NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank
DUA PULUH DUA
Marwan bukan tidak kaget. Terlebih dirinya selalu merasa sebagai manusia yang juga suka keliru. Tak heran jika Marwan sempat kesetrum aliran emosi. Kalau
saja Marwan tidak terlatih mengendalikan diri, boleh jadi Marwan langsung menanggapi dengan
lebih emosi.
Marwan mengucap istighfar, berkali-kali. Lalu dia menatap isterinya. Mirna yang nampaknya jengah, merasa serba salah bergegas bangkit dari duduknya. Bergerak cepat, ke kamar. Meninggalkan Marwan yang justeru tak ingin mencegah apalagi mengejar. Ia membiarkan Mirna
ke dalam. Bahkan, tak meminta agar Mirna tidak menutup pintu kamar ketika Marwan mendengar suara karena Mirna mengunci pintu kamar dari dalam.
Marwan
sama sekali tak bereaksi ketika Mirna mengatakan rela dicerai. Marwan yakin, dirinya tak berniat menceraikan, meski dia berhasil menangkap basah sedang berada di luar rumah, padahal saat di telpon sedemikian mesra mengatakan dirinya sedang di rumah dan tengah menyiram kembang. Marwan yang sesungguhnya sudah memaafkan Mir na, tidak akan menanggapi apalagi memenuhi perkataan isterinya.
Marwan yakin, ia yang tak berniat dan tak pernah mengatakan “ kau kuceraikan “,
tak perlu mela kukan ini dan itu. Dia akan tetap menjaga dan membangun ikatan pernikahannya ke tingkat yang jauh lebih baik. Marwan yakin, ia masih punya waktu, punya kesabaran dan masih punya keinginan kuat untuk mem bimbing Mirna, agar menjadi isteri yang jauh lebih baik. Sebab, bagaimana pun, di balik kekurangannya Mirna masih menyimpan kelebihan. Di balik keburukannya, masih terlihat sinar kebaikan. Tak mungkin, Mirna tidak punya niat untuk mewujudkan cita-cita
bersama, membangun rumah tangga yang sakinah, mawahdah, dan warohmah.
Seperti yang mereka niatkan saat akan dan saat akad nikah. Saat penghulu
dan juga orangtua mendoakan untuk mereka yang kala itu menjadi sepasang mempelai. Sepasang pengantin yang telah berikrar untuk saling menautkan fisik dan jiwa. Dan setelah terikat dalam pernikahan, sudah bbarang tentu siap mengayuh biduk rumah tangga. Hanya, memang belum saling mengalami bagaimana mengatasi ketika gelombang masalah menerpa
Marwan lalu mengirim sms ke tetangganya, mengajak bertemu di sebuah rumah makan. Marwan tak hanya ingin mengucapkan terima kasih atas
kebaikan dan keikhlasannya, memberi informasi yang bukan fitnah. Tapi,
informasi yang mengandung begitu banyak faedah. Utamanya, tentang informasi yang valid. Informasi yang membuat Marwan menyadari bahwa sebagai suami harus memberi perhatian lebih, sehingga prilaku isterinya tidak sampai terlanjur ke tingkat yang lebih parah .
Informasi yang membuat Marwan, bisa cepat
mendeteksi, berkesempatan melakukan
pencegahan sejak dini, berpeluang melakukan berbagai perbaikan, agar dapat membangun rumah tangga
yang harmonis, seperti yang didambakan setiap pasangan rumah tangga
“
Kita, kan, bertetangga dan sesama hamba Al lah yang ingin tenang, damai dan
bahagia dalam istana rumah tangga. Jadi, wajib untuk saling tolong menolong
dalam kebaikan. Dan saya pribadi, hanya ingin mencari ridho Allah. Tapi, saya
tetap harus waspada. Artinya, hanya kepada orang-orang tertentu saja saya
berani melakukan hal seperti ini.
Selebihnya, belum tentu saya berani menyampaikan informasi, meski
faktanya jelas dan bisa dipertanggung-jawabkan, “ ujar pak Sadikin, yang di rumah makan malah hanya memesan es susu dan makanan kecil
Marwan sama sekali tak memperlihatkan rasa bangga. Juga tak memperlihatkan perasaan puas karena berhasil memergoki Mirna yang tengah kumpul dengan geng rumpinya. Marwan juga tak menumpahkan rasa kesal pada pak Sadikin karena dia telah berhasil mengetahui ulah isterinya yang sungguh sangat menjengkelkan.
Di saat berhadapan dengan pak Sadikin, Marwan justeru menyalahkan dirinya. Dia mengakui kelalaiannya, karena kurang perhatian dan sama sekali tidak mengontrol adanya perubahan tingkah laku Mirna.
Di saat berhadapan dengan pak Sadikin, Marwan justeru menyalahkan dirinya. Dia mengakui kelalaiannya, karena kurang perhatian dan sama sekali tidak mengontrol adanya perubahan tingkah laku Mirna.
"Sebagai suami, yang harus kita lakukan bukan menyalahkan apalagi menyudutkan isteri. Kita justeru harus melakukan introspeksi, agar di masa mendatang, jadi jauh lebih baik," kata Pak Sadikin yang dalam kesempatan bertemu dengan Marwan, tak ragu menyatakan rasa salutnya.
"Sebab," ujar pak Sadikin, Marwan mampu mengendalikan diri meski saat itu ia pasti sangat emosi karena memergoki isterinya malah asyik ngerumpi di rumah tetangga, sedangkan suaminya pergi meninggalkan rumah dengan tujuan mulia, mencari nafkah
Bersambung……."Sebab," ujar pak Sadikin, Marwan mampu mengendalikan diri meski saat itu ia pasti sangat emosi karena memergoki isterinya malah asyik ngerumpi di rumah tetangga, sedangkan suaminya pergi meninggalkan rumah dengan tujuan mulia, mencari nafkah