Thursday, June 27, 2013

CERITA BERSAMBUNG (55)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

LIMA PULUH LIMA


Pada akhirnya, Sumirah benar-benar me rasakan betapa indahnya nikmat berdoa dan sela lu bersyukur pada Sang Khalik. Sumirah, kini sudah merasa lega dan ia bisa pasrah, karena te lah menyampaikan hal yang sebelumnya tak hanya tidak diketahui oleh Bondan. Tapi, juga hal lain yang tak sekedar untuk diketahui. Bon dan justeru harus mengapresiasi dengan sebaik baiknya. Bahkan, dengan kebijakan, kearifan dan kedewasaan berfikir, bersikap dan bertindak.
Dan, sejak segalanya diungkapkan, Su mirah hanya tinggal menunggu reaksi dan sekali gus apresiasi dari Bondan. Jika dari aspek perka winan ayahnya dengan dua wanita lain, dijadikan alasan kuat oleh Bondan untuk bersikap dan ber tindak tegas karena alasan itulah yang membuat diri nya menderita, dan atas penderitaannya selama ini, Bondan lantas ingin membalas sakit hatinya, tak seorang pun yang berhak mencegah Bondan untuk mengambil keputusan dalam bentuk apapun, meski dampaknya sangat tidak mengenakkan bagi Sumirah
Jika pun sebaliknya – dalam arti Bondan melupakan masa silam, dan akhirnya ia mengap resiasi soal warisan pak Sadewa yang semua dikhususkan untuknya dan untuk itu, Bondan yang diwasiatkan sebagai pemilik seluruh harta keka yaan pak Sadewa, bersikap arif dan bijak dalam mengambil keputusan, bukan berarti Sumi rah merasakan hal sebaliknya.
Bagi Sumirah, yang terpenting ia telah menjelaskan segalanya dan menyampaikan ama nah almarhum suaminya, Amanah paling penting yang harus ia sampaikan kepada Bondan, adalah target paling utama. Makanya setelah target dicapai, semua terasa melegakan Tak ada lagi beban. Selebihnya, benar-benar ia serahkan kepada Tuhan, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dan keputusan serta kebijakan apapun yang setelah itu akan ditentukan oleh anak kan dung suaminya, yang oleh pak Sadewa ditempat kan sebagai akhli waris paling utama dan untuk itu, Bondan berhak atas berbagai jenis kekayaan milik pak Sadewa, Sumirah tak akan berusaha untuk mempengaruhi Bondan, agar dia diperha tikan dan anak-anaknya diberi bagian
Sumirah juga tak mau melakukan pro tes atau hal apapun. Sebab, jika hal itu ia laku kan, sama artinya ia bodoh. Mengapa? Jika ia protes, untuk apa ia melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Jelas tidak lucu, jika pasca penyampaian amanah, Sumirah malah protes karena merasa berhak atas kekayaan pak Sadewa.
Timbang setelah itu ia protes, kan jauh lebih baik amanah pak Sadewa ia selewengkan. Ia yakin, sangat mudah memanipulasi surat-surat berharga yang kesemuanya sudah ia serahkan dan kini sudah berada di tangan Bondan. Terlebih, saat ini, begitu banyak orang yang ber sedia membantu siapa pun – asal bayarannya sesuai dengan permintaan, meski harus melaku kan perbuatan yang melanggar hukum dunia dan hukum Allah
Tapi, buat apa jika malah mencelakakan dan hanya membuat jiwa yang tenang jadi nestapa. Jadi kehilangan magnit imani, yang selama ini melekat dengan begitu kuat dan dijaga sebaik-baiknya agar tidak cacat.
Sumirah yang sudah merasa sedemikian plong, merebahkan dirinya di kasur. Ia tatap kedua anaknya yang sudah sedemikian lelap dalam tidur. Setelah menciumi kedua anaknya, Sumirah yang selalu melakukan hal itu dikala anaknya sudah lelap dalam tidur, barulah Sumirah bangkit dan dari ranjang dan dia melangkah ke kamar mandi.
Sumirah yang meski pun merasa lelah, tetap bergegas berwudhu.
Dia berharap, malamnya habis untuk mendekatkan diri pada Sang Khalik, yang teah memberinya kelapangan sehingga setelah bertemu dengan Bondan, dia merasa wajib bersyukur karena Sumirah yakin, yang dia dapatkan bisa terjadi karena izin dan pertolongan dariNYA.


Bersambung.......


0 komentar:

Post a Comment