebagai suami. Juga bukan untuk  mengambil hati dan mencuri perhatian Marwan.
         “ Saya hanya sebatas  memberitahu, bahwa ada yang harus terus menerus diperjuangkan oleh para suami, sampai sang isteri paham kalau suami itu imam dan wajib ditauladani bila apa yang dikatakan suami sesuai dengan yang dilakukannya. Karena jika sebaliknya, kita sebagai suami belum layak disebut imam untuk isteri dan anak kita”
          Jadi, tambah pak Sadikin, “ Dik Marwan harus  mengetahu apa yang dilakukan isteri saat dik Marwan pergi meninggalkan rumah dan sampai sore bekerja di kantor. Dengan begitu,  akhirnya bisa lebih cepat mengerti, apa yang dik Marwan harus  lakukan, setelah membuktikan sendiri tentang apa yang selama ini dilakukan oleh isteri. Boleh  jadi selama di kantor kita hanya menyangka isterinya full ada di rumah “
         “Itu sebabnya, saya mengundang bapak agar bisa berbincang dengan leluasa, bisa menimba dan menggali pengalaman dari bapak. Dan, sepertinya saya harus banyak belajar dari bapak.”
         “ Saya ini, nggak ada apa-apanya, dik Marwan. Malah, menurut saya, dik Marwan sangat luar biasa. Jarang, lho, suami seperti dik Marwan”
         “ Jarang bagaimana, pak ?”
         “Begini, lho, dik Marwan. Kebanyakan suami, malah tak suka, bila ada orang lain mengabarkan tentang kekurangan isterinya. Malah, ada yang langsung marah. Alasannya, macam-macam. Ada yang karena merasa paling sayang dan paling tahu siapa isterinya.
        Ada yang karena tak ingin orang lain ikut campur tentang masalah  rumah tangganya. Bahkan, ada yang karena merasa malu, malah membela isterinya dengan cara yang membabi buta. Sedangkan dik Marwan, tak cuma lapang dada. Tapi, juga sangat apresiatif.
        Bapak yakin, dik Marwan memang ingin berumah tangga, tapi rumah tangga yang benar-benar sakinah. Tidak seperti kebanyakan masyarakat kita, ingin rumah tangga yang sakinah, tapi tak pernah mau berbenah. Malas merajut keharmonisan, dan enggan menyelaras kan tujuan “
        Tentu saja Marwan menyimak dengan serius dan memanfaatkan pertemuannya dengan pak Sadikin deng an sebaik-baiknya. Dengan begitu, ia tak hanya dapat info. Tapi, juga dapat banyak pelajaran. Dan, ia juga ja di mengerti, mengapa banyak ibu-ibu yang tidak beker ja, jadi lebih suka ngegosip. Mengapa banyak ibu-ibu di komplek Mulia Sejati Indah, begini dan begitu.
         Juga tahu, mengapa banyak bapak-bapak di komplek,  tiap malam lebih suka ngumpul sampai pagi ha nya untuk banting kartu domino–main gapleh, dan ma in remi. Mereka tak peduli, apakah isterinya yang tidur sendirian di kamarnya, merasa gelisah karena sepanjang malam hanya memeluk guling dan hanya ditemani oleh sang sunyi.
         Bapak-bapak yang sepanjang malam hanya asyik dengan kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri, juga tak tahu sama sekali, apakah anak-anaknya bisa lelap tertidur atau gelisah, karena di rumah hanya bersama ibunya.




Bersambung…..