Thursday, June 13, 2013

CERITA BERSAMBUNG (44)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

EMPAT PULUH EMPAT


“ Menurut lu, gue ni lebih baik nginap di rumah abang, nginap di hotel apa pulang dan tidur di rumah, yaa ?”
“ Aduuuh, gimana, ya? Saya,jadi susah ngejawabnya, nih, boss?”
“Susah apa nggak ngijinin gue nginap di rumah abang ?”
“Boss, sumpah! Jangankan nginap, boss mau datang ke rumah saja, saya pasti langsung senang setengah mati, boss. Cuma…Aduuuh, gi mana, ya? Terus terang, boss, rumah petak yang saya kontrak, nggak layak buat anda, boss?”
“Lu anggap gue orang hebat, apa? Emang gue raja cipoa atawa presiden yang nggak punya negara? Emang gue orang penting? Lu ka lau ngomong jangan bikin gue kesal, bang. Gini-gini, gue ini bukan orang penting. Bukan anak ra ja atawa anak presiden. Masa’ lu malah bilang, rumah lu nggak layak buat gue?
Bang, bilang aja terus terang. Lu tuh nggak sudi kalau gue nginap di rumah lu. Takut terganggu, dan takut direpotin. Iya, kan ?”
“Saya sama sekali nggak punya pikiran seperti itu, boss. Sumpah! Saya sangat senang dan merasa terhormat jika memang boss mau ngi nap di rumah saya. Cuma, masalahnya, saya ting gal di rumah petak. Ukurannya cuma tiga kali tujuh meter, boss.
Sempit. Panas, pengap. Nggak layak kalau boss nginap di rumah kontrakkan saya “
“Lu jangan ngomong, ngaco, bang. Gue nggak nanya berapa ukuran rumah, lu, kok. Juga nggak nanya luas atau sempit. Yang gue tanya, boleh apa nggak gue nginap di rumah abang? Jawaban yang kepengen gue dengar, boleh atau tidak. Kalau boleh, cepat kita pulang ke rumah abang. Kalau nggak boleh, gue nggak maksa. Ngerti, kan, bang apa yang gue omongin ?”
“Sangat ngerti, boss. Sekarang terserah boss, saja. Jika boss memang mau nginap, silah kan. Jika tidak, saya tidak marah “
“Ooh, gitu, bang. Jadi, lu tetap berharap gue nggak nginep? Yaa, sudah, berarti lu nggak ngijinin gue nginep ?”
Bondan jadi kesal. Bukan becanda jika langsung melengos lantas bergerak dengan cepat, meninggalkan Sabar. Sabar sangat kaget. Juga sangat menyesal. Dia tidak mengira, jika Bondan yang seharian mengesankan, bisa ngambek berat. Tanpa malu, Sabar yang tak ingin mengecewa kan Bondan, berteriak. Ia memanggil sambil me ngejar Bondan.
“Boss..tunggu boss.”
Sabar yang terengah-engah, nekad. Ia memberanikan diri meraih tangan Bondan.
“Gue mesti tunggu apalagi?” kata Bon dan, sembari menepiskan tangannya.
“Boss tunggu di depan sana. Saya ambil motor. Malam ini, boss harus nginap di rumah saya “
“ Lu ikhlas ?”
“ Insya Allah, boss. Tunggu di depan sana, boss. Saya ke belakang, ke tempat parkir, ambil motor “
Bondan tersenyum.
Begitu cepatnya ia meluluhkan kesal yang barusan saja hinggap di dirinya. Ia menatap Sabar yang bergegas meninggalkannya, dan nampak berlari agar bisa segera mengambil sepeda motor di tempat parkir. Dengan santai, Bondan bergerak ke luar.
Ke pintu keluar rumah sakit Mahal Itu Indah.
Di areal parkir, Sabar tak segera mengeluarkan motor ke jalan setapak yang hanya pas untuk sepeda motor. Sabar hanya terdiam sembari memandang deretan motor yang berhimpitan, dan melihat itu dia ingat saat berdesakan di mtro mini, yang kadang kala malah bikin kesal karena meski sudah berdesakan kerap dipaksa sang kondektur untuk terus merapat, Padahal, bernafas pun sudah merasa sulit.
Kelihatannya, Sabar merenung. Namun, merenung bingung. Bagaimana tidak,jika sepanjang hari dia terus dibuat terhenyak. Bukan oleh hal dan tindakan orang lain yang mengesalkan. Tapi, justeru tindakan, eksiyen dari seeorang yang membuatnya bahagia. Eksiyen yang berulang kali itulah, yang membuatnya tak henti hentinya terharu.
Sabar yang terduduk di sepeda motornya yang semula sekedar merenung kembali menangis. Dia tak peduli meski sempat melihat ada seseorang, yang sepertinya ingin juga ingin mengambil sepeda motornya. Hanya, Sabar sama sekali tak menduga jika pria brewok berusia sekitar empat puluh tahun, berpakaian necis malah menyapa Sabar yang tengah sesenggukan.
“Pak.. Kenapa di tempat parkir bapak menangis? Bapak baru saja kehilangan sepeda motor apa ada keluarga bapak yang meninggal dunia,”




