ADA
PINTU DI JENDELA
oleh : Oesman Doblank
DUA BELAS
RUMAHNYA
hanya sebatas tempat berteduh, agar terhindar terpaan hembusan angin
yang bergemuruh, dari terik mentari yang panasnya menyengat, membakar
kulit, dan dari derasnya guyuran hujan atau rintik gerimis, yang
kesemuanya hanya membuat hatinya miris.
Kalau azan Maghrib tidak menggema, ia ingin menghentikan Tomo, yang
tengah melang kah ke arahnya. Menemaninya ngobrol atau menemaninya
berkeliling, karena telah sekian lama Bondan pernah lagi mengetahui
perkembangan di komplek perumahan di mana ia tinggal
Bondan hanya menghentikan Tomo. Setelah merogoh dompet, mengambil
selembar lima puluh ribuan, Bondan menyodorkannya ke Tomo
“Tips antar tabung gas,” kata Bondan pada Tomo yang tercengang
dan dia tak segera mengambil lima puluh ribuan yang disodorkan Bondan
“
Buat makan malam dan beli rokok,” Bondan menambahkan, dan dengan
gerakan yang cepat, memasukkan uang di tangannya ke saku baju Tomo,
setelahnya Bondan bergegas mening galkan Tomo, yang sehari-hari
bekerja di toko engkoh Tie Liang Tai.
“
Terima kasih, boss. Semoga rezeki boss makin berlimpah ruah,” kata
Tomo.
Toma lantas berpaling ke arah Bondan yang terus berjalan setelah
meninggalkan Tomo yang nampak begitu terharu karena tak menduga jika
di jelang Maghrib ia memperoleh rezeki yang jumlahnya, menurut Tomo,
lebih dari lumayan.
Bondan merogoh, mengambil lembaran lima puluh ribuan. Memandang.
Entah takjub entah heran. Nyatanya, Tomo sepertinya tak percaya pada
kenyataan. Padahal, lembaran lima puluh ribuan, yang sudah ada di
tangannya bukan uang palsu atau uang untuk main monopoli. Tapi, uang
asli. Jika dibelikan krupuk, cukup buat lauk selama sebulan
Tapi,
akhirnya Tomo sadar. Senyumnya mengembang. Ia sempat mencium kertas
berharga di tangannya. Dan, jika ia sampai ke toko tempatnya bekerja,
ia pasti akan kembali ternganga. Terlebih, jika bossnya benar-benar
jujur dan langsung menyerahkan uang tips yang dititipkan Bondan untuk
Tomo.
“
Edan… sudah nitip uang tip sama boss, kok barusan, di jalan,
memberi uang tip lagi? Malah, lebih besar. Oh, tengkiyu Tuhan “
Bisa saja sambil ngelonjak kegirangan, Tomo bilang seperti itu. Toh,
Bondan tak tahu dan Tomo yakin, anak muda yang bai hati itu juga
tidak kepingin tahu apakah ia girang setengah mati atau sebaliknya.
Tapi, yang jelas, Tomo tak bisa menahan tetesan ari mata yang tiba
saja mengalir.
Tomo
terharu. Tak menyangka kalau dia dipertemukan dengan seorang anak muda yang bak hati.
0 komentar:
Post a Comment