Wednesday, May 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (21)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

DUA PULUH SATU


“Bang…bang ojek, tungguuuu”
Sabar menoleh. Ia melihat pelayan ru mah makan melangkah bergegas untuk mengham pirinya.
“ Ada apa, mas ?”
“Ada apa, ada apa? Gara-gara abang tidak ikut masuk ke dalam, jadi saya yang capek. Sekarang, lebih baik cepat deh, si abang masuk “ Kata sang pelayan restoran, yang tentu saja tak bisa menyembunyikan rasa kesal karena gara-gara Sabar tak langsung masuk ke rumah makan, ia harus kehilangan waktu dan tenaga untuk memberikan pelayanan terbaik kepelanggan atau calon pelanggan
“ Bilang saja saya mau ke warteg,” sahut Sabar yang semula kaget, karena tak me nyangka jika Bondan mengajaknya makan.
Tapi kemudian ia bergegas bersiasat dengan berlagak tidak menggubris ajakan Bondan. Terlebih Sabar melihat, sang pelayan rumah makan yang baru saja memintanya masuk ke rumah makan, tidak tulus dalam melaksanakan tugasnya.
“Si abang jangan norak, dong. Teman si abang tuh mau ngajak makan enak. Ngapain juga si abang malah mau ke warteg ?”
“ Teman?” Gumam Sabar
Ia lalu menatap sang pelayan
“Abang nggak percaya kalau saya dimin ta tolong untuk segera memanggil abang? Maka nya, cepat masuk dan tanya langsung ke teman abang, saya serius apa berbohong?”
Sabar tetap bimbang. Masih antara percaya dan tanda tanya. Pelayan yang ia lihat kesal, bergegas meninggalkannya. Sabar masih menatap sang pelayan yang meninggalkan dirinya de ngan perasaan tidak percaya. Tapi, akhirnya Sabar mengikuti langkah si pelayan restoran.
Ia pun masuk ke rumah makan. Di pintu masuk, Sabar celingukan. Baru bergegas meng hampiri setelah melihat boss, yang duduk di me ja nomor 13 melambaikan tangan ke arahnya.
Meski sudah di depan Bondan, Sabar tak langsung narik kursi. Sabar sebatas sanggup berdiri. Bagaimana pun, sulit menghalau kerag an. Bukankah ia tak diajak juga tak ditawarkan? Sabar masih belum sanggup menarik kursi dan duduk bersama Bondan di rumah makan mahal.
“ Hahahaha, sorri. Saya pikir, bang Sabar ngerti. Nggak taunya, nggak ngerti. Lain kali, walau saya nggak nawarin, ikut masuk aja bang. Oke ?”
Sabar, malah jadi gemetar. Tak bisa menyahut meski hanya dengan kata oke. Ia cuma mampu mengangguk. Itu pun anggukan yang lemah. Anggukan antara kepingin segera duduk , tapi terantuk oleh rasa ragu. Malu
“Nggak usah mikir panjang, bang. Lebih baik tarik tuh kursi, silahkan abang duduk se santa-santainya. Terus, abang ambil ini,“ kata Bondan, sambil ngegeser buku menu ke dekat Sabar.
“Pilih sendiri makanan dan minuman yang abang suka,” kata Bondan kemudian.
“ Jika abang suka dan mau nambah, sampai tiga kali pun, silahkan. Pokoknya, no problem. Yang penting, si abang kenyang. Oh iya, tadi di jalan, kan abang bilang, isteri abang di rumah sakit. Kalau perlu, pesan makanan yang paling enak dan paling mahal. Soal bayar, jangan abang pikirin. Pokoknya, saya traktir.
Tapi, kalau soal selera dan hasrat abang mau makan sampai kenyang, saya serahkan uru san itu ke abang. Sebab, perut abang dan selera abang, pasti sangat berbeda dengan perut dan selera saya. Oke ?”
“ Te..terima kasih, boss,” kata Sabar


Bersambung.....





































<script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();


</script>

0 komentar:

Post a Comment