Sunday, July 21, 2013

CERITAKU-CERITAMU (4)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

EMPAT

Komeng bersyukur karena supir taksi memahami perkataannya.
 “ Maaf pak, saya akan lebih hormat bila bapak
membiarkan saya tidur dan bersedia membangunkan saya di Satria Raya “
“ Oke dik. Saya jamin, adik akan selamat sampai tujuan “
Komeng melepas senyum. Setelah mengucapkan terima kasih, ia menyandarkan kepalanya. Begitu cepat Komeng terlelap. Supir taksi bergegas menghidupkan tape recorder. Komeng sama sekali tak terganggu, meski mendengar jelas alunan musik khas Sumatera.
*****
MATA Udin terbelalak. Ia seperti tak percaya dengan kenyataan yang nampak jelas di matanya..Meski begitu Udin yakin, ia kenal dengan sosok yang baru saja turun dari taksi yang berhenti di depan pos di mana ia sedang asyik menikmati segelas kopi.
Komeng tak menghiraukan lagi taksi yang bergegas meluncur untuk cari penumpang. Ia juga tak menghiraukan Udin yang masih saja tercengang, meski Komeng sudah duduk di sisinya.
“ Bisa-bisanya kau bikin saya kaget.
Memangnye hari ini kamu dapat rezeki nomplok ?”
Komeng tak begitu peduli. Ia malah merebahkan badan di balai pos.
“ Meng ! Kamu jangan malah tidur, dong !.
Tolong jelaskan, kenapa kamu sering nasehatin saya untuk tidak
foya-foya, tapi kamu sendiri malah baru turun dari taksi.
Ongkos naik taksi, kan, mahal, Meng. Kalo kamu ajak pemulung
makan bakso mas Gito, berapa pemulung yang siang ini
ngirit lantaran bisa makan gratis “
“ Boleh kujawab pertanyaanmu nanti sore  ?”
“ Saya bertanya sekarang, Meng.
Jawabannya, harus dijawab saat ini juga “
“ Kenapa kamu hobi memaksa orang, sih?”
“ Saya sama sekali tak memaksa. Tapi melihat sebuah fakta dan sangat ingin tahu mengapa ada fakta yang sama sekali tak pernah saya duga bisa terjadi dan ada. Malah, sangat nyata “
“ Oke…oke… ,” Komeng bangun dari rebahnya.
“ Tadi, usai mengajar, koordinatorku memberiku seratus ribu.Karena ia bilang untuk bekal naik taksi, yaa, kugunakan untuk naik taksi. Tapi masih ada kembaliannya, kok. Kamu mau ?”
“ Yaa, kalau begitu lebih baik maulah.
Sebab, uang itu, kan, asal-usulnya sangat jelas.
Dijamin halal dan tak ada ekses dikemudian hari “
Komeng merogoh saku jeansnya. Ia serahkan semua kembalian dari supir taksi. Menyerahkan ke Udin. Tapi, ketika Udin bergegas ingin mengambil, Komeng menarik tangannya.
“ Heiii, jangan tergesa-gesa begitu, friend..
Ingat, dari setiap rezeki yang kita peroleh
selalu tersimpan hak untuk orang miskin.
Kalau kau lupakan perintah Tuhan,
aku tak bersedia menanggung dosa kamu “
Baru Komeng menyerahkan uang di tangannya untuk Udin.
Tentu saja Udin begitu ikhlas menebar senyum.
“ Kalau saya tak segera mencari orang miskin, kamu pasti mengatakan, berbuat baik janganlah ditunda-tunda begitu, kan ?”
 Komeng tidak menyahut dengan kata kata. Tapi melepas senyum sembari memukul mukul bahu Udin.
“ Karena kebetulan aku lelah dan masih ngantuk, jangan  ganggu aku tidur, yaa? “ kata Komeng dengan penuh harap














Bersambung





0 komentar:

Post a Comment