Wednesday, April 2, 2014

PANTUN JANGAN MAU DIBUJUK NARKOBA

oleh : Oesman Doblank

Jangan belajar cara membuat air tuBA
Sebab minum air putih sudah seHAT
Jangan mau dibujuk dengan narkoBA
Sebab obat terlarang itu sangat jaHAT

Jahatnya memang tidak serta merTA
Awalnya pun tak seperti ingin mendeRA
Ujungnya memporak prandakan cita ciTA
Sebab, hanya hadirkan sejuta sengsaRA

Meski tahu saat ini memang era pancaroBA
Tapi lebih baik memperkokoh panca indeRA
Janji indah memang ditiupkan oleh narkoBA
Hanya, ujungnya hanya ciptalan duka laRA

Yang terpenting tetap patuhi nasihat ayah bunDA
Tolak ajakan sakaw dan biarlah mereka keceWA
Yang akhirnya habis bukan hanya harta benDA
Tapi juga sangat mengancam keselamatan nyaWA

Jika pernah dengar lagu dan tarian la bamBA
Simak saja sebagai musik hiburan biaSA
Bersikap tegaslah dalam menolak narkoBA
Sebab, bahanya sungguh sangat luar biaSA

Bukankah melanggar lalu lintas bisa didenDA
Makanya keinginan melanggar jangan dicoBA
Bukankah kita tak mau mati di usia muDA
Agar tetap hidup bahagia, jauhi bujukan narkoBA

PANTUN TIDAK BISA BAYAR HUTANG

oleh : Oesman Doblank

Bagaimana cara mudah bikin kuTANG
Wah tanyanya ke pengusaha konfekSI
Siapa saja yang punya banyak huTANG
Nggak perlu merasa tertekan dan depreSI

Bukankah masih hidup di jagat raYA
Sebelum ajal tekadkan untuk melunaSI
Jadi, selama rekan rekan masih percaYA
Punya hutang jangan merasa frustraSI

Siapa saja yang siap dan berani berlaYAR
Bakal merasa asyik mengarungi laut lePAS
Insya Allah suatu saat bakalan terbaYAR
Jadi tak perlu merasa bakalan terhemPAS

Bukan tak dijinkan bermain di saat paNAS
Timbang ngayap, kan lebih baik istiraHAT
Tetap ingat, hutang harus dibayar luNAS
Lebih baik niat membayar timbang niat jaHAT

Bukankah selama ada dan malah banyak peluANG
Selama itu tetaplah berusaha dengan giGIH
Sebaiknya bilang terus terang belum punya uANG
Agar rekan yang memberi hutang tak perlu menaGIH

Yang penting jangan merasa menang atau saLAH
Tapi berpikir proporsional dan tetap teraRAH
Punya hutang memang suka merasa serba saLAH
Tapi lebih salah jika ditagih malah marah maRAH

Saturday, March 29, 2014

HUTAN KITA DAN ASAP

oleh : Oesman Doblank

Di dalam hutan ada kita. Di seluas rimba belantara ada kita. Mengapa? Karena kita dan hutan tercipta olehNYA, dan manusia hidup sejajar bersama alam. Hidup untuk saling menghidupkan, karena hutan begitu banyak memberikan kehidupan. Hutan tak hanya memberi udara segar yang  bersih. Tapi juga mempersembahkan semua isinya,karena mulai batang sampai ranting - bahkan sampai ke akar,dapat dimanfaatkan. Dan, hutan juga yang ikhlas menyimpan air, agar tanah tidak tergerus oleh longsor.

Mestinya kita dan hutan senantiasa ikhlas untuk saling memberi dan menerima.
Menjaga hutan dan melestarikannya, bukan pekerjaan yang menyulitkan. Sebab, hutan yang merupakan anugerah dari Sang Pencipta Alam Semesta, tak meminta manusia untuk menjaga dengan cara yang menyulitkan. Hutan tidak berharap agar setiap saat manusia menyiraminya. Sebab, hutan tumbuh dengan sendirinya berdasarkan kehendak dari Sang Khalik, yang menghendaki agar manusia memanfaatkan hutan dengan prilaku bijak , prilaku yang berdimensi utama: AKHLAK.

