Wednesday, July 31, 2013

ADA CERITA (2)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


DUA



            “Saya tidak suka pernikahan saya diwarnai oleh pesta super meriah. Apa hebat dan apa manfaatnya bagi saya jika harus ikut-ikutan mensupport gaya hidup yang tak diperintahkan dan hanya mengandung kesan mubazir. Pokoknya, saya hanya ingin menikah dengan tata cara  yang sesuai dengan perintah agama.”
           Marwan yang tentu saja tidak setuju dengan rencana calon mertuanya, malah kelihatan tidak kikuk mengungkapkan ketidak-setujuannya. Malah, ia berani bicara lebih tegas lagi. 
           “Pokoknya, hanya ada pengantin, ada mahar, ada saksi ada wali dan ada akad nikah yang sakral. Selebihnya, doa dan makan bersama dengan kesederhanaan yang bersahaja. Jika lebih dari itu, lebih baik saya  tidak jadi menikah “
            Tentu saja, pak Karim, sang calon mertua tidak terima. Hanya, pak Karim masih bisa mengendalikan emosinya. Ia tidak menanggapi dengan sikap yang berlebihan.
            “Kamu jangan berfikir tidak logis. Perkawinan meriah itu, tak cuma hal biasa dan sama sekali tak terkait dengan mubazir, Marwan. Saat ini,  hampir setiap orang malah berpikir lebih baik menjadikan hal terpenting dan terindah dalam hidup anak-anaknya, sebagai momen tak terlupakan timbang harus diabaikan dan akhirnya hanya berlalu tanpa kesan.
            Untuk itu, para orangtua lebih rela menghabiskan uang puluhan atau ratusan juta daripada harus menghabiskan energi karena  terkuras untuk memikirkan bagaimana caranya mengantisipasi dan mengatasi gunjingan tetangga atau saudara, yang mengecilkan dan menganggap remeh, karena orangtua tak mampu memadukan momen perkawinan anaknya yang hanya sekali seumur hidup dengan sebuah pesta yang meriah “
            Pak Karim yang sudah merancang pesta meriah untuk perkawinan Mirna, putrinya yang akan dilamar Marwan, tentu saja kesal. Bagaimana mungkin tidak, jika Marwan, calon menantunya, malah memberi  ide yang bertolak belakang dengan  kemauan dan gagasan pribadi pak Karim, yang dianggapnya hebat.
             Terlebih, pak Karim sudah beberapa kali berkonsultasi dengan boss sebuah event organize yang juga dikenal sebagai pakar pesta pernikahan. Dan ia merasa puas, karena gagasannya tak hanya dianggap hebat. Tapi, sekaligus dianggap lebih brilian dan lebih maju puluhan langkah dibandingkan dengan ide orangtua lainnya, yang pernah jadi kliennya, dan mereka juga ingin memeriahkan pernikahan anak mereka dengan sebuah pesta yang kesannya harus wah dan selalu berpesan tak ingin secuilpun pestanya malah menimbulkan kesan weh..weh weh payah..
              Malah, boss event organizer yang mengaku sangat berpengalaman menangani acara pernikahan, menilai, baru kali ini ia bertemu dengan klien, yang menunjukkan rasa cinta dan perhatian sedemikian mendalam pada anaknya. Dia bilang. baru pak Karim yang mampu memberi gagasan yang menurut dia tak sekedar hebat. Tapi sekaligus lebih cemerlang dari berbagai hal yang oleh banyak orang dinilai sebagai sesuatu yang gemilang
            Biasanya, kata boss event organizer yang mengaku tulus dalam menilai, seluruh kliennya, datang hanya membawa kesanggupan membayar tapi tidak sanggup memberi ide. Malah, tidak sedikit, yang baru bisa mengaku mengerti setelah dijelaskan berkali-kali
            Coba, gimana pak Karim tidak kesal? Boss EO yang pengalaman dan berkharisma, serasa ikhlas memuji dirinya. Eeh, Marwan yang statusnye baru sebatas calon mantu, malah meremerhkan dan sama sekali tidak menghargai ide idenya.
              Calon mertua mana yang tidak kesal jika dibegitukan oleh calon mantunya? Busyet deh.



