Wednesday, June 5, 2013

CERITA BERSAMBUNG (37)

MASIH ADA JALAN
oleh: Oesman Doblank

TIGA PULUH TUJUH

(8)



GELAS kopi yang masih ada di meja, memang sudah kering. Hanya tersisa ampas Ta pi, Bondan masih belum mau beranjak. Dia ma sih ingin rilek di kantin. Menikmati suasana ru mah sakit yang saat jam bezuk, padat pengun jung. Bondan melepas senyum, saat Niken dan Julia menghampiri mejanya
“Terima kasih, yaa. Maaf lho, kalau saya menyusahkan “
“Nggak apa-apa, kok, pak. Cuma, pak Sa bar itu, orangnya, kok, aneh, ya, pak?” Niken ter paksa, ngomong apa adanya
“Ooh, yaa?”
“Iya, pak. Saat kita sampaikan bingki san dari bapak, mestinya, kan, langsung diterima Yang ada, pak Sabar, malah nangis sesenggukan. Dia nggak malu, nangis di depan umum. Kita dan semua orang yang ada di ruangan, yaa, cuma bisa tercengang, lho, pak. Soalnya, baru kali ini melihat peristiwa aneh tapi nyata,“ Julia me nambahkan.
“Benar-benar nggak lazim, pak. Di mana mana, orang yang dapat bingkisan itu, ekpresi nya, kan, senang. Gembira. Riang. Eeeh, pak Sa bar malah menangis sesenggukan. Aneh dan benar-benar membuat semua orang heran,” sam bung Niken
Bondan, bukan tidak kaget. Tapi, ia tetap tenang.
“Masak iya, sih, dia begitu ?”
“Yaaa, bapak,” sergah Niken. “ Waktu ki ta berdua pamit aja, dia masih nangis. Sekarang, mudah-mudahan saja sudah tidak nangis lagi “
“ Bukan apa-apa, pak. Karena menggang gu ketenangan pasien lainnya,terpaksa, kita lapor kan ke satpam”
“Hahahahaha, aneh, ya? Oh iya, sekarang begini saja. Bingkisannya, kan, sudah saya ba yar. Yang belum, kopi dan beberapa kue yang sa ya makan dari piring ini. Oooh, hampir saya lu pa. Tadi, saya minta tambah kopi. Kopinya jadi dua gelas.”
Niken berinisiatif, bergegas ke kasir, am bil bon. Julia, berinisiatif merapikan meja. Tak la ma, Niken sudah kembali, menyodorkan bon ke Bondan.
“Waduuuh, saya nggak punya dua ribu rupiah, nih? Pinjam dulu dua ribu, boleh, nggak, yaa?”
Niken dan Julia, tak mikir panjang. Mere ka malah rebutan mengeluarkan uang receh dua ribu rupiah. Membuat Bondan jadi simpatik.
“Cuma dua ribu, saya ada, pak “ kata Niken.
“Pakai yang punya saya saja, pak,” usul Julia, yang juga berharap Bondan memakai uang recehnya.
“Kalau begitu, saya pinjam dari mbak ini seribu, dari mbak ini, juga seribu. Oke ?”
Bondan mengambil selembar uang ribuan dari Julia, selembar lagi dari Niken. Ia menya tukan dualembar ribuan dengan selembar lima pu luh ribuan, dari saku kirinya. Bondan lalu, mero goh saku kanannya, dan mengambil dua lembar ratusan ribu rupiah.
“Nah..yang ini, tolong bayar buat kopi dan makanan yang saya sudah makan. Dan, yang ini, hadiah dari saya buat kalian. Sekarang, saya permisi karena mau segera ke lantai tiga. Terima kasih yaa, “
Bondan bergegas meninggalkan kantin. Ia ingin segera ketemu dengan isteri Sabar dan bayinya. Bondan tak memperhatikan, Julia dan Niken saling pandang, senang, girang, dan, ke duanya spontan sesenggukan
“Tadi, gue kesel, bingung ngeliat ulah pak Sabar, yang kita anterin bingkisan, bukan senang malah jejoakan. Sekarang, gue baru nya dar, kenapa pak Sabar nggak malu nangis di depan umum. Huhuhuhuhuhuu Tuh cowok baik banget, sih ? “



Bersambung......






























0 komentar:

Post a Comment