NYANYIAN HATI
oleh : Oesman Doblank
1
MARWAN
bukan tak suka, juga bukan tak ingin pernikahannya diwarnai dengan
kemeriahan yang cuma membuahkan kesan mewah yang dibaluri oleh kemilau citra dan pesona. Pesta yang digelar secara besar-besaran,
yang lengkap dengan berbagai atribut modern dan kesan glamouritas. Marwan, bahkan rindu dan sangat ingin menikmati suasana
yang tak sekedar berkesan gemerlap, tapi
juga sarat dengan kemeriahan. Dimana ungkapan decak kagum, rasa salut dan rasa
puas dari para undangan tak henti hentinya, membuat dirinya berada pada satu situasi
dimana kegembiraan, kesenangan dan rasa bangga mendominasi dirinya
Semua
itu, jika dilaksanakan jelas akan jadi kenangan terindah.
Kenangan yang tak akan pernah terlupakan sepanjang hayat hidupnya.
Sepanjang usia pernikahannya dengan Mirna tak putus oleh masalah apapun,
kecuali maut. Dan selain maut tak ada yang bisa memisahkan perkawinannya dengan Mirna.
Bahkan, sebagai manusia biasa, Marwan sangat ingin mengundang tak saja
sebanyaknya saudara dari keluarganya dan juga seluruh saudara serta handai
taulan dari keluarga Mirna, calon
isterinya. Jika perlu, saudara yang jauh di luar kota,yang tak bisa datang karena alasan biaya, langsung
diberikan tiket PP baik untuk bus atau pesawat udara. Mereka tinggal datang dan
saat pulang disediakan berbagai oleh-oleh agar bisa berbagi dengan para
tetangga di kampungnya.
Marwan juga sangat ingin mengundang
sebanyaknya teman dekat, teman setengah dekat, tetangga dekat dan
tetangga setengah dekat atau siapa saja yang dikenal atau baru saja dikenalnya.
Ia
yakin, tak saja resepsi pernikahannya yang beraroma kemeriahan dan nuansa
mewah. Izab kabulnya pun, diwarnai kemeriahan yang membuat tamu atau siapa pun tak punya alasan
untuk tidak mengatakan hebat dan seiring dengan itu, mereka tak hanya berdecak
kagum dan mengacungkan jempol. Tapi, sekaligus memperbincangkan ikhwal pesta
pernikahan Marwan dan Mirna yang spektakular.
Hanya,
jika itu yang terjadi, untuk apa?
Untuk
apa kehebatan yang menurut Marwan malah tak bermagma
Bukankah yang terpenting dari sebuah pernikahan bukan pesta meriah
dengan biaya yang wah. Ujungnya adalah akad nikah. Izab Kabul. Dan awalnya
adalah kesepahaman sepasang manusia yang sudah beritikad berumah tangga.
Setelah pihak pria melamar ke pihak wanita, dengan mempersembahkan mahar,
menyiapkan saksi dan wali lalu memanggil tuan kadi atau penghulu untuk
menikahkan sepasang manusia yang dengan dasar saling cinta ingin membangun
mahligai rumah tangga.
Soal pesta atau resepsi pernikahan yang berbalur kemeriahan dan dengan
biaya mahal, kenapa harus dipikirkan? Bukankah hanya menghamburkan uang dan
juga bukan merupakan kewajiban? Jika tak dilaksanakan sama sekali tak berdosa.
Marwan
malah tak setuju dengan keinginan calon mertuanya, yang sudah merancang akan
menggelar pesta gede-gedean.
Bersambung…….
0 komentar:
Post a Comment