Bersambung…..

Sunday, July 28, 2013

ADA CERITA (1)

NYANYIAN HATI
oleh : Oesman Doblank

1



             MARWAN bukan tak suka, juga bukan tak ingin pernikahannya diwarnai dengan kemeriahan yang cuma membuahkan kesan mewah yang dibaluri oleh kemilau  citra dan pesona.   Pesta yang digelar secara besar-besaran, yang lengkap dengan berbagai atribut modern dan kesan  glamouritas. Marwan, bahkan  rindu dan sangat ingin menikmati suasana yang  tak sekedar berkesan gemerlap, tapi juga sarat dengan kemeriahan. Dimana ungkapan decak kagum, rasa salut dan rasa puas dari para undangan tak henti hentinya, membuat dirinya berada pada satu situasi dimana kegembiraan, kesenangan dan rasa bangga mendominasi dirinya  
           Semua itu, jika dilaksanakan jelas akan jadi kenangan terindah. 
           Kenangan  yang tak akan pernah  terlupakan sepanjang hayat hidupnya. Sepanjang usia pernikahannya dengan Mirna tak putus oleh masalah apapun, kecuali maut. Dan selain maut tak ada yang bisa memisahkan perkawinannya dengan Mirna. 
            Bahkan, sebagai manusia biasa, Marwan sangat ingin mengundang tak saja sebanyaknya saudara dari keluarganya dan juga seluruh saudara serta handai taulan dari keluarga  Mirna, calon isterinya. Jika perlu, saudara yang jauh di luar kota,yang  tak bisa datang karena alasan biaya, langsung diberikan tiket PP baik untuk bus atau pesawat udara. Mereka tinggal datang dan saat pulang disediakan berbagai oleh-oleh agar bisa berbagi dengan para tetangga di kampungnya.
               Marwan juga sangat ingin mengundang  sebanyaknya teman dekat, teman setengah dekat, tetangga dekat dan tetangga setengah dekat atau  siapa saja  yang dikenal atau baru saja dikenalnya.
            Ia yakin, tak saja resepsi pernikahannya yang beraroma kemeriahan dan nuansa mewah. Izab kabulnya pun, diwarnai kemeriahan yang  membuat tamu atau siapa pun tak punya alasan untuk tidak mengatakan hebat dan seiring dengan itu, mereka tak hanya berdecak kagum dan mengacungkan jempol. Tapi, sekaligus memperbincangkan ikhwal pesta pernikahan Marwan dan Mirna yang spektakular.        
            Hanya, jika itu yang terjadi, untuk apa?
            Untuk apa kehebatan yang menurut Marwan malah tak bermagma
       Bukankah yang terpenting dari sebuah pernikahan bukan pesta meriah dengan biaya yang wah. Ujungnya adalah akad nikah. Izab Kabul. Dan awalnya adalah kesepahaman sepasang manusia yang sudah beritikad berumah tangga. Setelah pihak pria melamar ke pihak wanita, dengan mempersembahkan mahar, menyiapkan saksi dan wali lalu memanggil tuan kadi atau penghulu untuk menikahkan sepasang manusia yang dengan dasar saling cinta ingin membangun mahligai rumah tangga.
            Soal pesta atau resepsi pernikahan yang berbalur kemeriahan dan dengan biaya mahal, kenapa harus dipikirkan? Bukankah hanya menghamburkan uang dan juga bukan merupakan kewajiban? Jika tak dilaksanakan sama sekali tak berdosa.
             Marwan malah tak setuju dengan keinginan calon mertuanya, yang sudah merancang akan menggelar pesta gede-gedean.









             Bersambung…….

