Wednesday, May 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (15)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

LIMA BELAS


“Kali ini, gue cuma mau parkir mobil. Tolong lu jaga mobil gue. Oke? Naaah, ini ada buat lu. Cukup, kan buat ngopi, ngerokok dan makan siang “
“Sama buat makan besok, juga cukup, boss,” sahut Tukijan, sambil nyamber kertas ber harga berwarna merah dari tangan Bondan.
“Tengkiyu berat, boss,” Tukijan ngucapin terima kasih dengan sikap begitu hormat, dan lagi berpikir buat terus membujuk, karena tanpa kerja, sudah dapat tambahan buat ngegemukin tubuh isteri dan anak anaknya
“Gue cau dulu,yaa,“kata Bondan yang lantas bergegas meninggalkan Tukijan
“Siap boss,” kata Tukijan, yang yakin suaranya tetap terdengar Bondan, meski sudah keluar dari pos jaga. Sambil terus senyum, sang satpam memandangi sosok Bondan yang akhirnya lenyap dari pandangan matanya.
“Kalau tiap hari begini, walau cuma dari satu orang, aku berani banget deh, insaf dan bilang sama koh Mao Ling Seng, gue udeh kapok nawar-nawarin ayam Bangkok,” gumam Tukijan sambil cepet cepet masukin kertas merah ke saku celananya, dan masukin album ke laci mejanya.
*****
DALAM hatinya, tukang ojek ngucap Alhamdulillah Hirabbil Alamin, setelah Bondan yang ia tawarkan dengan isyarat menghampirinya dan langsung duduk disadel motornya.
“Kemana kita,boss?” Tanya si tukang ojek yang langsung ambil helm yang sejak tadi nangkring di stang kaca spion motor.
“ Jangan panggil gue, boss, dong,” sahut Bondan, yang setelah ambil helm dari si tukang ojek, memprotes si tukang ojek yang dengan sok akrab, memanggil Bondan dengan boss.
“ Harus, boss. Sebab, setiap penumpang yang naik ojek saya, harus saya anggap boss dan untuk itu saya lebih berkenan memanggilnya boss, “ kilah si tukang ojek
“ Tapi gue bukan, boss, bang ?”
“Mau benar boss, kek. Mau bukan, kek, yang penting, di mata saya, penumpang adalah boss. Oh iya, boss belum bilang, nih, mau kemana. Kalau nanti saya ke kiri nggak taunya tujuan boss ke kanan, kan, repot, boss “
“Gue sendiri nggak tau nii, mau ke mana?” Bondan menyahut tanpa berpraduga apa-apa. Ia memang belum tau mau pergi ke daerah mana
Untung, tukang ojek belum merubah standar motornya. Bondan jadi tidak jatuh bersama motor atau harus menahan keseimbangan agar tidak terjungkal bersama motor. Soalnya, tukang ojek yang kayaknya belum dapat penumpang, langsung turun. Ia tak hanya mendadak kesal dengan jawaban Bondan. Tapi, juga, curiga.
Tak salah. Sebab, ia memang harus waspada. Meski di siang hari, bisa saja penumpangnya yang kini duduk di jok motornya, bukan warga negara teladan. Tapi, warga negara berjiwa edan, yang demi uang, siap mencari korban dari kalangan pengojek.
Bukan berprasangka. Tapi, sudah begitu banyak peristiwa menghebohkan,yang terjadi di kalangan pengojek. Dan aksi mereka, tak sebatas melarikan motor pengojek. Jika perlu, demi me lancarkan usahanya, menganiaya atau membunuh tukang ojek.
“ Kenapa si abang kayaknya sewot ?” Tanya Bondan, yang tentu saja kaget karena tukang ojek langsung turun dari motornya
“ Jelas marah dong?! Saya, kan, tanya baik-baik, kita mau kemana? Ngejawabnya malah nggak tau mau ke mana. Niat kamu, mencurigakan, tahu ?” Sahut si tukang ojek, yang lantaran curiga menjawab dengan sewot. 


Bersambung......

0 komentar:

Post a Comment