Bersambung..........

Wednesday, June 12, 2013

CERITA BERSAMBUNG (43)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

EMPAT PULUH TIGA

Sebenarnya berat sekali Ariyani melepas pelukan. Ia masih ingin menikmati degup kebai kan yang bermukim di jiwa Bondan. Ia ingin, de gupnya menjalar ke hati suaminya, ke dirinya, ke bayinya. Ke kedua anaknya, yang dititipkan di ru mah orangtuanya, karena ia di rumah sakit.
Sedangkan Sabar, suaminya, harus ngojek. Memang, ngojek bukan pekerjaan hina. Di mata Allah, lebih mulia dari Menteri atau pejebat yang gemar korup. Lebih mulia dari perampok berdasi atau perampok bergolok.
Hanya, isteri pengojek, harus pintar ber syukur. Saat suaminya pulang dan hanya bawa hasil pas-pasan untuk makan, dada dan jiwa harus selalu lapang. Jika sudah terbiasa, pasti bisa. Sebab, bersyukur adalah menerima segala ketetapan dari Allah dengan lapang dada. Dan bila hasrat mensyukuri nikmat dari Allah selalu menggelora dan menjiwa, yang bersemayam di dada yang lapang, itulah ketenangan dan keten traman yang membahagiakan.

                                                                    oooooo0oooooo


(9)

