MASIH ADA
JALAN
oleh : Oesman Doblank
DUA PULUH
DUA
Kayaknya,
jika ia tak mendengar langsung kalimat itu dari anak muda yang ia
panggil boss. Tak melihat sikap boss, yang begitu santai dan tulus.
Ia tak sanggup menggeser kursi. Tak sanggup duduk di depan boss.
Tapi, karena ia langsung melihat dan mendengar, bisa juga ia menarik
kursi. Ia berusaha untuk duduk tanpa ragu, malu, apalagi malu maluin.
Toh, sudah jelas, boss mengajak dan mengijinkan ia untuk duduk
bersamanya
Sabar
merasakan, bimbang dan ragunya sudah hilang. Rasa malunya pun lenyap.
Sabar sudah bisa tenang. Ia sudah bisa rileks, seperti Boss.
Ah,
indahnya. Baru kali ini, Sabar masuk dan menikmati suasana rumah
makan me wah. Tak lama lagi, ia yang sudah dipersilahkan pesan
makanan paling enak, akan menikmati makanan yang harganya mahal.
Malah, isterinya yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit, juga akan
kebagian menikmati makanan enak yang harganya lebih dari harga bawang
merah yang mendadak naik ke langit tinggi.
“ Yaa,
Allah. Terima kasih. Hari ini, ham ba dapat banyak rezeki dan dapat
penumpang yang baik hati karena kasih dan sayangMU pada ku, hambaMu,
“
Bondan
memang tak tahu, suara apa yang bergemerisik di dalam hati Sabar, si
tukang ojek. Tapi, ia melihat dan tahu, ada air mata yang mengalir di
pelupuk mata si tukang ojek. Dan, tak hanya itu. Dalam hitungan
detik, Bondan malah mendengar suara sesenggukan
“ Bang…,”
kata Bondan dengan sikap yang tetap saja santai. “ Gue tuh ngajak
si abang makan. Bukan nyuruh si abang sesenggukan. Gue ngajak dan
nyuruh abang pilih makanan yang abang suka, kenapa malah nangis? Kan,
gue udeh bilang, soal siapa yang bayar, bukan urusan bang Sabar.
Tapi, urusan gue “
“ Saya
ngerti, boss,” kata Sabar, yang ingin hentikan tangis, tapi malah
makin seseng gukan
“ Cuma,
saya nggak bisa menahan rasa haru. Saya benar-benar nggak nyangka,
hari ini Tuhan melimpahkan begitu banyak karunia. Dapat rezeki banyak
dan ketemu sama anak muda, yang hatinya baik dan bijak “
“
Bang…bang…,” Bondan terpaksa meminta bang Sabar menuruti
kemauannya. Bukan mau tegas, tapi Bondan, tak ingin ikut-ikutan
menangis. Terlebih, sedang di restoran, dan tujuan utamanya masuk ke
restoran mahal, bukan mau nangis sesenggukan. Tapi, mau makan.
“ Sekarang,
tolong si abang jangan sesenggukan gitu. Anak si abang di rumah
sakit, boleh nangis lantaran masih bayi. Di sini, abang jangan
cengeng. Lagipula, saya mau makan, bang. Kalau si abang nangis,
gimana saya bisa makan? Masa’ saya asyik makan si abang malah asyik
nangis? Nggak lucu, bang. Sekarang aja, nih, saya sudah tidak tahan
lagi, bang, kepingin nangis,” kata Bondan
Suaranya
memang tegas dan sangat jelas, tapi hatinya malah jauh lebih lemah
dari kata-kata dan sikap tegasnya. Buktinya, Bondan malah ikutan
nangis.
“Huhuhuhuhuhuhuhuhuhuhu, semua ini gara-gara elu, bang. Gue ngajak
makan, mestinya lu senyum dan bukan malah nangis. Tapi, lantaran lu
nangis, gue tuh jadi kepingin ikut nangis, bang. Huhuhuhuhu…“
Suara
tangisan Bondan lebih keras dari Sabar. Beberapa pelayan spontan
menoleh, ke meja 13. Meja tamu mereka, yang belum pesan hidangan tapi
sudah pada menangis. Tapi, mereka tak berani mendekat. Hanya saling
bisik-bisik. Dan satu sama lain saling tanya sekaligus saling jawab,
dengan bahasa tubuh. Artinya, sama-sama tidak tahu, mengapa dan sebab
apa tamu mereka, belum makan sudah pada nangis.
Bersambung......
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
0 komentar:
Post a Comment