Thursday, July 4, 2013

CERITA BERSAMBUNG (60)

MASIH ADA JALAN
Oleh: Oesman Doblank

ENAM PULUH


          Saat itu, Sumirah merasa lebih baik dengan tulus mengijinkan.  Bukan karena ia menyadari, tapi karena ketika itu, pernikahannya pun, nyaris sama. Malah boleh dibilang serupa.  Artinya, saat menikahinya status pak Sadewa juga bukan lajang dan bukan duda. Beliau sudah beristeri dengan satu orang anak.
         Hanya, saat menikahinya Pak Sadewa  melakukannya tanpa sepengetahuan isteri pertamanya. Bukan karena ia  tak ingin jujur atau sengaja tidak mau jujur. Tapi, kejujuran dalam bentuk apapun yang dipersembahkan kepada ibu kandung Bondan yang menjadi isteri pertamanya,  tak akan diapresiasi dengan pertimbangan yang bijak. Malah, kata Pak Sadewa, tak mungkin ia diijinkan menikah dengan wanita lain.
        Pak Sadewa yakin, isteri pertamanya yang tidak pernah menghargai, jauh dari menghormati suami, dan dinilai terlalu neko neko dalam me ngayuh biduk kehidupan rumah tangga bersama pak Sadewa yang ketika itu ekonominya mulai membaik, memilih tidak mengizinkan dan ia siap melakukan apa saja, asal pak Sadewa tidak meni kah dengan  wanita lain, .          
       Sedangkan yang paling mengesankan, dan hal ini yang tak akan mungkin bisa dilupakan oleh Sumirah, keleluasaan dan kemudahan mene rima dirinya dan juga adik tirinya. Bondan sama sekali tak melihat sosoknya yang patut dibenci. Juga tak menempatkan kedua adiknya sebagai sosok, yang mengganggu kehidupannya. Paling tidak, mengganggu kemutlakan Bondan dalam menikmati harta warisan.
       Dan, sama sekali Sumirah tidak mengira, ji ka rumah yang kini masih jadi tempat tinggal ia dan anaknya – meski suaminya belum lama wafat,  yang menjadi hak mutlak Bondan karena namanyalah yang tercantum sebagai pemilik di akte, tanpa pikir panjang atau berpikir rumit, diberikan kepada Andhika.
       Duh… tak percuma, Sumirah melaksanakan amanah suaminya, yang dengan sangat mewanti-wanti padanya, saat pak Sadewa menyerahkan surat wasiat dalam sebuah amplop coklat. Kala itu, ia malah diperkenankan untuk mengetahui isi surat wasiat yang dibuat suaminya. Tapi, Sumi rah malah baru membuka amplop dan membaca surat wasiat yang dititipkan padanya.
       Sumirah sama sekali tak kecewa, meski su rat wasiat yang dibuat suaminya sebelum beliau wafat, malah tak menyebut ia dan anaknya sedi kitpun. Artinya, hanya Bondan yang mendapat kan hak atas harta pak Sadewa. Memang, bersa maan dengan itu, pak Sadewa juga mewasiatkan pada Bondan, yang harus memikirkan nasibnya dan juga kedua anaknya.
       Duuh, tak sia-sia, Sumirah melenyapkan bisi kan-bisikan nakal dan sekaligus keji, yang kala itu sangat mengganggunya. Bisikan yang menga jak Sumirah untuk menyelewengkan amanah agar peninggalan almarhum suaminya dapat ia kuasai sendiri. Hasilnya, ternyata adalah kegem biraan dan kebahagiaan tak terhingga, seperti yang ia rasakan saat ini.

Bersambung………







0 komentar:

Post a Comment