SABAR yang dengan sabar menunggu namanya dipanggil, masih asyik duduk di kursi ruang tunggu sambil termangu, tersentak. Ia ka get saat Bondan menepuk bahunya.
“Nggak dengar, barusan nama isteri lu dipanggil kasir”
Sabar bergegas menghampiri kasir. Lang sung menanyakan biaya yang harus ia bayar, jika besok sore membawa isterinya pulang. Kasir wa nita, melihat ke komputer. Menyebut jumlah re kening atas nama isteri Sabar
“ Jadi, semuanya lima juta?”
Kasir mengangguk sambil senyum.Sabar menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Dadanya plong. Duit di tas pinggangnya, lebih dari delapan juta. Berarti, masih banyak lebih Sabar segera menulanasi biaya perawatan isterinya.
“Pokoknya, besok sore saya bawa isteri saya pulang. Lalu saya kembali nemuin mbak. Lebih dan kurangnya, besok saya selesaikan,”
kata Sabar.
Ia lalu bergegas menghampiri Bondan.
“Boss, kayaknya cuma habis sekitar enam jutaan,” Sabar menyerahkan kertas bukti pembayaran. Bondan meraih dan memperhati kan bukti tanda pembayaran
“Yaa, syukur Alhamdulillah, lah, bang. Berarti sisanya, kan, bisa lu gunakan buat beli keperluan bayi, lu, bang ?”
“Ja..jadi, tidak saya kembalikan ke boss saja ?”
Bondan melotot. Kesal.
“Tuh duit, kan, dari tadi sudah lu pe gang? Itu rezeki lu dari Allah, bang. Bukan dari gue. Kalau lu mau kembalikan, yaa, jangan ke gue. Kembaliin saja langsung ke Allah. Lu udeh kenal atawa tau apa nggak di mana alamat Allah ?” Ujar Komeng
Sabar langsung terharu. Seketika, ada yang mengembang di bola matanya.
“Awas, lu, bang. Sekali lagi sesenggukan, gue batalin niat gue nginep di rumah, lu ?”
Kali ini, sabar berusaha keras untuk tidak menangis. Ia ingin mengabulkan permintaan Bon dan, yang ingin dirinya tetap tegar dan terus sa bar
“Naaah, gitu dong, lu. Tegar, bang, te gar. Jangan sebentar-bentar nangis. Malu-maluin, gue aje, lu “
Bondan mengembalikan surat tanda bukti pembayaran. Sabar segera memasukkannya ke tas pinggang
“ Yang barusan boss bilang, serius?”
“Nginap di rumah, lu? “
Sabar mengangguk. Dadanya berdegup. Ia berharap, Bondan sebatas bercanda. Jika seri us? Mau tidur di mana? Rumah petak yang dikon trak, hanya membuat nafas sesak. Ventilasinya tak beraturan. Atapnya pun hanya dari asbes. Ji ka siang, panas dan berisik oleh hingar- bingar suara anak-anak.
Malam, pasti pengap. Sebuah kipas angin kecil miliknya, yang kadang rusak saat di pakai, malah membuat tamunya akan kegerahan. Tak mungkin Bondan merasa nyaman, bila benar ingin nginap di rumahnya


Bersambung..........


Tuesday, June 11, 2013

CERITA BERSAMBUNG (42)

MASIH ADA JALAN
Oleh : Oesman Doblank

EMPAT PULUH DUA


             Bondan segera menghampiri kedua pria yang sepertinya sepakat untuk berbarengan menunggu isteri mereka berada bersama di kamar mandi.
          “ Saya mohon maaf, pada bapak berdua. Sumpah, saya tidak punya maksud apapun ter lebih niat membuat bapak-bapak susah.” 
            “Waah, anda tidak salah apa-apa, kok. Tadi, kita malah bingung karena pak Sabar nangis dan kemudian isterinya mewek. Sekarang, malah senang karena lagi susah malah bisa ketawa”
           “Iyaa,, dik. Benar, kok, nggak apa-apa. Saya pribadi, malah senang. Nggak nyangka, di rumah sakit dapat kesegaran dan kita bisa tertawa tanpa rencana “
           “Itulah hebatnya boss saya, pak. Hidup nya, selalu senang dan seharian ini, saya nggak pernah melihat boss saya susah. Senang te ruuuuus “
           “Aaah, semua ini, kan,  gara-gara lu nge bohongin gue. Coba, kalau gak bilang isteri lu le bih cakep dari Jupe, nggak mungkin gue berani ngomong jujur “
           “Boss.. suami yang mencintai isterinya de ngan jujur, suami yang sayang isterinya dengan ikhlas, nggak bakalan ikhlas kalau bilang isteri nya tidak cantik. Pokoknya, isteri saya itu, lebih cantik dari isteri siapa pun. Iya, kan, pak ?”
           “Saya pikir, setiap suami harus bersikap seperti itu,” bapak berkaus hijau dan bercelana blue jeans, menanggapi dengan cepat.
           Tapi, bapak yang bercelana putih, dengan baju koko dan memakai kopiah, baru  menjawab setelah berfikir sejenak 
            “ Kalau menurut saya, tergantung dari ba gaimana setiap pribadi menilai kondisi isterinya
Sebab, melihat kecantikan harus dari luar dan da ri dalam. Tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek semata “
             “Waah, maaf, pak. Bukan saya nggak ter tarik dengan masalah ini. Cuma, saya takut ng gak kebagian waktu buat nengok anaknya bang Sabar. Oh, iya, saya pamit dulu ke isteri abang. Baru antar saya nengokin anak abang”
             Bondan segera menuju ke ranjang Ariya ni.Ia langsung minta izin karena takut kehabisan waktu buat melihat bayi mereka.
             “Boss… terima kasih banyak. Tadinya, saya tidak percaya. Tapi, setelah diceritakan, bang Sabar, melihat bingkisan dan melihat fakta lainnya, saya yakin, boss sangat baik. Terima ka sih, boss. Semoga Allah membalas semua kebai kan boss. Selalu memberi karunia dan hidayah pada boss. Saya dan bang Sabar, nggak tahu ba gaimana cara membalas semua kebaikan boss pada kami. Huhuhuhuuuhuuhuuu….Yaa Allah, lindungilah dan berikanlah kepada boss, Rahmat terbaik dari sisiMU “
            Bondan, yang semula hanya ingin pamit, menghargai isteri Sabar, yang kepingin sekali me meluknya. Bondan tak ragu memeluk Ariyani , yang sesenggukan.
            “Mbak… saya nggak punya dan nggak bi sa apa-apa. Saya pun gak hanya sebatas ingin ber bagi.Soalnya,Allah itu begitu baik, Allah tidak pelit kepada para hambanya. Jadi, jika hamba nya pelit, maka kepelitannya tidak akan pernah berarti apa apa bagi Allah. Sekarang, ijinkan sa ya nengok bayi mbak, yaa ?”

