Wednesday, June 19, 2013

CERITA BERSAMBUNG (48)

MASIH ADA JALAN.
Oleh : Oesman Doblank


EMPAT PULUH DELAPAN



               Jadi, orang pintar yang sholeh dan shale hah itu, saat mereka jadi pemimpin, benar-benar hanya untuk membuktikan kecintaannya kepada Allah. Bukan di mulut doang. Tapi, juga di kela kuan dan perbuatan.  Dia tidak akan mau menca ri kesempatan dalam kesempitan buat korupsi. Sebab, meski punya kesempatan seluas-luasnya buat korupsi, hatinya sudah mengharamkan per buatan korupsi “
                “Wow, asyik juga tuh, boss, kalau para orangtua bisa mendidik anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Saya bisa apa nggak, ya ?”
                “Bisa itu karena biasa, bang Sabar. Sia papun, kalau memang niat dan tekadnya bukan cuma di mulut atau di hati nggak akan bisa. Tapi, bila niat dan tekad itu  dilaksanakan, dibuktikan, pasti bisa. Kalau cuma niat doang, sama saja bo hong. Sebab, niat itu rencana. Sekarang ini, semi sal abang niat mau ke Bandung, kalau nggak di laksanakan dan dibuktikan dengan cara pergi ke Bandung, sampai presiden ganti tujuh kali, abang nggak pernah ke Bandung. Iya, kan?”
                 “ Jadi, yang penting bukan cuma niat doang, dong, boss?”
                 “Bang…niat memang penting. Tapi, menjadi tidak penting dan bohong punya niat ba ik, jika tidak dilaksanakan. Terlebih tanpa alasan yang kuat dan rasional.
                Contoh lainnya, mudah dimengerti, kok. Misalnya, saat abang lapar. Kan, bang Sabar ingin makan dan lantas niat mau makan. Meski isteri di rumah sudah masak, sudah menyiapkan lauk pauk, lengkap sama sambel, dan peralatan makan. Tapi bang Sabar cuma duduk di kursi meja makan. Seharian cuma menatap sambil terus ngucapin niat, mau makan-mau makan Sampai sejuta kali pun, bang, kalau nggak ambil piring, nyendok nasi dan lauk pauk, lalu nyuap tuh makanan ke mulut, ngunyah dan nelan, yang terjadi, abang bukannya kenyang. Tapi, langsung pingsan.
                  Kenapa? Karena cuma niat mau ma kan, tapi bang Sabar nggak pernah melaksanakan makan. Semisal abang mau pipis. Terus niat mau ke kamar mandi, supaya bisa pipis. Tapi, abang tetap saja di warung janda. Akhirnya, abang pipis di kamar mandi apa di celana ?”
                   “ Pastinya, pipis di celana dan akhir nya, saya bukan di sayang tapi malah diketawain sama tuh janda, boss. Tapi, benar, juga yang boss bilang. Salah besar, kalau niat itu dianggap pen ting, jika tidak dilaksanakan terlebih tanpa alasan yang rasional,” kata Sabar, yang usai ngerok lantas mengurut-ngurut punggung Bondan.
                   “Tapi, kalau niat mau beramal, tapi kitanya nggak punya duit, pastinya, jadi susah melaksanakannya, boss ?”

                   “ Niat beramal, menurut saya, justeru paling gampang, bang. Sebab, beramal itu harus dilaksanakan kapan saja. Baik saat lapang mau pun ketika dalam sempit. Jadi, saat niat, begitu punya seribu rupiah, langsung laksanakan. Kalau nunggu sampai punya sejuta rupiah, begitu dapat sejuta rupiah, yang kemudian terpikir, sayang ba nget kalau dikasih orang lain. Jadi, aplikasinya bukan mau di amalkan, tapi malah dibawa pergi ke mall. Habis buat shoping. Niat jadi terlupa kan. Akhirnya, jadi orang kikir, kaya Qorun “



Bersambung....

0 komentar:

Post a Comment