Wednesday, July 17, 2013

NGGAK MAU IKUTAN LEBARAN

oleh : Oesman Doblank


           Kayaknye, lebaran udeh makinan deket, deh. Pusat perbelanjaan, bukan mulai rame. Tapi udeh mulai makin rame. Makin banyak yang berdatengan makin banyak juga nyang ditawarkan. Soalnya, selain datang ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Lebaran, juga banyak yang datang khusus untuk berbuka puasa. Cuma, jangan harap ada yang datang ke sana khusus untuk buka baju dan plorotin celana. Kalau hal itu dilakukan di muka umum dan bukan di toilet, petugas keamanan pasti ditangkap, eh, menangkap alias mengamankan. Setelah diinterogasi sejenak, langsung di eksport ke Rumah Sakit Jiwa.
          Cuma, tak seorang pun satpam di pusat perbelanjaan yang berani membawa HARGA ke rumah sakit jiwa, baik ke RSJ yang terdekat - Grogol, maupun yang tidak dekat tapi hanya cukup jauh - Bogor. Padahal, jauh jauh hari, HARGA sudah mengumumkan dengan blak blakan kalau dirinya hanya memeriahkan, mengeruk sebanyak banyaknya keuntungan, membangun fenomena tapi sangat tidak menikmati ikut apalagi memeriahkan dan menikmati lebaran
          "Kenapa lo gak mau ikut Lebaran?" Tanya si MAHAL hal yang belum tahu apakah dia benar bertanya seperti itu sedangkan dirinya belum memutuskan ikut atau tidak menikmati lebaran
          Setelah memperhatikan seorang ibu yang kayaknya sedih karena duitnya nggak cukup untuk membeli barang yang diinginkan, HARGA menjawab dengan enteng        
          "Lhoo... aku kan nggak pernah puasa. Yang kutahu, orang yang tak pernah mau puasa di bulan Ramadhan, tidak termasuk orang beriman. Nah, namaku HARGA, tercatat di pasar pasar di seluruh dunia, bukan sebagai mahluk yang beriman. Tapi, sebagai mahluk yang oleh para produsen, pemilik modal dan pedagang dijadikan alat untuk mengeruk keuntungan sepuas puasnya dan setinggi tingginya, justeru dengan dalih BBM kan Naik, Kan bulan Puasa, Kan Lebaran, Kan Natal dan Tahun Baru, kan Panen begini dan bnegitu.
          Jadi, jangan sedih yaa kalau aku tak ikutan lebaran," pinta harga kepada si MAHAL yang langsung menyahut, sampai mati tak akan mau bersedih, karena bersedih hanya untuk para mahluk yang memiliki kepekaan sosial.
          " Kalau aku, jangankan memiliki kepekaan sosial, kepekaan untuk menjadi murah saja, tidak ada tuh. Jadi, buat apa aku harus bersedih hanya lantaran kamu tidak ikutan lebaran. Jadi, kamu nggak usah geer lah," kata si MAHAL
         "Aku bukan geer," kilah si HARGA.
         " Sebab, bagaimana bisa geer kalau sampai di penghujung malam takbir, aku tetap bekerja keras. Semua pedagang memanfaatkan diriku untuk menjadikan lebaran sebagai momen membangun keserakahan dalam mengeruk keuntungan. Tapi, pas Lebaran aku tak mau ikut ikutan. Kayaknya, aku akan istirahan total, deh. Biarlah mereka yang berpuasa dengan ikhlas dan menang melawan hawa nafsu saja, yang menikmati Lebaran dengan jiwa bersih dan kepekaan sosial yang makin meninggi"
         "Aku mau lhoo, seperti itu. Cuma, aku yakin nggak bisa. Sebab, aku dilahirkan untuk sombong. Malah, kadang untuk membuat orang miskin jadi sedih, karena gak jadi beli bawang, cabe dan lain lain, karena aku selalu ikut campur. Jadi, aku selalu digunakan oleh para tengkulak untuk meningkatkan gengsi setiap komoditas. Sedangkan si MURAH, adik kembarku, malah disekap di ruang tertutup agar tidak bilang sebenarnya semua barang bisa dibeli dengan harga MURAH. Hanya, nafsu mengeruk untung sebesar besarnya membuat manusia - sadar atau tidak sadar, jadi serakah"
        " Yaa, aku sangat paham dengan apa yang kamu katakan. Sebab, aku yang dijadikan patokan, dan kamu yang dijadikan nilai tukar. Makanya, aku berharap kau pun tidak usah ikut lebaran. AKu yakin, jika kau tak ikutan, di hari raya si MURAH bisa berhari raya sampai ke dusun dusun di berbagai perkampungan, agar mereka yang tak berduit bisa berhari Raya tanpa merasa malu karena uangnya tak cukup untuk membeli sesuatu," ungkap HARGA
       MAHAL hanya tersenyum. Karena ia sepakat untuk tidak ikutan lebaran, dia mengajak HARGA datang ke berbagai gudang. 
        " Kau lihat sendiri, kan? Semua ada dan selalu ada. Tapi, para pendulang keuntungan kerap bilang barang tak ada, langka atau panen begini dan begitu. Nyatanya? " Kata si MAHAL
        " Yaa.. makanya aku merasa makin tak pantas ikutan lebaran. Sebab, aku tak pernah puasa dan tidak dikategorikan sebagai mahluk yang beriman," ujar HARGA sambil mencolek si MAHAL dan mereka menatap seorang boss yang kepusingan menghitung tumpukan uang di depan matanya yang tinggi menjulang
        "Menurutmu," kata HARGA " Apa yang saat ini sedang kita saksikan?" 
        Harga tersenyum. Baru menjawab
        "Kita sedang menyaksikan manusia yang diperbudak hawa nafsu sedang mengumpulkan keserakahan yang membuatnya tak sadar, suatu saat pasti mati dan dia tak bawa bekal apapun ke alam kubur, karena di dunia hanya semangat menumpuk harta tapi malas membangun kebaikan dan bersedekah"
        MAHAL menepuk nepuk pundak HARGA sambil mengurai senyumnya








0 komentar:

Post a Comment