Thursday, May 16, 2013

SKETSA

DUNIA TAK BISA BICARA
oleh : Oesman Doank


       Tiap kali saya membaca slogan sebuah iklan yang berbunyi Orang Bijak Taat Pajak dengan embel embel kalau tak bayar pajak disebutkan Apa Kata Dunia? Terus terang, sebenarnya saya ingin ngakak. Setidaknya, jika merasa tak enak ngakak tanpa izin, saya ingin mengkonter iklan tersebut dengan iklan yang bunyinya sederhana.
         Bunyi iklan yang rencananya akan saya buat, seperti ini.
         Jangan Biarkan Gayus Bermukim di Hatimu
      Sayangnya, hingga saat ini, iklan sederhana dari yang paling sederhana atau paling tidak sederhana, tak pernah saya buat apalagi sempat saya sebar luaskan. Bukan tak ada biaya atau tak ada percetakan yang bersedia mencetak spanduk atau banner. Tapi, karena biaya yang ada lebih saya prioritaskan untuk beli sembako. 
       Kalau saja saya tak perlu sembako dan bisa menahan lapar apalagi bisa tidak masuk angin, mungkin spanduk, banner atau bentuk alat promosi apapun yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan, boleh jadi sudah saya alihkan biaya untuk membeli sembako menjadi biaya mencetak iklan.
         Hanya, karena yang kemudian terus masuk dalam pikiran di rumah harus selalu ada dan punya sembako, saya tak punya lagi peluang untuk mengkonter iklan yang dikemas oleh dunia pajak, yang menurut kabar masih tetap ada Gayusnya.
          Mengingat hal itulah, akhirnya saya memutuskan untuk meminta waktu kepada dunia, agar berkenan untuk saya wawancara. Jika permohonan saya dipenuhi, saat wawancara berlangsung, hal pertama yang akan saya tanyakan sangat sederhana.
          Apakah tuan dunia bisa bicara dan apa komentar tuan dunia jika tahu ada masyarakat yang tidak bijak dan tidak taat dalam membayar pajak?
          Sayang, sampai hari ini saya tak mau menyempatkan diri  untuk menulis surat pada tuan dunia agar menyediakan waktu luang untuk wawancara. Mengapa? Karena sangat yakin, tuan dunia sama sekali tak bisa bicara dan dia tak paham apa itu pajak, mengapa di satu sisi masyarakat harus membayar pajak sedangkan di sisi lain, gayus gayus berlomba lomba menyelewengkan uang yang dihasilkan dari pajak.
           Menurut hemat saya, keyakinan saya sangat beralasan, karena sejak kecil saya tak pernah melihat dan tak pernah mendengar dunia bicara. Hanya, suara dunia memang ada. Saya kerap mendengar saat angin berhembus, saat gunung meletus dan saat banjir bandang melanda
                Selebihnya, dunia hanya terus membisu.
             Dunia juga tidak pernah berubah menjadi edan. Buktinya, meski banyak yang mengatakan dunia memang sudah edan, yang namanya sang dunia tak pernah protes juga tidak pernah menggelar konprensi pers dalam rangka menje laskan kalau dirinya edan atau tidak edan.
        Jadi, kalau dunia sama sekali tak bisa bicara dan tak pernah menam pakkan keedanannya--apalagi secara signifikan, mengapa dunia pajak harus membuat sebuah kalimat berbunyi : Apa Kata Dunia,  hanya untuk satu tujuan agar masyarakat mau membayar pajak.
             Mau tahu jawabannya. Maaf.... saya justeru paling tidak tahu. 
























<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>
             

0 komentar:

Post a Comment