MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank
DUA PULUH
TUJUH
“Jadi, salah
dong, kalau kita bilang mafia kasus, koruptor, maling ayam, mafia
pajak, itu setan “
“ Salah sih,
tidak, pak. Hanya, jelas sangat keliru. Sebab, yang nyata-nyata
melakukan kejahatan pas ti manusia, bukan setan. Tapi, manusia selalu
mengata kan, penjahat yang sebenarnya manusia telah melakukan
perbuatan setan. Untungnya saja, setan tak pernah mela porkan
pencemaran nama baik yang dilakukan oleh manusia terhadap setan “
“Hahahaha,
sekarang bagaimana, apakah setan. Eh, maaf, maksud saya, apakah dik
Marwan berkenan mengontrak rumah saya ? Tapi, maaf, lho, baru san
saya bilang setan. Habis, sih, dik Marwan bisa saja. Mau transaksi
kontrak rumah, setan dibawa-bawa “
Bondan yang
sudah melihat situasi rumah kontrakan milik pak Waluya yang
menurutnya sangat sederhana, dan cocok dijadikan tempat tinggal
karena lokasinya di dalam dan jauh dari jalan raya, tak lagi berpikir
panjang lebar. Ia langsung menyatakan berminat dan langsung membayar
uang kontrakan untuk dua tahun
“
Langsung dibayar saat ini ?” Tentu saja Pak Waluyo jadi kaget.
“
Sekarang, besok atau lusa, kan sama saja, pak. Saya tetap harus
bayar. Jadi, kenapa harus ditunda-tunda ?”
“Terima kasih, dik Bondan. Terima kasih,” pak Waluyo menghitung
uang yang diserahkan Bondan untuk membayar harga kontrak rumah.
“Boleh, kan, pak kalau saya langsung minta kunci. Kebetulan, saya
kepingin banget istirahat “
“Oh,
boleh. Tentu saja boleh. Silahkan, ini kuncinya,” pak Waluya segera
menyerahkan kunci rumahnya kepada Bondan, dan segera pamit pulang.
Bondan memanggil tukang ojek agar membawa motornya ke dalam. Sadar
ter senyum. Ia yakin, pak Waluya pergi dan membi arkan Bondan di
rumahnya, berarti sudah deal. Sadar yakin, sebelum Maghrib, ia sudah
bisa sampai di rumah sakit. Menjenguk isterinya, menyerahkan makanan
enak dan amplop sete ngah juta rupiah.
“Kita
istirahat sejenak, yaa, bang. Setelah itu, kita cari mesjid dan
langsung pulang. Oh iya, jam berapa abang mau besuk isteri di rumah
sakit “
“Sore, kok, boss. Tenang aja, boss. Masih banyak waktu. Saya juga
kepingin santai sebentar,“ sahut Sadar, sambil standarkan motornya
yang sudah dibawa masuk ke teras rumah tipe 36.
“Abang tau,
nggak tadinya gue mau ambil rumah kontrakan yang mana ?”
“Waah, tepatnya saya nggak tau boss.Cuma, karena rumah yang akan
dikontrak ada dua, kalau nggak rumah yang ini, pasti yang di sebelah,
boss “
“
Gue kepengen banget, bang, ambil yang di sebelah. Cuma, kata pak
Waluyo, harga pertahunnya tujuh juta rupiah. Sedangkan yang ini, cuma
tiga juta rupiah. Akhirnya, gue pilih yang ini dong “
“Dananya nggak
cukup, ya, boss?”
“Ya, nggak
cukup buat bayar rumah sakit”
Bersambung.........
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
0 komentar:
Post a Comment