MASIH ADA
JALAN
oleh : Oesman Doblank
ENAM BELAS
Suaranya yang
lantang, terdengar rekan-rekannya dan membuat mereka bergegas meng
hampiri. Tentu saja ingin tahu apa yang sesungguhnya sedang dan akan
terjadi
Jika Bondan
tidak peka, bukan tak mungkin bisa salah paham. Untung, Bondan
menyadari dan ia tahu apa yang harus segera diperbuat. Ia segera
mengeluarkan uang dari sakunya. Sebe narnya, tak sengaja, dan ia tak
bermaksud memamerkan kertas merah yang nyaris sulit digeng gam oleh
tangannya. Tapi, karena ia biasa pegang uang banyak, tak masalah.
Bondan hanya
segera mencabut lima lembar ratusan ribu dengan tangan kanannya.
“Sorri….gue
bukan penjahat. Sekarang, bawa gue keliling ke pinggiran Jakarta. Nih
buat elu, bang. Kalau kurang, nanti lu tinggal minta. Ayo, jalan. Oh
iya, gue mau nyari rumah kontra kan di komplek perumahan. Jadi, bawa
gue ke komplek perumahan yang udeh lu tau tempat nya. Di sana, kita
cari rumah yang dikontrak atau yang dijual. Begitu cocok, lu bawa
lagi gue ke sini. Oke?”
Kalau saja si
tukang ojek yang helmnya masih bersarang di kepala Bondan, tidak
mikir cari uang lebih sulit dari menghitung butiran beras sekarung,
dia pasti gak peduli, lantaran terlanjur malu. Terlebih, beberapa
temannya, spontan berminat merebut rezeki yang sudah di depan
matanya.
“Kalu si
Sabar kagak mau, pake ojek saya aja, boss,” samber tukang ojek yang
punggung jaketnye ada tulisan ganyang koruptor
“ Kalau
segitu ongkosnye, sama saya aja, boss. Sampai besok juga saya siap,
nganterin, ” kata yang satunya lagi, yang usai menawarkan diri,
langsung berdoa dalam hati. Hanya, Bondan dan para tukang ojek
lainnya, sama sekali tak mendengar denger doanya yang terucap dalam
hati, dan didawamkan dengan sangat khu suk.
“Tuhan…tolong
bikin si sabar linglung dan emosi. Biar penumpangnya naik ojek saya
saja. Soalnya, bayarannya setengah juta. Tolong saya Tuhan. Sampai
saat ini, saya belum bisa ngelunasin kreditan motor “
Doa si tukang
ojek yang pakai kaos Jack mania, bukan tak didengar Tuhan. Hanya,
Sabar, si tukang ojek yang terlalu curiga karena memang banyak
kejahatan yang mengancam keselamatan para pengojek, sadar. Ia lebih
siap mem buang malu dan mengakui kebegoannya.
“Enak aje, lu
pade. Gue kan, cuma salah paham,” ia buru-buru menetralisir agar
penum pangnya yang masih memakai helmnya, tak beralih ke rekannya
yang terang-terangan ngiler mau membawa Bondan ke manapun tujuannya.
Sabar bergegas
meminta maaf, Bondan mengikhlaskan uang di tangannya disamber oleh
Sabar, yang cepat memasukkanya ke saku celana, dan buru-buru
menstarter motor.
“Dasar keple,
lu, Bar. Tadi ogah, sekarang nafsu “
“Mangkanye,
lain kali ati-ati nilai orang. Penjahat lu kire boss. Eh, boss lu
sangka penjahat “
Sabar yang tak
menggubris ocehan temannya, tak sempat mendengar ocehan lain yang
dilontarkan rekan ojeknya. Namun, niatnya bergegas meninggalkan
pangkalan, tertunda karena Bondan memintanya menunggu. Ia baru tahu
apa sebabnya, setelah menoleh ke belakang melihat Bondan sibuk
mengeluarkan lima lembar ratusan ribu dan segera memanggil salah
seorang tukang ojek yang berada paling dekat dengannya.
Begitu
mendekat, Bondan mengangsurkan lembar ratusan ribu di tangannya
“
Bu..bu..buat saya nih boss?” Tanya si pengojek dengan sedikit gugup
tapi banyak nafsu ingin segera mengabilnya.
“ Enak
aja,lu. Bukan cuma buat lu sendiri bang. Tapi, bagi bagi buat semua
teman yang ada di sini. Sori... Gue nggak sempat bawa lu semua buat
makan makan”
Bersambung......
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
_gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
_gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
0 komentar:
Post a Comment