MASIH ADA
JALAN
oleh : Oesman Doblank
EMPAT PULUH SATU
Gara-gara
ada yang berani berkomen tar, Ariyani yang semula gugup, malu, tapi
pada akhirnya juga melepaskan tawa dan baru saja bi sa ngerem
tawanya, merasa tak punya beban untuk mengungkapkan perasaannya.
“
Boss..boleh saya bicara dari hati yang paling dalam?” Tanya isteri Sabar
Mendengar permintaan isteri Sabar, dengan santai Bondan menjawab
“ Waah,
sori mbak. Saya harus bilang terus terang, mbak tidak boleh atau
tidak saya izinkan bicara dari hati yang paling dalam. Sebab, pertama, saya belum
yakin, kalau mbak isterinya bang Sabar. Soalnya, isteri bang Sabar,
seperti yang diakuin bang Sabar ke saya, lebih cakep dari Jupe. Sedangkan mbak, biasa biasa saja kok, tidak secantik Jupe
Kedua,
kalau mau bicara dari hati yang paling dalam, minta izinnya jangan ke
saya, tapi, harus langsung ke bang Sabar. Kalau ke saya, malah
merepotkan negara. Pertama, kalau bang Sabar cemburu dan menggugat
mbak ke pengadilan agama, kan hakim di pengadilan agama jadi tambah
kerjaan.
Ketiga, kalau
akhirnya saya simpatik dan nantinya saya mau sama mbak, ntar bang
Sabar mbak tinggalin. Syukur kalau bang Sabar tidak frustrasi atau
senewen, Kalau frustrasi? Apa kata dunia, mbak ?”
Lagi-lagi,
yang lantas terdengar bukan tangisan Ariyani atau Sabar. Tapi suara
ngakak Semua yang ada di ruang nomor 313, juga ngakak. Mereka nggak
nyangka, jika di sore yang indah, ada yang sengaja bikin suasana jadi
begitu ceria. Mereka, bisa tertawa dengan lepas dan bebas.
Bondan sendiri tak mengerti mengapa jawabannya malah membuat seisi ruang tertawa.
Padahal,
Bondan sama sekali tidak bermaksud ingin ngelucu. Tapi karena
buktinya tertangkap sebagai sesuatu yang lucu, mereka serempak:
berhahahahahahahahahahahahah
Malah, ibu
yang dirawat di sebelah ranjang Ariyani, yang tadi berani
berkomentar, spontan nyubit suaminya. Maksudnya, bukan mau nyakitin.
Tapi, minta diantar ke kamar mandi. Dia rupanya tidak tahan lagi
menahan keinginan pipis yang mendadak menyerangnya. Suaminya yang
masih ngakak, memang nggak marah. Padahal, cubitan isterinya terasa
sakit. Tapi, ia tak protes
Entah karena pengaruh
suasana yang menggembirakan dan membuatnya lupa pada beban harus
bayar rumah sakit, entak karena merasa tak enak jika letupkan emosi
di depan orang lain
Tapi, ketika
isterinya nyubit ulang, ia langsung protes
“Mama
apa-apaan, sih. Lagi asyik ketawa, bukan tetap ngakak, malah nyubit.
Cubitan mama, tuh, sakit, tau?”
“Maafin
mama..soalnya..soalnya, mama nggak tahan. Mau pipis. Cepat, pa. Kan,
malu, kalau sampai mama pipis di ranjang “
“Pa..saya
juga minta tolong antar pa. Nggak tahan, nii, kepingin pipis ?”
permintaan pi pis, juga terdengar dari penghuni ranjang di
sebelahnya.
Bondan
nggak nyangka, jika gayanya , yang apa adanya, membuat dua ibu yang
baru melahirkan, berbarengan minta diantar suaminya ke tempat pipis.
Untung, keduanya berjenis kela min sama. Jika yang satu perempuan dan
satunya lagi lelaki, pasti repot. Nah, sejenis saja mereka ragu.
Tapi, karena kedua suaminya sepakat, me ngijinkan isteri
masing-masing untuk sekamar mandi berdua.
Bersambung .........
0 komentar:
Post a Comment