           “Silahkan, boss. Terima kasih “



Bersambung

CERITAKU-CERITAMU (1)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

SATU

KOMENG memang tak pernah punya cita-cita menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tapi ketika perjalanan hidup mengantarkan dirinya mendaftar jadi PNS, jelang ujian tak hanya berusaha menambah wawasan. Komeng juga selalu memohon kepada Sang Khalik agar ia bisa menempuh perjalanan yang akan dilaluinya dengan baik, dan tetap dalam lindungan dan berkah Tuhan..
Komeng yakin, setiap usaha akan menghasilkan dan setiap doa pasti dikabulkan. Untuk itu, Komeng sama sekali tak berminat mencari jalan lain selain tetap banyak membaca dan menyerahkan segalanya pada keputusan Tuhan. Karena keyakinan nya, Komeng tak menyalahkan Badrun  yang mengang gap ia bodoh, lantaran malah menolak saat diajak un tuk menghubungi seseorang yang bisa membantu  me luluskan dan meloloskan siapa saja yang berminat jadi PNS.
“ Aku bingung dan sama sekali tak memahami jalan pikiranmu “
“ Bingung ? Badrun..Badrun..kau pikir aku tak bingung dengan jalan pikiranmu?” 
Badrun terlolong lolong.
“ Jutaan orang di negeri ini justeru berpikiran sepertiku, Meng.Eh, maaf, yang benar, aku melakukan hal ini karena jika tidak mengikuti jejak jutaan orang di negeri ini, tak mungkin bisa lulus dan jadi PNS”
“ Karena itu kau malah lebih siap dan rela menyogok ?”
“ Aku melakukannya bukan lantaran siap atau rela, Meng.Tapi budaya yang berkembang sejak orde baru mengharuskan siapapun untuk patuh dan taat pada peraturan main. Jika tidak, mana mungkin bisa jadi PNS?”
“ Untungnya, aku mendaftar bukan untuk jadi PNS. Tapi, sebatas ikut test.Jika lulus, jelas aku bersyukur. Jika gagal, toh bisa jadi pegawai swasta
Atau berwira-swasta. “
Badrun hanya bisa mengerutkan kening. Ia me rasa tak bisa lagi membujuk Komeng agar berkenan mengikuti jejaknya. menelusuri jalan pintas. Meski un tuk itu  harus menyiapkan sejumlah uang untuk melan carkan dan mewujudkan harapan, ia yakin, hanya cara itulah yang bisa membuatnya jadi PNS.


Bersambung..............
            

