Wednesday, May 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (26)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN                                               oleh : Oesman Doblank DUA PULUH ENAM Bondan menoleh. Tersenyum, mengangguk dan memperkenalkan diri, dan menyam paikan maksudnya pada pak Waluya. “ Kayaknya,...

CERITA BERSAMBUNG (25)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN                                               oleh : Oesman Doblank DUA PULUH LIMA BONDAN malah tidak ingin memberi uang sepeserpun, pada seorang pengemis perempuan sekitar tiga puluh lima tahunan, meski ia menggendong bayi dan tangan kanannya menuntun seorang...

CERITA BERSAMBUNG (24)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN                                                            oleh : Oesman Doblank DUA PULUH EMPAT Bukan berarti mereka harus terus menerus...

CERITA BERSAMBUNG (23)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN                                                            oleh : Oesman Doblank DUA PULUH TIGA Kayaknya, jika ia tak mendengar langsung kalimat itu dari anak muda yang ia panggil boss. Tak melihat...

CERITA BERSAMBUNG (22)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN                                                           oleh : Oesman Doblank DUA PULUH DUA Kayaknya, jika ia tak mendengar langsung kalimat itu dari anak muda yang ia panggil boss. Tak melihat sikap...

CERITA BERSAMBUNG (21)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN oleh : Oesman Doblank DUA PULUH SATU “Bang…bang ojek, tungguuuu” Sabar menoleh. Ia melihat pelayan ru mah makan melangkah bergegas untuk mengham pirinya. “ Ada apa, mas ?” “Ada apa, ada apa? Gara-gara abang tidak ikut masuk ke dalam, jadi saya yang capek. Sekarang, lebih baik cepat deh, si abang masuk “ Kata sang pelayan restoran, yang tentu saja tak bisa menyembunyikan rasa kesal karena gara-gara Sabar tak langsung masuk ke rumah makan, ia harus kehilangan waktu dan tenaga untuk...

CERITA BERSAMBUNG (20)

P { margin-bottom: 0.21cm; } MASIH ADA JALAN oleh : Oesman Doblank DUA PULUH (6) BONDAN memperhatikan dengan seksama rumah yang ditunjukkan Sabar. Situasi dan kondisi di sekelilingnya, juga tak luput dari perhatian Bondan. Menurut Bondan, posisinya terlalu dekat dengan jalan utama, yang padat oleh berbagai kendaraan karena jalan utama komplek perumahan telah dijadikan jalan alternatif oleh para pengguna kendaraan yang akan menuju Jakarta atau sebaliknya. Bondan tak suka dengan suasana lingkungannya yang pasti bising. “Kayaknya gue...