MASIH ADA
JALAN
oleh : Oesman Doblank
DUA PULUH
SEMBILAN
“Saya masih
kepingin nangis, boss. Sebab, sa ya benar-benar bahagia. Saya nggak
sangka, sete lah ketemu sama boss, Allah malah memberi sa ya
kemudahan dalam menyelesaikan masalah, “ ujar Sabar sambil terus
merapikan uang yang sudah dihitungnya
“Bagaimana,
sekarang, sudah bisa apa belum jika kita cari mesjid?”
“Sangat bisa, boss.
Uangnya, su dah saya hitung. Jumlahnya cukup. Tidak kurang tidak
lebih. Sekali lagi, ijinkan saya mengucap kan terima kasih “
“Yaa, sama-sama. Tapi, gue minta sekali lagi, jangan terus-terusan
nangis. Ntar di sangka orang, gue habis ngegebukin si abang la gi“
“Sembarangan. Kalau ada yang be rani bilang begitu sama boss, biar
saya yang ha jar “
“Belagu lu bang. Mengeringkan air mata saja, lu belum bisa. Gimana
bisa ngeha jar orang? Makanya, lu stop deh tuh tangisan. Te rus kita
ke luar, cari mesjid “
Sabar berusaha menenangkan diri nya. Setelah dengan susah payah,
akirnya, ia berhasil nyetop tangisannya. Sabar lalu ngelap air
matanya. Baru ia merasa leluasa dan bisa mengeluarkan motor, dari
teras rumah, yang harga kontraknya sudah dibayar Bondan
(7)
RENCANANYA,
begitu sampai di pangkalan ojek, Sabar akan menurunkan si boss.
Sekali lagi ia akan mengucapkan terima kasih. Begitu berpisah, Sabar
langsung cabut, meluncur ke rumah sakit. Rencana kedua, setelah menye
rahkan tas plastik warna merah berlogo rumah makan mahal, ia akan
buat surprise. Hanya me nyerahkan uang yang setengah juta rupiah.
Jika isterinya menanyakan soal biaya untuk bayar rumah sakit, ia
hanya akan bilang:
“Kamu
berdoa saja “
Dengan begitu,
isterinya jadi harap-harap cemas. Jadi, isterinya akan mikir, dan di
saatnya, ia akan bilang, soal rumah sakit sudah beres. Kalau sekarang
pulang, tak bakal ada yang meng hadang. Tak akan ada yang berani
menyandera
Karena
itulah, Sabar menyalakan lampu sein motornya. Niatnya, sebentar lagi,
dia harus tepat dan cepat berbelok ke kiri. Begitu masuk ke jalan
arteri, ia akan langsung bablas sampai ke Pejompongan. Nantinya,
belok ke kanan dan sampai ke pangkalan.
Belum sampai
belokan, boss meminta agar Sabar menepikan motornya. Sabar hanya
berpikir senangnya saja. Ia menduga, boss akan turun. Setelah
menyerahkan helm terus bilang, karena tak tahan terus menerus
keanginan, saya permisi dan memilih naik taksi
Nyatanya?
Begitu motor menepi ke pa ling sisi, boss memang turun dari motor.
Tapi, yang disampaikan benar-benar di luar perkiraan Sabar
“ Bang…kalau boleh,
gue mau ikut ke rumah sakit Gue mau bezuk isteri lu, mau kenalan
sama bayi lu yang baru lahir ke dunia dan setelah beres, baru anter
gue ke pangkalan. Gimana, setuju ? “
Sulit bagi
Sabar untuk menjawab tidak setuju. Tapi, ada yang jauh lebih sulit
dari seke dar menjawab hal itu. Makanya, Sabar standar kan motor,
cabut kunci dan bergegas ke salah satu pohon rindang yang berjajar
di sepanjang ja lan.Jaraknya hanya sekitar lima meter dari mo tornya
yang sudah distandarkan.
Bersambung......
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
0 komentar:
Post a Comment