Showing posts with label Cerita20. Show all posts
Showing posts with label Cerita20. Show all posts

Wednesday, September 11, 2013

ADA CERITA (20)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


DUA PULUH

         Saat    meminta agar Mirna tidak mengulangi lagi kekeliruannya, Marwan terpaksa mengatakannya dengan agak keras. Dia juga mengingatkan agar isterinya tidak berakrab-akrab lagi dengan ibu-ibu, yang di saat suami pergi ke kantor, malah memanfaatkan waktu luang untuk bergibah. Kekeliruan semacam itu harus berakhir setelah Marwan mendapatkan Mirna tengah asyik bersama ibu ibu di rumah orang lain
         Namun Marwan menekankan kalau yang diinginkan sama sekali tidak berarti melarang isterinya bergaul. Dia justeru mendorong isterinya bersosialisasi dengan siapa saja, karena bergaul bukan hanya hak setiap insan. Tapi sekaligus kewajiban, agar satu sama lain saling mengenal dengan siapa saja dan berakrab akrab pun sangat tak salah, asal paham bahwa dalam bergaul, unsur saling memetik manfaat harus melekat dan satu sama lain dengan sadar harus saling mencerdaskan, saling mengajak ke jalan benar dan bukan malah mengajak ke jalan yang kelak membawa masalah. Bahkan, bisa membawa malapetaka.
          Jika proporsional karena cerdas dalam memilah dan memilih tentu yang kemudian dipetik dari pergaulan adalah manfaat bukan hal hal mudarat. Jadi, kalau dalam bergaul harus ada yang dikalahkan, tentu saja yang dimenangkan bukan keburukan. Tapi jika yang dimenangkan adalah kebenaran dan kebaikan, maka esensi bergaul jadi indah.
          Malah bisa jadi jalan untuk membangun akhlak terpuji dan menyingkirkan berbagai tipikal akhlak tercela.
          Marwan sangat berharap, agar Mirna menjadi isteri dan ibu serta perempuan yang tak hanya bisa dan pandai memilih Tapi juga bisa menginventarisir mana hal hal yang dipenuhi kebaikan yang benar dan mana hal hal yang di dalamnya hanya diwarnai oleh keburukan yang sampai kapan tetap mengandung ketidak-benaran.
          Dalam memilih, harus diketahui dan dipahami, mana pilihan yang seirama, senada, sepemikiran dan satu visi dan satu misi. Dan, kata Marwan,  itulah hak setiap hamba karena setiap orang yang mengaku beriman, harus membuktikannya dengan melakukan perbuatan yang dianjurkan dan bukan perbuatan yang jelas jelas sangat dilarang.
          Ia tak berhak gaul dan berteman dengan siapa pun, yang beda dalam sikap dan beda dalam mengaplikasikan keimanan. Bukan karena dianggap salah atau keliru. Tapi, sangat tidak tepat, mengingat hati setiap orang yang beriman harus selalu terjaga dan terpelihari dari berbagai macam keburukan.
         Terlebih, sama-sama mengaku beriman dan mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jadi, konsekwensi logisnya bukan membangun akhlak tercela. Tapi melaksanakan seluruh perintah Allah dan mentaulagani Rasulullah, yang diutus ke dunia untuk memperbaiki akhlak manusia.
          Padahal, hukum dan larangan Allah sudah sangat jelas dan semua difirmankan dalam Al Qur’an. Bahkan, begitu tegas. Dan aturan Islam, tak satu pun yang keras. Dan kita tak boleh salah kaprah dalam menafsirkan. Pasalnya,   yang sebenarnya  keras bukan aturan agama. Tapi hati manusia. Ketika hati manusia sudah dikendalikan oleh hawa nafsu, maka saat itu yang dia lakukan adalah apa yang diinginkan dan bukan apa yang dibolehkan.
          Ketika dorongan hawa nafsu semakin tak bisa dikendalikan,  kebanyakan manusia tak lagi menggubris mana yang boleh dan mana yang dilarang. Hal ini dengan mudah bisa terjadi karena semakin banyak manusia yang malah enggan melaksanakan perintah Allah. Meski tahu  semua kebenaran itu datang dari Allah dan telah ditetapkan oleh Allah sejak ribuan tahun silam, malah dianggap sebagai aturan yang membuat dirinya tidak leluasa melakukan yang diinginkan berdasarkan hawa nafsu.



Bersambung…….