MASIH ADA
JALAN
oleh : Oesman Doblank
LIMA BELAS
“Kali ini, gue
cuma mau parkir mobil. Tolong lu jaga mobil gue. Oke? Naaah, ini ada
buat lu. Cukup, kan buat ngopi, ngerokok dan makan siang “
“Sama buat
makan besok, juga cukup, boss,” sahut Tukijan, sambil nyamber
kertas ber harga berwarna merah dari tangan Bondan.
“Tengkiyu
berat, boss,” Tukijan ngucapin terima kasih dengan sikap begitu
hormat, dan lagi berpikir buat terus membujuk, karena tanpa kerja,
sudah dapat tambahan buat ngegemukin tubuh isteri dan anak anaknya
“Gue cau
dulu,yaa,“kata Bondan yang lantas bergegas meninggalkan Tukijan
“Siap boss,”
kata Tukijan, yang yakin suaranya tetap terdengar Bondan, meski sudah
keluar dari pos jaga. Sambil terus senyum, sang satpam memandangi
sosok Bondan yang akhirnya lenyap dari pandangan matanya.
“Kalau tiap
hari begini, walau cuma dari satu orang, aku berani banget deh, insaf
dan bilang sama koh Mao Ling Seng, gue udeh kapok nawar-nawarin ayam
Bangkok,” gumam Tukijan sambil cepet cepet masukin kertas merah ke
saku celananya, dan masukin album ke laci mejanya.
*****
DALAM
hatinya, tukang ojek ngucap Alhamdulillah Hirabbil Alamin, setelah
Bondan yang ia tawarkan dengan isyarat menghampirinya dan langsung
duduk disadel motornya.
“Kemana
kita,boss?” Tanya si tukang ojek yang langsung ambil helm yang
sejak tadi nangkring di stang kaca spion motor.
“ Jangan
panggil gue, boss, dong,” sahut Bondan, yang setelah ambil helm
dari si tukang ojek, memprotes si tukang ojek yang dengan sok akrab,
memanggil Bondan dengan boss.
“ Harus,
boss. Sebab, setiap penumpang yang naik ojek saya, harus saya anggap
boss dan untuk itu saya lebih berkenan memanggilnya boss, “ kilah
si tukang ojek
“ Tapi gue
bukan, boss, bang ?”
“Mau benar
boss, kek. Mau bukan, kek, yang penting, di mata saya, penumpang
adalah boss. Oh iya, boss belum bilang, nih, mau kemana. Kalau nanti
saya ke kiri nggak taunya tujuan boss ke kanan, kan, repot, boss “
“Gue sendiri
nggak tau nii, mau ke mana?” Bondan menyahut tanpa berpraduga
apa-apa. Ia memang belum tau mau pergi ke daerah mana
Untung, tukang
ojek belum merubah standar motornya. Bondan jadi tidak jatuh bersama
motor atau harus menahan keseimbangan agar tidak terjungkal bersama
motor. Soalnya, tukang ojek yang kayaknya belum dapat penumpang,
langsung turun. Ia tak hanya mendadak kesal dengan jawaban Bondan.
Tapi, juga, curiga.
Tak salah.
Sebab, ia memang harus waspada. Meski di siang hari, bisa saja
penumpangnya yang kini duduk di jok motornya, bukan warga negara
teladan. Tapi, warga negara berjiwa edan, yang demi uang, siap
mencari korban dari kalangan pengojek.
Bukan
berprasangka. Tapi, sudah begitu banyak peristiwa menghebohkan,yang
terjadi di kalangan pengojek. Dan aksi mereka, tak sebatas melarikan
motor pengojek. Jika perlu, demi me lancarkan usahanya, menganiaya
atau membunuh tukang ojek.
“ Kenapa si
abang kayaknya sewot ?” Tanya Bondan, yang tentu saja kaget karena
tukang ojek langsung turun dari motornya
“ Jelas
marah dong?! Saya, kan, tanya baik-baik, kita mau kemana? Ngejawabnya
malah nggak tau mau ke mana. Niat kamu, mencurigakan, tahu ?” Sahut
si tukang ojek, yang lantaran curiga menjawab dengan sewot.
Bersambung......
0 komentar:
Post a Comment