Thursday, July 25, 2013

PEPATAH INDAH

oleh : Oesman Doblank


        MASIH ingat, kan, sama pepatah yang berbunyi GAJAH DI PELUPUK MATA NGGAK KELIHATAN SEMUT DI UJUNG LAUT NAMPAK.
         Alhamdulillah, kalau masih ingat. Sebab, sosok yang jadi sasaran pepatah ini, sangat jelas. Yaitu, sosok yang sehari hari bisa kita lihat dalam kisah TUKANG BUBUR NAIK HAJI. Di senetron serial yang diputar sejak sebelum Ramadhan silam, sampai Ramadhan datang maning, masih saja tayang. Meski barangkali membosankan karena tak ada habisnya, dapat dijadikan referensi untuk melihat seorang tokoh yang jadi sasaran pepatah Gajah Di Pelupuk Mata Nggak Kelihatan Semut Di Ujung Lautan Nampak.
         Yaa.. di negeri kita - atau malah di sekeliling kita, sosok seperti Muhidin yang dulu maunya dipanggil pak haji dua kali dan sekarang mesti manggil dia dengan pak Haji RW Muhidin, sangat banyak. Artinya, orang yang sangat suka melihat kesalahan orang lain tapi tak pernah melakukan intropeksi terhadap kesalahannya sendiri, kerap ada di sekitar kita.
         Boleh jadi ada di keluarga kita sendiri.
         Hanya, yang psati, selalu ada di sekitar lingkungan di mana kita tinggal atau dimana kita bekerja.
         Ulah manusia seperti haji Rw Muhidin, memang lebih pantas disebut sosok menyebalkan. Sosok yang tentu saja hanya bikin orang lain, kesal. Nah, nggak mungkin kita tidak kesal, kalau diperlakukan seperti emaknya Sulam, si tukang bubur yang jadi tokoh sentral tapi sudah sekian episode nggak pernah dinongolin dengan alasan, Sulam tengah berbisnis bubur di Timur Tengah.
         Haji RW Muhidin, sangat baik untuk dijadikan renungan oleh siapa saja yang tak kepengen jadi manusia yang mengingkari kesalahan. Sebab, sadar, bagaimana pun yang namanya manusia pasti pernah, suka atau sering melakukan kesalahan.
         Hanya, karena bukan sebagai sosok Muhidin, tentu saja setiap menyadari kesalahan segera minta maaf dengan ikhlas. Sebab, sebagaimana memberi maaf, meminta maaf kepada orang lain yang sudah merasa disakiti, sebenarnya sangat mudah. Tapi, jika hal itu terjadi pada sosok Muhidin, soal minta maaf seperti jadi sesuatu yang sulit. Jadi sesuatu yang malah dianggap meruntuhkan harga dirinya.
        Meski kita bilang "Hai Muhidin, anda seperti gajah yang tidak kelihatan dari dekat tapi di kejauhan semut yang begitu kecil sangat jelas nampak", dia tak akan peduli. Malah, berbalik ngotot dengan menuding orang yang mengatakan sebagai orang yang salah dalam mengapresiasi atau menyimpulkan
        Di mata Muhidin, pepatah gajah dan semut, tidak ada indah indahnya. Sebab, bagi dia, yang indah itu manakala bisa menyusahkan orang lain agar kesusahan orang lain menjadi hal yang menyenangkan bagi dirinya.
        Apa yang akan anda lakukan jika di sekliling kehidupan anda ada yang jelas jelas seperti Muhidin dan selalu berusaha membuat anda kesal, membuat anda malu, membuat anda jengkel?
        Mudah mudahan anda berkenan untuk selalu memberinya hadiah, entah berupa seikat kembang merah, atau yang lain. Tapi, bila anda malah "menghajarnya" dengan perlawanan agar dia mendapat pelajaran yang berharga, kayaknya itu hak anda deh.
       Cuma, marilah kita menjauh sifat sifat yang ada dalam diri Haji RW Muhidin, agar orang di sekitar tak menyebut pepatah gajah dan semut untuk diri kita. Juga jangan sampai kita diberi sebuah kado lain yang berbunyi AIR SUSU DI BALAS AIR TUBA.







