Tuesday, May 28, 2013

CERITA BERSAMBUNG (31)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

TIGA PULUH SATU



Bondan malah makin kesal. Sabar yang diingatkan agar hentikan tangis, malah makin sesenggukan. Sabar yang tak mau cepat-cepat ambil helm dari tangan Bondan, juga nggak segera kasih jawaban apakah menolak atau mengijinkan Bonda ikut ke rumah sakit.
Bondan menaruh helm di dekat kaki Sabar.
“ Yaa, sudah. Kalau begitu lebh baik gue langsung pulang aja,” kata Bondan yang sudah ambil keputusan untuk pulang.
Tanpa ragu, Bondan bergerak. Meninggalkan Sabar yang masih kayak anak kecil ngak dikasih uang jajan.
Sabar baru ngeh, baru sadar, kalau Bon dan sudah bergerak. Langkahnya, memang begi tu santai. Tanpa beban. Tanpa kepingin tahu, me ngapa Sabar, yang langsung diajak ke rumah sa kit, malah turun dari motor, bersandar di pohon tepi jalan dan sesenggukan.
“Boooossss ?” Sabar berteriak.
Memanggil Bondan dengan suara yang jelas dide ngar. Ia lakukan itu, bukan takut ditinggalkan. Bukan kuatir Bondan langsung manggil taksi dan pulang ke rumahnya dengan begitu saja. Sabar takut berdosa. Takut mengecewakan si boss yang kebaikannya begitu tulus, tanpa rencana dan bisa dibilang lebih dari air yang mengalir.
Bondan mendengar teriakan Sabar yang memang gilnya. Ia menoleh, melihat Sabar yang berlari, bergegas menghampirinya sambil berte riak.
“ Saya nggak nolak, nggak melarang, saya malah senang. Sekarang juga kita langsung berangkat ke rumah sakit, boss”
Begitu mendekat, Sabar mengangsurkan helm ke Bondan, dan ia duluan ke motor. Menstarter. Siap meluncur. Membawa Bondan. Bukan ke pangkalan. Tapi ke rumah sakit, memenuhi permintaan Bondan.
“ Silahkan, naik, boss,“ Sabar terpaksa berinisiatif menawarkan. Ia takut Bondan batal kan niat karena tak segera naik tapi malah keli hatan kesal
“Lu ikhlas nggak ngajak gue ke rumah sakit ?”
“ Demi Allah, saya ikhlas, boss “
“ Lu nggak usah pakai sumpah segala, deh. Nggak usah niru-niru pejabat, yang berani sumpah tapi malah berani korupsi, yang berani disumpah, tapi lebih berani ngebohongin rakyat. Gue kesal, tau. Bukan sama pejabat. Tapi, sama lu. Di tempat umum, malah mewek sesenggukan. Memangnya, salah, kalau gue bilang mau bezuk isteri lu di rumah sakit ?”
Sabar kepingin banget ngejelasin semu anya. Agar boss ngerti, paham. Tapi, Bondan ma lah bergegas naik ke motor. Memberi intruksi yang nggak mungkin bisa ditolak oleh Sabar
“ Cepat lu jalan. Awas lu yaa, sekali la gi nangis di depan umum, kagak bakalan lagi gue mau pakai ojek lu “
Mau nggak mau Sabar harus nahan ke inginan menjelaskan, mengapa ia menangis. Me ngapa ia mendadak berada di puncak keharuan.
“Hati-hati…Ingat, gue mau bezuk orang melahirkan di rumah sakit, bukan mau jadi pasien rumah sakit. Lu ngerti, kan? “
“Pasti ngerti, boss. Si boss tenang aja. Allah pasti melindungi kita “
Sabar cepat menyahut. Ia segera me luncur. Menyalakan sein bagian kanan. Ia tidak jadi berbelok ke kiri, karena tujuan sudah beru bah arah. Buka ke pangkalan ojek. Tapi, ke ru mah sakit. Membezuk isterinya
Meski Sabar harus membatalkan dua rencana yang sudah disusunnya, ia malah bisa te rus tersenyum. Sepanjang jalan, ia konsentrasi. Ia bawa motor, bawa si boss, bersama kebahagi aannya. Hanya, ia belum menyusun rencana lain, untuk isterinya. Tapi, jika isterinya menanyakan darimana ia dapat uang sebesar setengah juta ru piah, Sabar akan menjawab apa adanya. Seperti air mengalir.





Bersambung...............

































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

0 komentar:

Post a Comment