Sunday, June 2, 2013

TAK ADA AKAR ROTAN PUN JADI

oleh : Oesman


PENGANTAR

     Beda pengantar dan kata pengantar, sangat jelas. Karena sudah jelas, kayaknya beta tak perlu lagi memperjelas. Sebab, percuma menjelaskan yang sudah jelas. Mengapa? Karena selain kuatir nantinya makin jelas, juga gak enak kalau ada yang mengatakan, kok diperjelas malah menjadi sangat tidak jelas.
    Jadi, timbang diperjelas malah menghasilkan makna yang tidak jelas. bukankah lebih baik segera mengurungkan hal hal yang malah menjadi tidak jelas? Nah, itu sebabnya saya tak ingin memperjelas. Sebab, ada bukti kalau ada kata yang bisa mengantar dan juga ada pengantar yang kesulitan menguraikan kata kata.
    Mengapa bisa demikian ? 
    Ketika dikonfirmasi langsung ke kata dan juga ke pengantar, kedua belah pihak di satu sisi mengatakan sangat setuju. Alasannya, karena kata dan pengantar bisa saling dukung mendukung dan mengikat tali persaudaraan seerat eratnya, dan karena itulah kedua belah pihak lebih ikhlas untuk tidak tawuran timbang membudayakan tawuran
    "Tawuran itu hanya mencelakakan kedua belah pihak. Yang kalah dilarikan ke rumah sakit atau ke pemakaman, sedangkan yang menang bakal berurusan dengan penegak hukum "ujar si kata sambil melirik si pengantar.
    "Saya sepakat dengan apa yang dijelaskan oleh si kata," timpal si Pengantar. 
    Meski begitu, Pengantar malah menghimbau agar budaya tawuran pelajar, tawuran mahasiswa dan tawuran antar warga kampung, sebaiknya dimenej dengan sebaik baiknya sehingga bisa secepatnya menjadi perdamaian yang indah dan penuh pesona.
   "Tapi, lantas kapan kita bicara soal dan tentang tak ada akar rotanpun jadi," serobot si kata yang sepakat untuk tidak setuju membela yang bayar, karena dahulu kala, para pejuang selalu ke medan laga untuk membela yang benar
  " Lhoo, bukankah kamu mendekati saya untuk menjadi kata yang karena saya pengantar lalu tercipta kata pengantar?" tanya si pengantar
 "Itu sebabnya saya mengingatkan, setelah kita menjadi kata pengantar, segeralah beranjak ke substansi tak ada akar rotan pun jadi. Jika stagnan di kata pengantar, lalu apa ujar kata jika tak sanggup mengantar?"
   Karena nggak enak sama pak erte, akhirnya kedua belah pihak kembali sepakat untuk menyetop argumen ataupun deskripsi, dalam bentuk apapun.

   Kaitan Akar Dengan Rotan

   Mengapa pepatah itu bunyinya harus Tak Ada Akar Rotan pun Jadi dan bukan Tanpa Akar Rotan Tak Akan Pernah Jadi ?
   Prof. Doktor Ir. Drs. Amburadul Banget, Phd, Msc, Pkk, Lsm, Mlm, ketika ditanyakan masalah terbesut, eh, tersebut, bukan menjawab dengan ilmiah, malah cemberut, melotot dan membentak
   "Jangan tanya sama saya. Memang kamu nggak tau kalau saya lagi pusing tujuh keliling karena sebentar lagi harga BBM mau naik? Jangan malah bikin saya dong. Sebab, bidang saya BBM bukan Akar atau Rotan.  Jadi, tanya saja langsung ke ahli akar dan ahli rotan, dan apapun jawabannya pasti jadi "
  Betapa sulitnya mengaitkan akar dengan rotan, di saat pengurus PSSI selalu membangun konflik Akibatnya, tanpa akar mau pun rotan, sepakbola Indonesia akhirnya harus ikhlas memberi peluang kepada negara lain untuk menjadi peserta perebutan piala dunia, yang akan segera di gelar di Brazil.
  Haruskah bertanya kepada orang bijak yang taat bayar pajak?
  "Wah, jangan tanya ke kami," pinta ketua Asosiasi Bayar Pajak Apa Nggak Ya, saat ditanyakan masalah ini. Dia beralasan, wajar jika kebanyakan pegawai pajak kaya raya. Sebab, Gayus saja, yang belum lama berdinas di sana, uangnya sudah milyaran. Apalagi para seniornya.
Hanya, bagaimana mungkin korupsi di sana bisa diberantas sampai ke akar akarnya, bila rotan tak dijadikan alat pemukul untuk memperbaiki moral.
  Aneh memang, jika tak ada akar rotan pun jadi dipermasalahkan secara panjang lebar. Padahal, artinya begitu simpel. Nggak percaya? Tanya saja ke engkong Lihun. Beliau pernah memanfaatkan keunggulan pribahasa ini. Saat itu, cuaca sangat panas. Waktu mau pulang setelah belanja di Glodok, duitnya kecopetan barang barangnya hilang. Karena diamanahkan untuk mengaplikasikan Tak ada Akar Rotan pun jadi, dengan ikhlas Kong Lihun pulang dari Glodok ke Kemanggisan dengan berjalan kaki.
  "Buktinya," kata engkong Lihun
 "Bisa juga tuh gue sampe di rumah dengan selamat. Cuma, pas sampai di rumah gue terpaksa mesti pingsan. Sebab, capenye nggak ketulungan. Mana mesti nahan haus," kata beliau sembari berbisik. Rupanya, Beliau menyampaikan pesan, agar pepatah tersebut dipertahankan sampai kapanpun. Cuma, kata beliau, harus disesuaikan dengan kondisi zaman. Tapi harus tetap dibuat menjadi relevan.
Artinya, kalau memang mau pintar harus belajar, jangan kalau nggak bisa menjawab kan bisa nyontek ke teman, kalau nggak dikasih jawaban ngajak berantem
Kalau kerja juga mesti jujur, jangan mentang mentang ada kesempatan dalam kesempitan, lantas kemaruk dan malah nggak habis habisnya ngembatin duit rakyat.
Jadi, kalau tak bisa makan Pizza kan masih bisa makan combro atawa pisang goreng yang harganya jauh lebih murah dan serasa serasi dengan lidah lokal.
Pokoknya, kalau nggak ada uang jangan ngutang.
Setuju? Saya sih setuju aja, ah.        




































 <script type="text/javascript">

  var _gaq = _gaq || [];
  _gaq.push(['_setAccount', 'UA-41008897-1']);
  _gaq.push(['_setDomainName', 'sketsadanpantun.blogspot.com']);
  _gaq.push(['_setAllowLinker', true]);
  _gaq.push(['_trackPageview']);

  (function() {
    var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
    ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://' : 'http://') + 'stats.g.doubleclick.net/dc.js';
    var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
  })();

</script>

0 komentar:

Post a Comment