    

Wednesday, July 24, 2013

PANTUN SABAR SAAT BERPUASA

oleh : Oesman Doblank


Nebang pohon. kan bisa pakai kaPAK
Gak ada kapak yaa bisa pakai gergaJI
Di saat puasa apa yang harus namPAK
Selain sikap sabar juga tetap mengaJI

Air panas kok malah dimasukin ke ranTANG
Baiknya kan tuang ke termos atau geLAS
Di saat puasa tentu banyak yang dipanTANG
Makanya diajak ibadah jangan bilang maLAS

Kenapa sih ibu minta dibelikan ketumBAR
Lhoo.. kan harus buat makanan tuk berbuKA
Saat puasa tentu saja harus tingkatkan saBAR
Kalau malah emosi, boleh jadi malah bisa celaKA

Celaka, bukan berarti ketabrak atau jaTUH
Tapi kuatir puasa cuma dapat haus dan dahaGA
Selain sabar, manusia mesti taat dan paTUH
Agar sampai kapanpun, iman tetap terjaGA 









Sunday, July 21, 2013

CERITAKU-CERITAMU (4)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

EMPAT

Komeng bersyukur karena supir taksi memahami perkataannya.
 “ Maaf pak, saya akan lebih hormat bila bapak
membiarkan saya tidur dan bersedia membangunkan saya di Satria Raya “
“ Oke dik. Saya jamin, adik akan selamat sampai tujuan “
Komeng melepas senyum. Setelah mengucapkan terima kasih, ia menyandarkan kepalanya. Begitu cepat Komeng terlelap. Supir taksi bergegas menghidupkan tape recorder. Komeng sama sekali tak terganggu, meski mendengar jelas alunan musik khas Sumatera.
*****
MATA Udin terbelalak. Ia seperti tak percaya dengan kenyataan yang nampak jelas di matanya..Meski begitu Udin yakin, ia kenal dengan sosok yang baru saja turun dari taksi yang berhenti di depan pos di mana ia sedang asyik menikmati segelas kopi.
Komeng tak menghiraukan lagi taksi yang bergegas meluncur untuk cari penumpang. Ia juga tak menghiraukan Udin yang masih saja tercengang, meski Komeng sudah duduk di sisinya.
“ Bisa-bisanya kau bikin saya kaget.
Memangnye hari ini kamu dapat rezeki nomplok ?”
Komeng tak begitu peduli. Ia malah merebahkan badan di balai pos.
“ Meng ! Kamu jangan malah tidur, dong !.
Tolong jelaskan, kenapa kamu sering nasehatin saya untuk tidak
foya-foya, tapi kamu sendiri malah baru turun dari taksi.
Ongkos naik taksi, kan, mahal, Meng. Kalo kamu ajak pemulung
makan bakso mas Gito, berapa pemulung yang siang ini
ngirit lantaran bisa makan gratis “
“ Boleh kujawab pertanyaanmu nanti sore  ?”
“ Saya bertanya sekarang, Meng.
Jawabannya, harus dijawab saat ini juga “
“ Kenapa kamu hobi memaksa orang, sih?”
“ Saya sama sekali tak memaksa. Tapi melihat sebuah fakta dan sangat ingin tahu mengapa ada fakta yang sama sekali tak pernah saya duga bisa terjadi dan ada. Malah, sangat nyata “
“ Oke…oke… ,” Komeng bangun dari rebahnya.
“ Tadi, usai mengajar, koordinatorku memberiku seratus ribu.Karena ia bilang untuk bekal naik taksi, yaa, kugunakan untuk naik taksi. Tapi masih ada kembaliannya, kok. Kamu mau ?”
“ Yaa, kalau begitu lebih baik maulah.
Sebab, uang itu, kan, asal-usulnya sangat jelas.
Dijamin halal dan tak ada ekses dikemudian hari “
Komeng merogoh saku jeansnya. Ia serahkan semua kembalian dari supir taksi. Menyerahkan ke Udin. Tapi, ketika Udin bergegas ingin mengambil, Komeng menarik tangannya.
“ Heiii, jangan tergesa-gesa begitu, friend..
Ingat, dari setiap rezeki yang kita peroleh
selalu tersimpan hak untuk orang miskin.
Kalau kau lupakan perintah Tuhan,
aku tak bersedia menanggung dosa kamu “
Baru Komeng menyerahkan uang di tangannya untuk Udin.
Tentu saja Udin begitu ikhlas menebar senyum.
“ Kalau saya tak segera mencari orang miskin, kamu pasti mengatakan, berbuat baik janganlah ditunda-tunda begitu, kan ?”
 Komeng tidak menyahut dengan kata kata. Tapi melepas senyum sembari memukul mukul bahu Udin.
“ Karena kebetulan aku lelah dan masih ngantuk, jangan  ganggu aku tidur, yaa? “ kata Komeng dengan penuh harap