Monday, June 10, 2013

CERITA BERSAMBUNG (41)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

EMPAT PULUH SATU


Gara-gara ada yang berani berkomen tar, Ariyani yang semula gugup, malu, tapi pada akhirnya juga melepaskan tawa dan baru saja bi sa ngerem tawanya, merasa tak punya beban untuk mengungkapkan  perasaannya.
“ Boss..boleh saya bicara dari hati yang paling dalam?” Tanya isteri Sabar
Mendengar permintaan isteri Sabar, dengan santai Bondan menjawab
“ Waah, sori mbak. Saya harus bilang terus terang, mbak tidak boleh atau tidak saya izinkan bicara dari hati yang paling dalam.  Sebab, pertama, saya belum yakin, kalau mbak isterinya bang Sabar. Soalnya, isteri bang Sabar, seperti yang diakuin bang Sabar ke saya, lebih cakep dari Jupe. Sedangkan mbak, biasa biasa saja kok, tidak secantik Jupe
Kedua, kalau mau bicara dari hati yang paling dalam, minta izinnya jangan ke saya, tapi, harus langsung ke bang Sabar. Kalau ke saya, malah merepotkan negara. Pertama, kalau bang Sabar cemburu dan menggugat mbak ke pengadilan agama, kan hakim di pengadilan agama jadi tambah kerjaan.
Ketiga, kalau akhirnya saya simpatik dan nantinya saya mau sama mbak, ntar bang Sabar mbak tinggalin. Syukur kalau bang Sabar tidak frustrasi atau senewen, Kalau frustrasi? Apa kata dunia, mbak ?”
Lagi-lagi, yang lantas terdengar bukan tangisan Ariyani atau Sabar. Tapi suara ngakak Semua yang ada di ruang nomor 313, juga ngakak. Mereka nggak nyangka, jika di sore yang indah, ada yang sengaja bikin suasana jadi begitu ceria. Mereka, bisa tertawa dengan lepas dan bebas. 
Bondan sendiri tak mengerti mengapa jawabannya malah membuat seisi ruang tertawa.
Padahal, Bondan sama sekali tidak bermaksud ingin ngelucu. Tapi karena buktinya tertangkap sebagai sesuatu yang lucu, mereka serempak: berhahahahahahahahahahahahah
Malah, ibu yang dirawat di sebelah ranjang Ariyani, yang tadi berani berkomentar, spontan nyubit suaminya. Maksudnya, bukan mau nyakitin. Tapi, minta diantar ke kamar mandi. Dia rupanya tidak tahan lagi menahan keinginan pipis yang mendadak menyerangnya. Suaminya yang masih ngakak, memang nggak marah. Padahal, cubitan isterinya terasa sakit. Tapi, ia tak protes
Entah karena pengaruh suasana yang menggembirakan dan membuatnya lupa pada beban harus bayar rumah sakit, entak karena merasa tak enak jika letupkan emosi di depan orang lain
Tapi, ketika isterinya nyubit ulang, ia langsung protes
“Mama apa-apaan, sih. Lagi asyik ketawa, bukan tetap ngakak, malah nyubit. Cubitan mama, tuh, sakit, tau?”
“Maafin mama..soalnya..soalnya, mama nggak tahan. Mau pipis. Cepat, pa. Kan, malu, kalau sampai mama pipis di ranjang “
“Pa..saya juga minta tolong antar pa. Nggak tahan, nii, kepingin pipis ?” permintaan pi pis, juga terdengar dari penghuni ranjang di sebelahnya.

              Bondan nggak nyangka, jika gayanya , yang apa adanya, membuat dua ibu yang baru melahirkan, berbarengan minta diantar suaminya ke tempat pipis. Untung, keduanya berjenis kela min sama. Jika yang satu perempuan dan satunya lagi lelaki, pasti repot. Nah, sejenis saja mereka ragu. Tapi, karena kedua suaminya sepakat, me ngijinkan isteri masing-masing untuk sekamar mandi berdua.


Bersambung .........