Jika tetap terjaga dan terpelihara, yang kemudian bermunculan bukan sebatas kelestariannya. Tapi juga manfaat yang sedemikian banyak, dan semua hal yang berguna dari hutan kapan pun dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik untuk kepentingan tubuh maupun untuk kepentingan batin

Betapa Indahnya, hutan rimba yang di dalamnya juga hidup aneka macam satwa, yang juga menjadikan hutan sebagai tempat bernaung dan untuk membudayakan hidup dan kehidupan satwa.

Mengapa hutan yang indah malah selalu menimbulkan kabut asap tebal, yang menyebar sampai ke negara tetangga dan membuat banyak masyarakat sekitar dan juga masyarakat luas harus jadi korban, karena asap tebal yang mengkabut, membuat sulit bernafas dan ketika menghirup udara kotor, masyarakat yang mestinya tak terancam oleh berbagai penyakit, karena hutan yang dibakar hanya menimbulkan asap, masyarakat jadi sulit untuk menghirup udara segar yang menyehatkan.

Alangkah bijaknya jika aparat menindak tegas siapa pun yang ketahuan membakar hutan. Meski yang melakukan investor, jangan biarkan kebijakannya menanam modal dijadikan senjata untuk bertingkah sekehendaknya. Sebab, ijin yang diberikan bukan untuk membakar dan merusak hutan. Tapi, mengelolanya dengan tingkat kebaikan yang maksimal. Sehingga, meski dimanfaatkan hutan tetap menjadi rimba dan lestari karena diperlakukan dengan mengedepankan sifat bijak.

Tapi bila hutan sengaja dibakar untuk kepentingan bisnis, maka yang muncul bukan saja ironis. Tapi, rimba akan cepat habis, habitat di dalamnya musnah dan kemana lagi kita bisa berharap, jika lebatnya hutan yang melindungi manusia dari berbagai bencana, tapi karena dibakar akhirnya hanya membuahkan bencana

Tindak tegas para pembakar hutan yang sengaja merusak alam sekehendak hatinya.Hukuman berat, serasa layak jika dijatuhkan kepada mereka yang tertangkap dan terbukti melakukan pembakaran hutan hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi, meraih keuntungan besar 

Thursday, March 27, 2014

JANGAN JUAL SUARA

oleh : Oesman Doblank

ALANGKAH beruntungnya mereka yang bertalenta dan ketika mampu mengelola suaranya menjadi indah, begitu mudah meraih rupiah. Tak heran jika kehidupan para biduan dan biduanita, cepat sejahtera. Suara mereka yang indah, terjual kapan saja dan di musim kampanye order mendendangkan suara berdatangan, rupiah diterima dan mereka tak tahu apakah para simpatisan yang datang ke arena kampanye dan lebih fokus menikmati suara dan goyangan para penyanyi wanita, menghibahkan suaranya ke partai yang meminta nya menghibur, atau malah mencoblos partai yang tak memintanya tampil di panggung kampanye

Kita, yang bukan biduan dan tak pernah mampu menjual suara karena tak indah saat berdendang, tentu saja tak punya kesempatan menjual suara di panggung kampanye atau panggung lainnya. Hanya, kesempatan untuk menjual suara, terbuka di momen lima tahunan. Siapapun bisa menjual suaranya ke partai dan para caleg partai yang ingin jadi anggota dewan, karena pemilu membuka peluang ketika suara rakyat dibutuhkan 

Hanya, berapakah harga jual suara yang diobral saat pesta demokrasi digelar ?
Bagi yang tak ingin beribet ribet dan enggan mencermati dunia politik, boleh jadi, berapapun dijual meski nilai tertinggi hanya untuk beli beras sepuluh liter. Dan, tentu saja, kita tak berhak untuk mencegah apalagi melarang mereka yang sengaja atau terencana, menjual suaranya demi uang.Sebab, itu hak mereka dan pilihan menjual suara yang transaksinya bisa terjadi kapan saja - lewat kampanye ataupun serangan fajar, sulit dibendung ketika mereka yang ingin melakukan, melihatnya sebagai peluang yang tak boleh disia siakan

Apakah saya dan juga anda termasuk pemilih yang di ajang pesta demokrasi rela menjual suara yang harganya sangat terbatas, karena paling tinggi dihargai seratus ribu rupiah? Jawabannya, bermikim di dalam diri masing masing. 