Bersambung





Saturday, July 20, 2013

CERITAKU-CERITAMU (3)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

TIGA


Kebanyakan pengemudi – entah angkutan umum atau mobil pribadi,  lebih ingin mendahului timbang didahului. Semua sepertinya hanya ingin cepat sampai di tujuan, timbang lebih baik saling mengalah atau sedikit bersabar.
Agaknya, jalan raya sudah dianggap tak pantas untuk mengaplikasikan kesabaran. Padahal, kesabaran harus mengejawantah dimana dan kapan saja. Bukan malah dianggap tak pantas diterapkan di jalan raya
Sepertinya  keinginan membangun budaya tertib dalam berlalu lintas justeru  sudah semakin ter singkir dari hati masyarakat pengguna jalan. Entah bagaimana cara meluruskan jika yang nampak melekat dengan begitu kokoh di jiwa para pengemudi, hanya egoisme. Ingin selalu berada di depan dan lebih dahulu dari yang lain
Padahal, sikap dan kepribadian yang malah semakin  menonjol ini, tak hanya merugikan banyak orang. Tapi juga sangat merugikan setiap pribadi. Terlebih, kecelakaan bisa terjadi kapan , di mana dan bisa menimpa siapa saja. Dan jika ujung ujungnya jalan raya jadi pusat kemacetan lalu lintas, entah berapa banyak BBM terbuang sia sia.
Komeng hanya bisa tersenyum saat seorang pengemudi motor terjatuh, karena menghindari mikrolet di depannya yang berhenti mendadak. Ketika orang-orang berhamburan – entah mau menolong atau malah ingin mencari peluang meraih keuntungan, Komeng lebih ingin masuk ke sebuah taksi yang ngetem di tepi jalan dan meminta sang pengemudi untuk segera meluncur.
“ Kemana pak? “ pengemudi taksi yang baru saja melarikan mobilnya mencoba menjalin rasa akrab.
“ Grogol, pak “ Komeng menyahut seperlunya.
Bukan tak ingin berakrab-akrab. Tapi Komeng tahu diri kalau ia sudah lelah. Capek. Bukan lantaran ia tak dimengerti oleh Badrun dan hanya ia yang paham tentang Badrun. Tapi, sejak pagi, ia sudah meninggalkan rumah. Setelah melaksanakan tugas rutinnya, bermain dan membimbing anak-anak jalanan di kawasan Kebayoran Lama, Komeng ke Blok M. Meski hampir sejam ia berada di Gramedia, selama di  sana hanya numpang membaca. Tak berarti tidak punya niat membeli buku. Dia hanya mampu membaca karena memang sedang bokek.
Uang di dompetnya  hanya cukup untuk ongkos. Kalaupun ia bersedia memenuhi ajakan Badrun yang ingin mendiskusikan soal PNS di sebuah tempat bergengsi, karena Badrun yang janji mentraktir. Jika tidak, ia pasti tidak naik taksi. Tapi, naik bus.
“ Saya prihatin, lho dik, dengan nasib pengendara motor
yang terjatuh karena ulah sopir mikrolet “
Sebenarnya, Komeng sudah ingin menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata. Tapi, saat melirik ia jelas melihat sopir taksi memperhatikan dari kaca spion dan sangat ingin berdialog, Komeng terpaksa menimpali.
“ Oh yaa ?”
“ Memangnya adik sama sekali tak prihatin ?”
“ Kalau bicara soal prihatin, keprihatinan saya jauh lebih dahsyat, pak ?”
“ Maksud adik ?” Sopir taksi menekan pedal gas lebih dalam.
“ Yaa, saya baru tidak prihatin jika para pengemudi kendaraan memilih berhati hati.Tidak ngebut seenaknya, dan selalu memikirkan keselamatan dirinya dan keselamatan orang lain “
Sopir taksi bukan tidak tersinggung. Tapi, tampaknya ia memilih berusaha menjinakkan ketersinggungannya. Dan, ia berhasil. Sebab, yang kemudian dilakukan olehnya terasa sangat melegakan Komeng. Terlebih, sang supir yang jelas berasal dari Sumatera, terlihat jelas dari tanda pengenalnya, lalu menurunkan laju kendaraannya.








