Wednesday, May 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (29)

MASIH ADA JALAN
                                             oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH SEMBILAN


“Saya masih kepingin nangis, boss. Sebab, sa ya benar-benar bahagia. Saya nggak sangka, sete lah ketemu sama boss, Allah malah memberi sa ya kemudahan dalam menyelesaikan masalah, “ ujar Sabar sambil terus merapikan uang yang sudah dihitungnya
“Bagaimana, sekarang, sudah bisa apa belum jika kita cari mesjid?”
“Sangat bisa, boss. Uangnya, su dah saya hitung. Jumlahnya cukup. Tidak kurang tidak lebih. Sekali lagi, ijinkan saya mengucap kan terima kasih “
“Yaa, sama-sama. Tapi, gue minta sekali lagi, jangan terus-terusan nangis. Ntar di sangka orang, gue habis ngegebukin si abang la gi“
“Sembarangan. Kalau ada yang be rani bilang begitu sama boss, biar saya yang ha jar “
“Belagu lu bang. Mengeringkan air mata saja, lu belum bisa. Gimana bisa ngeha jar orang? Makanya, lu stop deh tuh tangisan. Te rus kita ke luar, cari mesjid “
Sabar berusaha menenangkan diri nya. Setelah dengan susah payah, akirnya, ia berhasil nyetop tangisannya. Sabar lalu ngelap air matanya. Baru ia merasa leluasa dan bisa mengeluarkan motor, dari teras rumah, yang harga kontraknya sudah dibayar Bondan


(7)


RENCANANYA, begitu sampai di pangkalan ojek, Sabar akan menurunkan si boss. Sekali lagi ia akan mengucapkan terima kasih. Begitu berpisah, Sabar langsung cabut, meluncur ke rumah sakit. Rencana kedua, setelah menye rahkan tas plastik warna merah berlogo rumah makan mahal, ia akan buat surprise. Hanya me nyerahkan uang yang setengah juta rupiah. Jika isterinya menanyakan soal biaya untuk bayar rumah sakit, ia hanya akan bilang:
“Kamu berdoa saja “
Dengan begitu, isterinya jadi harap-harap cemas. Jadi, isterinya akan mikir, dan di saatnya, ia akan bilang, soal rumah sakit sudah beres. Kalau sekarang pulang, tak bakal ada yang meng hadang. Tak akan ada yang berani menyandera
Karena itulah, Sabar menyalakan lampu sein motornya. Niatnya, sebentar lagi, dia harus tepat dan cepat berbelok ke kiri. Begitu masuk ke jalan arteri, ia akan langsung bablas sampai ke Pejompongan. Nantinya, belok ke kanan dan sampai ke pangkalan.
Belum sampai belokan, boss meminta agar Sabar menepikan motornya. Sabar hanya berpikir senangnya saja. Ia menduga, boss akan turun. Setelah menyerahkan helm terus bilang, karena tak tahan terus menerus keanginan, saya permisi dan memilih naik taksi
Nyatanya? Begitu motor menepi ke pa ling sisi, boss memang turun dari motor. Tapi, yang disampaikan benar-benar di luar perkiraan Sabar
“ Bang…kalau boleh, gue mau ikut ke rumah sakit Gue mau bezuk isteri lu, mau kenalan sama bayi lu yang baru lahir ke dunia dan setelah beres, baru anter gue ke pangkalan. Gimana, setuju ? “
Sulit bagi Sabar untuk menjawab tidak setuju. Tapi, ada yang jauh lebih sulit dari seke dar menjawab hal itu. Makanya, Sabar standar kan motor, cabut kunci dan bergegas ke salah satu pohon rindang yang berjajar di sepanjang ja lan.Jaraknya hanya sekitar lima meter dari mo tornya yang sudah distandarkan.


Bersambung......



















<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

0 komentar:

Post a Comment