Sunday, June 23, 2013

CERITA BERSAMBUNG (53)

MASIH ADA JALAN
oleh :Oesman Doblank


LIMA PULUH TIGA

“Saya lebih suka dipanggil bu. Sebab, saya isteri pak Sadewa. Tapi, terserah Bondan mau memanggil saya dengan sebutan apa. Yang jelas, saya datang bukan sebatas ingin mengabarkan tentang berita duka. Tapi, juga ingin membiarakan banyak hal. Saya akan menjelaskan semua, jika memang diberi kesempatan untuk melakukannya “
Bondan menarik nafas. Memandang sesaat ke Sumirah. Tanpa bermaksud menikmati paras cantik Sumirah, yang meski tertutup rapat namun siapapun akan mengatakan kalau Sumirah cantik. Sebagai wanita, sangat wajahnya dibalut kerudung, me mang sangat menawan, untuk maksud yang tidak baik. Bondan sadar, wanita cantik di depan mata nya, meski masih terbilang muda dan penuh peso na, adalah isteri ayahnya.
“ Bagaimana kalau ibu duduk dulu,” kata Bondan, yang mulai nampak tenang dan kuat..
Bondan sudah tidak gugup lagi. Pipinya pun sudah kering dari air mata yang sempat mem basahi pipinya. Bondan sudah menyeka air mata duka. Dan, Bondan yang sudah melihat Sumirah, ibu tirinya, duduk di sofa sambil sesekali mena tap ke arah Bondan, kembali bersuara
“Saat ini, saya hanya ingin melakukan sa tu hal, pergi berkunjung ke makam ayah. Jika ibu bersedia mengantar, terima kasih. Tapi, jika ibu lelah atau tidak bersedia karena hal lain, tolong berikan alamat makam tempat ayah saya dikebu mikan, karena saya ingin secepatnya ke sana“
Sumirah sadar, ia tidak boleh kecewa karena Bondan yang ingin diajaknya membicarakan masalaj keluarga, malah minta alamat dan akan ziarah ke makam ayahnya. Berarti Sumirah harus bersa bar. Namun, Sumirah yang belum melihat peluang untuk menjelaskan permasalahan.tetap yakin, ia akan memperoleh kesempatan untuk menjelaskan permasalahan dan semua hal yang perlu dia ungkapkan agar Bondan mengerti dan memahami semuanya.
Selain agar Bondan tidak lagi berteka-teki, mengapa ayahnya menikah lagi dengan Sumirah dan seorang wanita lainnya yang sudah wafat beberapa hari silam bersama pak Sadewa, juga agar bisa menyelesaikan permasalahan yang harus siap dihadapi oleh keluarga pak Sadewa, pasca wafatnya beliau akibat kecelakaan lalu lintas
Banyak yang akan dijelaskan, tapi harus menanti dengan sabar, memang membuat Sumi rah harus menghadapinya dengan hati berdebar. Dikatakan demikian, karena kesempatan untuk menjelaskan, bisa saja malah tidak diperolehnya. Dan jika hal itu yang terjadi, Sumirah belum da pat menentukan apa yang harus dilakukan, agar tetap dapat peluang untuk menjelaskan.
Dan Sumirah yang mau tak mau harus memilih lebih baik bersabar, segera memberita nama, alamat pemakaman dan sekaligus letak makam pak Sadewa yang telah beristirahat deng an tenang di tempat peristirahatan terakhirnya
“Jika memang Bondan butuh teman, Ibu bersedia kok, mengantarkan, “ tambah Sumirah
“Tapi, hanya jika ibu tidak lelah. Jika ca pek, silahkan istirahat dan nanti kita bicara pan jang lebar “
“ Ibu memang perlu istirahat. Tapi, bukan berarti lelah,” jawab Sumirah
Ibu tiri Bondan, tak sekedar mem perlihat kan semangat menemani Bondan pergi ke pema kaman, tapi juga memperlihatkan sikapnya yang diwarnai keikhlasan. .


Bersambung...........


0 komentar:

Post a Comment