Saturday, June 8, 2013

CERITA BERSAMBUNG (39)

MASIH ADA JALAN

oleh: Oesman Doblank

TIGA PULUH SEMBILAN


Meski dengan gerakan perlahan, Ariyani memutar tubuhnya. Niat nya berbalik, ingin menghadap dan melihat apa kah Sabar, suaminya, memenuhi permintaannya atau tetap di tempatnya, tanpa bersiap meninggalkan ruangan. Saat itulah, Bondan yang sejak tadi berdiri dan tidak mau mengganggu, terse nyum padanya. Senyum yang tak hanya terlihat indah. Tapi juga tertangkap sangat ramah
Ariyani, jelas gelagapan. Maklum, ia baru saja berhenti menangis. Karena tak tahu harus berbuat apa, ia yang sudah menghadap ke sua minya, spontan mendorong Sabar dan memberi isyarat kepada suaminya.
Sabar langsung menoleh. Kini, Sabar meli hat jelas, siapa yang berdiri di depan matanya. Sabar gugup setengah mati. Tapi, Bondan malah biasa saja. Malah, menciptakan suasana yang bi sa membuat Sabar bebas dari beban
“ Su…sudah lama, boss?”
“Yaa, kalau di sini, baru dua hari. Di kan tin, lama juga, sih. Kayaknya, mungkin sekitar tidak ada seminggu atau kurang dari tujuh hari “
“Si Boss bisa saja. Maunya becanda dan nggak pernah mau kelihatan susah “
“Ja..ja..jadi…ini…” Ariyani yang tadi ma lu, gugup, meski makin kelihatan gugup, berusa ha bicara.
Meski tidak melanjutkan kalimatnya, Ari yani yakin, yang berdiri di hadapannya adalah so sok yang sudah atau baru saja diceritakan langsung oleh suaminya
“ Ya, ini dia, boss, yang tadi abang cerita kan. Lihat, benar, kan? Orangnya sederhana, gan teng dan nggak pernah kelihatan susah “
“ Lu kalau ngomong jangan berlebihan. Gue, kan, waktu pertama mau naik ojek bilang, nama gue bukan boss. Tapi, Bondan. “
“ Iyaa, boss. Saya tuh sudah cerita sama is teri saya, nama boss, memang Bondan. Tapi, sa ya harus tetap manggil boss, karena sudah kebia saan. Iya, kan, Ni “
“I..i..iya, boss”
“Tuuh, kan, isteri saya saja, meski sudah saya bilang Bondan, tetep manggil boss Padahal, saya nggak nyuruh dan sama sekali tak menginti midasinya boss?”
“Yaa, terserah lu aja, deh, bang. Sekarang,
Ayo kita ke ruang rawat isteri lu. Gue kan tadi bi lang sama lu, mau bezuk dan mau kenal sama is teri lu “
Bondan kontan tertegun. Begitu pun dengan isteri si tukang ojek
“Boss…ini isteri saya. Sudah didepan mata anda, boss. Nggak perlu mencari dan bersusah payah menuju ke ruang lain, boss, “ kata Sabar yang bergegas menjelaskan namun tak mengira jika Bondan malah kembali berulah, entah untuk maksud menggoda atau malah menunjukan dirinya kalau Bondan lebih suka bicara jujur dan apa adanya
“Yaa, lu tuh bagaimana juga, sih, bang? Ayo, cepat kita ke ruang rawat isteri lu. Ntar waktu bezuk keburu habis “
“Boss…tolong jangan bikin saya bingung, boss. Saya nih, sudah bersama isteri saya. Se dang senang dan bahagia. Kalau boss ngajak sa ya cari isteri saya, ke mana mencarinya, boss? Ia sudah di sini.Di sisi saya ini, isteri saya, boss. Dia yang dari tadi maksa saya supaya cepat nyu sul boss dan mengajak boss ke sini “
“Gue jadi ngeraguin kejujuran, lu, bang “
Sabar garuk-garuk kepala. Nggak ngerti sa ma sekali, ke mana arah tujuan pembicaraan Bon dan.
“ Gue yakin, lu udah nggak jujur. Soalnya, lu sendiri, kan, yang bilang, kalau isteri lu, lebih cakep dari si Jupe. Nyatanya? Cakepan Jupe ke mana- mana, bang. Tetap seksian Jupe. Jupe tuh nggak ada gendutnya.
Isterilu, woow, gendang dangdut alias gendut. Maaf lho, mbak. Saya sama sekali nggak bermaksud ngejelek-jelekin mbak. Saya Cuma kesal sama suami mbak, karena dia nggak jujur sama saya.

          Soalnya, tadi, dengan begitu meyakinkan dan penuh kebanggaan, dia bilang ke saya, iste rinya lebih cakep dari Jupe. Waktu saya bilang nggak percaya, suami mbak malah ngotot. Seka rang, boleh dong, kalau saya ngotot? Sebab, apa yang tadi dia bilang sambil ngotot, sangat tidak sesuai dengan apa yang saya lihat sekarang “



Bersambung.......


























0 komentar:

Post a Comment