MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank
SEMBILAN BELAS
Bondan sengaja nggak mau
nyautin lagi. Bukan lantaran ngantuk. Ia sudah malas bicara. Tapi,
tetap buka helm dan menyandarkan kepalanya ke punggung tukang ojek.
Sabar tak merasa menanggung beban. Maklum, bayarannya lima ratus
ribu.
Sabar manteng
kecepatan motornya diangka empat puluh. Dia menarik lega saat
berhenti sejenak, di lampu merah Pos Pengumben. Target sudah dekat.
Semoga, di komplek pertama yang akan dimasukinya, ada rumah kontrakan
atau yang mau dijual, dan cocok dengan selera Bondan
“ Kalau
langsung cocok, saya bisa segera bezuk isteri. Ngbarin hari ini dapat
rezeki nomplok. Julia sayang pasti senang, “ kata suara yang
menggema di lubuk hatinya.
Sabar kembali
ngegas sepeda motornya. Melewati sepeda motor, nyang dibawa seorang
perempuan yang pasti nggak punya sim. Soalnya, bawa motornya malah
ngagokin pengemudi motor laen. Untungnya, Sabar bisa cepat
mendahuluinya. Ia jadi bisa cepat melaju, meski kecepa tannya tetap
di empat puluh kilometer.
Saat belok ke
kiri di lampu merah Joglo, Sabar tersenyum. Menarik nafas lega. Sabar
se makin berharap cepat ketemu rumah yang mau di kontrak atau dijual.
Soal akhirnya hanya ngont rak atau malah dibeli, bukan urusannya.
Sabar cuma ingin cepat, cocok dan kembali mengantar ke pangkalan.
Lalu, ia
kerumah sakit. Bezuk dan melaporkan baru saja dapat rezeki nomplok.
Agar iste rinya tenang. Tidak berpikir soal dari mana membayar biaya
rumah sakit.
Sabar berbelok
ke sebuah gang.
Celingak
celinguk
Mata sabar melihat
sebuah rumah yang di pagarnya ada kertas kartun berisi tulisan :
Rumah ini dikontrakkan. Hub. 083806254696
Sabar ingin
membangunkan penumpangnya yang ia kira masih pulas dan masih asyik
menikmati indahnya mimpi di atas sepeda motor/ Baru saja Sabar akan
melaksanakan niat, membangunkan Bondan, eeh, Bondan malah lebih
dahulu bersuara.
“Kok
berhenti, bang. Memangnya sudah sampai ?”
Sabar bukan
tidak kaget. Sebab, ia tak menyangka jika Bondan sudah bangun dan
terlebih dahulu bertanya
“ Su..sudah,
boss. Tuuh, ada rumah yang di pagarnya ada tulisan mau
dikontrakkan,” sahut Sabar, yang mesti dengan gugup, tapi bisa
menjelaskan dan penjelasannya membuat Bondan menoleh kea rah yang
baru saja ditunjuk oleh Sabar
Bersambung.....
0 komentar:
Post a Comment