Hanya, boleh jadi saya tetap teringat pesan almarhum orangtua, yang semasa hidup sempat mengatakan, bila kamu menjual suaramu dalam pemilu, maka sama artinya kamu menyerahkan negeri ini ke mereka yang tujuannya menjadi pemimpin bukan untuk membangun negeri. Tapi justeru untuk memperkaya diri.

Meski begitu, saya masih belum tahu, ke siapa atau ke partai mana mana suara ini saya tambatkan. Mengapa? Karena yang saya ketahui lebih dahulu adalah, suara saya tidak akan pernah saya berikan ke caleg yang jika duduk sebagai anggota dewan, hanya ingin bolos dari rapat, bobo saat rapat, dan plesiran ke luar negeri dengan alasan studi banding.
Juga tak akan saya berikan ke caleg yang tujuannya hanya untuk mengutak atik anggaran APBN dan APBD, dan juga proyek bernilai miliaran rupiah, yang dalam kemasannya ditujukan untuk rakyat tapi dalam praktiknya untuk di korupsi secara berjamaah.

Semoga di priode berikutnya, tak ada lagi proyek besar yang jadi terlentar, seperti proyek pusat olahraga Hambalang.   




  

Tuesday, October 8, 2013

JANGAN DISUAPIN

oleh : Oesman Doblank


PAS main ke rumah teman SMU yang cukup lama tak jumpa, Maryati yang baru sampai di teras langsung tercengang karena melihat Mira, sedang nyuapin putrinya yang berusia sekitar tiga tahun.

"Kenape lu tercengang? Emang di rumah gue lu ngeliat kuntilanak?" Tanya Mira

"Gue tercengang bukan ngeliat kuntilanak. Tapi, ngeliat tingkah laku lo yang sok sayang anak." sahut Maryati

" Halllooooo... memang salah kalo seorang ibu sayang sama anak?" Timpal Mira

"Di zaman sekarang, bukan salah. Tapi keliru, Mir. Anak lo kan udah geude. Suruh dia belajar makan sendiri. Soalnya, anak gue yang baru setahun aja udeh gue suruh makan sendiri," kata Maryati

"Dassar lo nya aja yang kagak sayang sama anak dan malas nyuapin," Mira malah ngekik rekannya.

" Miraaa... Miraaaa.... Lo emang nggak kepingin anak lo jadi pejabat?" Tanya Maryati.

" Eh Mar... gue bukan cuma kepengen anak gue jadi pejabat. Sebab, harapan gue, nih anak mesti jadi presiden. Biar rakyat Indonesia lebih cepat jadi sejahtera "

" Harapan lo sungguh sangat hebat, Mir. Cuma, kalo terus lo suapin, waktu dia mulai merintis karir sudah langsung berani nyuap. Pas jadi pejabat, yang dia harap bukan prestasi. Tapi, terus menerus terima suap. LO emang kepengen punya anak yang pas jadi pejabat hobi terima suap," tegas Maryati.

"Oooh gitu, yaa," sergah Mira, yang setelahnya membujuk anaknya agar mulai makan sendiri agar nanti setelah jadi pejabat tidak kangen sama yang namanya suap