Sunday, June 9, 2013

CERITA BERSAMBUNG (40)

MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

EMPAT PULUH


Sabar baru ngerti. Baru paham, kalau ia pernah bilang isterinya lebih kece dari Jupe. Juga makin paham, boss, orangnya memang jujur. Ng gak beda dengan air yang mengalir. Apa adanya. Dan, ia memang tak bermaksud menghina. Ha nya menjelaskan apa adanya. Seperti yang dikata kan Sabar, tentang isterinya
Tanpa basa-basi. Tanpa ingin menyembu nyikan sesuatu yang tidak sesuai. Jelas beda de ngan kebanyakan orang, yang pasti sungkan atau merasa nggak enak, bila ngomong apa ada nya. Bila mengatakan semua hal dengan sejujurnya.
Sabar yang sadar, ngeh, bukannya ter singgung malah senang. Begitu juga Ariyani, iste rinya, langsung terkekeh. Meski sadar ia jadi sa saran, sama sekali nggak merasa terhina. Apa yang diungkap oleh Bondan, dengan gayanya, dengan caranya dan dengan niatnya yang ber kata jujur, apa adanya, jauh dari niat meleceh kan.
Ariyani, juga langsung terpingkal pingkal Dan, memang harus diakui, gaya Bondan, uca pan Bondan, yang tanpa polesan dan tanpa mak sud apapun, seperti yang dilihatnya. Bondan be nar benar-benar mengenakan baju kejujuran, dan di baliknya hanya terkendung kelucuan. Siapa pun sulit untuk tidak tertawa.
Itu sebabnya, pasien dan pembezuk yang semula hanya menahan keinginan ngakak, ka rena nggak enak dan takut ada yang tersinggung, jika ngakak duluan, akhirnya ikut ngakak.
Meski ngakaknya belakangan, mereka jadi bisa leluasa dan lepas menikmati suasana yang lucu. Suasana yang menyegarkan.
Suasana, yang sejak Sabar muncul sam pai Bondan hadir, memang seperti cuaca. Silih berganti. Bila semula tangisan dan air mata, yang sesungguhnya juga menyegarkan karena latar belakang sesungguhnya kegembiraan dan kebaha giaan.
Kini, suasana sudah langsung berubah, berganti dengan suasana yang full kegembiraan karena bila semula hanya Sabar dan Ariyani yang menangis, ketika giliran ngakak, semua yang ada – kecuali Bondan, terbahak-bahak.
“Lhoo, gue tuh ngomong apa adanya, bang. Kok, semua malah pada ngakak.Memang nya, gue pelawak “
“Boss…si boss mau bilang apa saja, silahkan. Yang jelas, semua yang ada di sini, pa da ngakak. Berari, boss itu lucu. Boss jago men ciptakan suasana yang membuat kita senang. Iya, kan, bapak-bapak dan ibu-ibu ?”
Meski ada yang tetap ragu, karena belum mengerti siapa Bondan, jawaban yang kemudian terdengar jelas, sangat seragam.
“Yaa, boss, memang lucu, kok”
“ Kalau tiap hari boss datang, dan bisa

terus melucu seperti sekarang kita disini, pasti lu pa sama kesulitan hidup, “ kata ibu yang dirawat di sebelah Ariyani.



Bersambung.............. 

Saturday, June 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (39)