Bersambung……

Friday, July 19, 2013

CERITAKU-CERITAMU (2)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

DUA



            Mestinya, kalau menurut Badrun, rekannya, Komeng, terpikat untuk melakukan hal yang sama. Melakukan yang jutaan orang lain juga melakukan karena kenyataan menjelaskan kalau nyaris di semua instansi, tumbuh dan berkembang budaya menyusup dari jalan belakang. Budaya yang membuat mudah siapapun diterima menjadi PNS jika bersedia menyediakan dana sekian puluh juta sebagai konpensasi untuk menikmati kemudahan yang seperti sengaja disiapkan bagi siapa saja yang ingin menjadi PNS dengan cara yang diberlakukan tapi tanpa aturan tertulis
            Nyatanya ? Komeng malah menolak. Dia sama sekali tak tertarik untuk  memanfaatkan peluang yang ditawarkan. Dan peluang itu pasti mudah diraih dan mereka tak akan tertipu, karena seorang paman Badrun punya kedudukan yang strategis.
            Hanya, percuma Badrun memaksa, karena ia tahu persis siapa Komeng. Dan, kalau pun ia mencoba membujuk agar mengikuti jejaknya, Badrun jadi sangat maklum Komeng menyatakan tak berminat
            “ Yaa, apa boleh buat jika kau malah bersikeras menolak. Tapi, kau jangan tersinggung jika aku menga takan kau tidak akan lulus “
            Komeng malah menanggapi peringatan Badrun dengan senyum. Malah lagi, tertawa terkekeh kekeh. Sepertinya, yang dikatakan oleh Badrun adalah hal lucu. Padahal, Badrun yang tak pernah melawak, paling menolak jika diajak ke panggung untuk melucu
Terlebih Badrun tak saja menjelaskan dengan serius. Tapi juga sangat yakin, siapa pun tak akan bisa lulus dan tak mungkin diterima jadi PNS, bila cara menempuhnya justeru dengan cara berbeda. Pasalnya, kenyataan semakin menjelaskan, mereka yang mela wan arus dan tetap bertahan di jalan lurus, dijamin pas ti hanya bakal tergerus. Sebab, yang dijami lulus hanya  khusus untuk mereka yang siap, berani dan rela menyuap.
“ Aku tetap menghargai prinsipmu, Meng.
Sekarang, ijinkan aku pamit “
Tapi, Badrun yang sudah berdiri dan siap meni nggalkan Komeng, tak bisa bergegas melangkah kare na Komeng meraih tangannya.
“ Kau tidak tersinggung jika aku mengatakan satu hal? “
Badrun tidak menyahut. Tapi gelengan kepala nya, sangat dimengerti Komeng.
“Aku hanya ingin mengingatkan. Yang menyo gok dan yang disogok, sama-sama menjadi penghuni neraka “
Badrun sempat kaget. Tapi, ia lebih ingin mene pis tangan sahabatnya. Komeng tak berusaha memper tahankan posisi tangannya. .
“ Kupikir kau mau bilang siap bergabung.
Tapi kau memang lebih pantas jadi ustadz, friend. Aku pamit “
Badrun segera beranjak. Komeng tak merasa di tinggalkan. Ia menyeruput sisa kopinya. Menghela na fas. Menatap jalan raya, yang semakin padat dengan berbagai jenis kendaraan. Komeng jelas melihat, masi ng-masing pengemudi lebih menonjolkan kepribadian mereka yang hanya dipenuhi oleh egoisme pribadi









Bersambung….