Monday, October 7, 2013

ADA CERITA (23)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH TIGA


          Pak Sadikin juga menjelaskan, yang dia lakukan bukan untuk membuat malu atau merongrong kewibawaan Marwan sebagai suami. Juga bukan untuk  mengambil hati dan mencuri perhatian Marwan.
         “ Saya hanya sebatas  memberitahu, bahwa ada yang harus terus menerus diperjuangkan oleh para suami, sampai sang isteri paham kalau suami itu imam dan wajib ditauladani bila apa yang dikatakan suami sesuai dengan yang dilakukannya. Karena jika sebaliknya, kita sebagai suami belum layak disebut imam untuk isteri dan anak kita”
          Jadi, tambah pak Sadikin, “ Dik Marwan harus  mengetahu apa yang dilakukan isteri saat dik Marwan pergi meninggalkan rumah dan sampai sore bekerja di kantor. Dengan begitu,  akhirnya bisa lebih cepat mengerti, apa yang dik Marwan harus  lakukan, setelah membuktikan sendiri tentang apa yang selama ini dilakukan oleh isteri. Boleh  jadi selama di kantor kita hanya menyangka isterinya full ada di rumah “
         “Itu sebabnya, saya mengundang bapak agar bisa berbincang dengan leluasa, bisa menimba dan menggali pengalaman dari bapak. Dan, sepertinya saya harus banyak belajar dari bapak.”
         “ Saya ini, nggak ada apa-apanya, dik Marwan. Malah, menurut saya, dik Marwan sangat luar biasa. Jarang, lho, suami seperti dik Marwan”
         “ Jarang bagaimana, pak ?”
         “Begini, lho, dik Marwan. Kebanyakan suami, malah tak suka, bila ada orang lain mengabarkan tentang kekurangan isterinya. Malah, ada yang langsung marah. Alasannya, macam-macam. Ada yang karena merasa paling sayang dan paling tahu siapa isterinya.
        Ada yang karena tak ingin orang lain ikut campur tentang masalah  rumah tangganya. Bahkan, ada yang karena merasa malu, malah membela isterinya dengan cara yang membabi buta. Sedangkan dik Marwan, tak cuma lapang dada. Tapi, juga sangat apresiatif.
        Bapak yakin, dik Marwan memang ingin berumah tangga, tapi rumah tangga yang benar-benar sakinah. Tidak seperti kebanyakan masyarakat kita, ingin rumah tangga yang sakinah, tapi tak pernah mau berbenah. Malas merajut keharmonisan, dan enggan menyelaras kan tujuan “
        Tentu saja Marwan menyimak dengan serius dan memanfaatkan pertemuannya dengan pak Sadikin deng an sebaik-baiknya. Dengan begitu, ia tak hanya dapat info. Tapi, juga dapat banyak pelajaran. Dan, ia juga ja di mengerti, mengapa banyak ibu-ibu yang tidak beker ja, jadi lebih suka ngegosip. Mengapa banyak ibu-ibu di komplek Mulia Sejati Indah, begini dan begitu.
         Juga tahu, mengapa banyak bapak-bapak di komplek,  tiap malam lebih suka ngumpul sampai pagi ha nya untuk banting kartu domino–main gapleh, dan ma in remi. Mereka tak peduli, apakah isterinya yang tidur sendirian di kamarnya, merasa gelisah karena sepanjang malam hanya memeluk guling dan hanya ditemani oleh sang sunyi.
         Bapak-bapak yang sepanjang malam hanya asyik dengan kepentingan dan kepuasan dirinya sendiri, juga tak tahu sama sekali, apakah anak-anaknya bisa lelap tertidur atau gelisah, karena di rumah hanya bersama ibunya.




Bersambung…..

Tuesday, September 24, 2013

ADA CERITA (22)