MASIH ADA JALAN

oleh: Oesman Doblank

TIGA PULUH SEMBILAN


Meski dengan gerakan perlahan, Ariyani memutar tubuhnya. Niat nya berbalik, ingin menghadap dan melihat apa kah Sabar, suaminya, memenuhi permintaannya atau tetap di tempatnya, tanpa bersiap meninggalkan ruangan. Saat itulah, Bondan yang sejak tadi berdiri dan tidak mau mengganggu, terse nyum padanya. Senyum yang tak hanya terlihat indah. Tapi juga tertangkap sangat ramah
Ariyani, jelas gelagapan. Maklum, ia baru saja berhenti menangis. Karena tak tahu harus berbuat apa, ia yang sudah menghadap ke sua minya, spontan mendorong Sabar dan memberi isyarat kepada suaminya.
Sabar langsung menoleh. Kini, Sabar meli hat jelas, siapa yang berdiri di depan matanya. Sabar gugup setengah mati. Tapi, Bondan malah biasa saja. Malah, menciptakan suasana yang bi sa membuat Sabar bebas dari beban
“ Su…sudah lama, boss?”
“Yaa, kalau di sini, baru dua hari. Di kan tin, lama juga, sih. Kayaknya, mungkin sekitar tidak ada seminggu atau kurang dari tujuh hari “
“Si Boss bisa saja. Maunya becanda dan nggak pernah mau kelihatan susah “
“Ja..ja..jadi…ini…” Ariyani yang tadi ma lu, gugup, meski makin kelihatan gugup, berusa ha bicara.
Meski tidak melanjutkan kalimatnya, Ari yani yakin, yang berdiri di hadapannya adalah so sok yang sudah atau baru saja diceritakan langsung oleh suaminya
“ Ya, ini dia, boss, yang tadi abang cerita kan. Lihat, benar, kan? Orangnya sederhana, gan teng dan nggak pernah kelihatan susah “
“ Lu kalau ngomong jangan berlebihan. Gue, kan, waktu pertama mau naik ojek bilang, nama gue bukan boss. Tapi, Bondan. “
“ Iyaa, boss. Saya tuh sudah cerita sama is teri saya, nama boss, memang Bondan. Tapi, sa ya harus tetap manggil boss, karena sudah kebia saan. Iya, kan, Ni “
“I..i..iya, boss”
“Tuuh, kan, isteri saya saja, meski sudah saya bilang Bondan, tetep manggil boss Padahal, saya nggak nyuruh dan sama sekali tak menginti midasinya boss?”
“Yaa, terserah lu aja, deh, bang. Sekarang,
Ayo kita ke ruang rawat isteri lu. Gue kan tadi bi lang sama lu, mau bezuk dan mau kenal sama is teri lu “
Bondan kontan tertegun. Begitu pun dengan isteri si tukang ojek
“Boss…ini isteri saya. Sudah didepan mata anda, boss. Nggak perlu mencari dan bersusah payah menuju ke ruang lain, boss, “ kata Sabar yang bergegas menjelaskan namun tak mengira jika Bondan malah kembali berulah, entah untuk maksud menggoda atau malah menunjukan dirinya kalau Bondan lebih suka bicara jujur dan apa adanya
“Yaa, lu tuh bagaimana juga, sih, bang? Ayo, cepat kita ke ruang rawat isteri lu. Ntar waktu bezuk keburu habis “
“Boss…tolong jangan bikin saya bingung, boss. Saya nih, sudah bersama isteri saya. Se dang senang dan bahagia. Kalau boss ngajak sa ya cari isteri saya, ke mana mencarinya, boss? Ia sudah di sini.Di sisi saya ini, isteri saya, boss. Dia yang dari tadi maksa saya supaya cepat nyu sul boss dan mengajak boss ke sini “
“Gue jadi ngeraguin kejujuran, lu, bang “
Sabar garuk-garuk kepala. Nggak ngerti sa ma sekali, ke mana arah tujuan pembicaraan Bon dan.
“ Gue yakin, lu udah nggak jujur. Soalnya, lu sendiri, kan, yang bilang, kalau isteri lu, lebih cakep dari si Jupe. Nyatanya? Cakepan Jupe ke mana- mana, bang. Tetap seksian Jupe. Jupe tuh nggak ada gendutnya.
Isterilu, woow, gendang dangdut alias gendut. Maaf lho, mbak. Saya sama sekali nggak bermaksud ngejelek-jelekin mbak. Saya Cuma kesal sama suami mbak, karena dia nggak jujur sama saya.

          Soalnya, tadi, dengan begitu meyakinkan dan penuh kebanggaan, dia bilang ke saya, iste rinya lebih cakep dari Jupe. Waktu saya bilang nggak percaya, suami mbak malah ngotot. Seka rang, boleh dong, kalau saya ngotot? Sebab, apa yang tadi dia bilang sambil ngotot, sangat tidak sesuai dengan apa yang saya lihat sekarang “



Bersambung.......