NYANYIAN HATI

Oleh : Oesman Doblank



DUA PULUH DUA



          Marwan bukan tidak kaget. Terlebih dirinya selalu merasa sebagai manusia yang juga suka keliru. Tak heran jika Marwan sempat kesetrum aliran emosi. Kalau saja Marwan tidak terlatih mengendalikan diri, boleh jadi Marwan langsung menanggapi dengan lebih emosi.
      Marwan  mengucap istighfar, berkali-kali. Lalu dia  menatap isterinya. Mirna yang nampaknya jengah, merasa serba salah bergegas bangkit dari duduknya. Bergerak cepat,  ke kamar. Meninggalkan Marwan yang justeru tak ingin mencegah apalagi mengejar. Ia  membiarkan Mirna ke dalam. Bahkan, tak meminta agar Mirna tidak menutup pintu kamar ketika Marwan mendengar suara karena Mirna  mengunci pintu kamar dari dalam.
           Marwan sama sekali tak bereaksi ketika Mirna mengatakan rela dicerai. Marwan yakin, dirinya tak berniat  menceraikan, meski dia berhasil menangkap basah sedang berada di luar rumah, padahal saat di telpon sedemikian mesra mengatakan dirinya sedang di rumah dan tengah menyiram kembang.  Marwan yang sesungguhnya sudah memaafkan Mir na, tidak  akan menanggapi apalagi memenuhi perkataan isterinya.
            Marwan yakin, ia yang tak berniat dan tak pernah mengatakan “ kau kuceraikan “, tak perlu mela kukan ini dan itu. Dia akan tetap menjaga dan membangun ikatan pernikahannya ke tingkat yang jauh lebih baik.  Marwan yakin, ia masih punya waktu, punya kesabaran dan masih punya keinginan kuat untuk  mem bimbing Mirna, agar menjadi isteri yang jauh lebih baik. Sebab, bagaimana pun, di balik kekurangannya Mirna masih menyimpan kelebihan. Di balik keburukannya, masih terlihat sinar kebaikan. Tak mungkin, Mirna tidak  punya niat untuk mewujudkan cita-cita bersama, membangun rumah tangga yang sakinah, mawahdah, dan warohmah.
            Seperti yang mereka niatkan saat akan dan saat akad nikah. Saat penghulu dan juga orangtua mendoakan untuk mereka yang kala itu menjadi sepasang mempelai. Sepasang pengantin  yang telah berikrar untuk saling menautkan fisik dan jiwa. Dan setelah terikat dalam pernikahan, sudah bbarang tentu siap   mengayuh biduk rumah tangga. Hanya, memang belum saling mengalami bagaimana mengatasi ketika gelombang masalah menerpa 
Marwan lalu mengirim  sms ke tetangganya, mengajak bertemu di sebuah rumah makan.  Marwan tak hanya  ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikan dan keikhlasannya, memberi informasi yang bukan fitnah. Tapi, informasi yang mengandung begitu banyak faedah. Utamanya, tentang  informasi yang valid. Informasi yang membuat Marwan menyadari bahwa sebagai suami harus memberi perhatian lebih, sehingga prilaku isterinya tidak sampai terlanjur ke tingkat yang lebih parah .
 Informasi yang membuat Marwan, bisa cepat mendeteksi, berkesempatan  melakukan pencegahan sejak dini, berpeluang melakukan berbagai  perbaikan, agar dapat membangun rumah tangga yang harmonis, seperti yang didambakan setiap pasangan rumah tangga
            “ Kita, kan, bertetangga dan sesama hamba Al lah yang ingin tenang, damai dan bahagia dalam istana rumah tangga. Jadi, wajib untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan saya pribadi, hanya ingin mencari ridho Allah. Tapi, saya tetap harus waspada. Artinya, hanya kepada orang-orang tertentu saja saya berani melakukan hal seperti ini.
           Selebihnya, belum tentu saya berani menyampaikan informasi, meski faktanya jelas dan bisa dipertanggung-jawabkan, “ ujar  pak Sadikin, yang di rumah makan malah hanya memesan es susu dan makanan kecil 
            Marwan sama sekali tak memperlihatkan rasa bangga. Juga tak memperlihatkan perasaan puas karena berhasil memergoki Mirna yang tengah kumpul dengan geng rumpinya. Marwan juga tak menumpahkan rasa kesal pada pak Sadikin karena dia telah berhasil mengetahui ulah isterinya yang sungguh sangat menjengkelkan.
          Di saat berhadapan dengan  pak Sadikin, Marwan justeru menyalahkan dirinya. Dia mengakui kelalaiannya,  karena kurang perhatian dan sama sekali tidak mengontrol adanya perubahan tingkah laku Mirna. 
             "Sebagai suami, yang harus kita lakukan bukan menyalahkan apalagi menyudutkan isteri. Kita justeru harus melakukan introspeksi, agar di masa mendatang, jadi jauh lebih baik," kata Pak Sadikin yang dalam kesempatan bertemu dengan Marwan, tak ragu menyatakan rasa salutnya.
              "Sebab," ujar pak Sadikin, Marwan mampu mengendalikan diri meski saat itu ia pasti sangat emosi karena memergoki isterinya malah asyik ngerumpi di rumah tetangga, sedangkan suaminya pergi meninggalkan rumah dengan tujuan mulia, mencari nafkah


Bersambung…….