JALAN MASIH
PANJANG
Oleh : Oesman
Doblank
EMPAT
Komeng bersyukur
karena supir taksi memahami perkataannya.
“ Maaf pak, saya akan lebih hormat bila bapak
membiarkan saya
tidur dan bersedia membangunkan saya di Satria Raya “
“ Oke dik. Saya
jamin, adik akan selamat sampai tujuan “
Komeng melepas
senyum. Setelah mengucapkan terima kasih, ia menyandarkan kepalanya. Begitu
cepat Komeng terlelap. Supir taksi bergegas menghidupkan tape recorder. Komeng
sama sekali tak terganggu, meski mendengar jelas alunan musik khas Sumatera.
*****
MATA Udin
terbelalak. Ia seperti tak percaya dengan kenyataan yang nampak jelas di
matanya..Meski begitu Udin yakin, ia kenal dengan sosok yang baru saja turun
dari taksi yang berhenti di depan pos di mana ia sedang asyik menikmati segelas
kopi.
Komeng tak
menghiraukan lagi taksi yang bergegas meluncur untuk cari penumpang. Ia juga
tak menghiraukan Udin yang masih saja tercengang, meski Komeng sudah duduk di
sisinya.
“ Bisa-bisanya
kau bikin saya kaget.
Memangnye hari
ini kamu dapat rezeki nomplok ?”
Komeng tak
begitu peduli. Ia malah merebahkan badan di balai pos.
“ Meng ! Kamu
jangan malah tidur, dong !.
Tolong jelaskan,
kenapa kamu sering nasehatin saya untuk tidak
foya-foya, tapi
kamu sendiri malah baru turun dari taksi.
Ongkos naik
taksi, kan ,
mahal, Meng. Kalo kamu ajak pemulung
makan bakso mas
Gito, berapa pemulung yang siang ini
ngirit lantaran
bisa makan gratis “
“ Boleh kujawab
pertanyaanmu nanti sore ?”
“ Saya bertanya
sekarang, Meng.
Jawabannya,
harus dijawab saat ini juga “
“ Kenapa kamu
hobi memaksa orang, sih?”
“ Saya sama
sekali tak memaksa. Tapi melihat sebuah fakta dan sangat ingin tahu mengapa ada
fakta yang sama sekali tak pernah saya duga bisa terjadi dan ada. Malah, sangat
nyata “
“ Oke…oke… ,”
Komeng bangun dari rebahnya.
“ Tadi, usai
mengajar, koordinatorku memberiku seratus ribu.Karena ia bilang untuk bekal
naik taksi, yaa, kugunakan untuk naik taksi. Tapi masih ada kembaliannya, kok.
Kamu mau ?”
“ Yaa, kalau
begitu lebih baik maulah.
Sebab, uang itu,
kan ,
asal-usulnya sangat jelas.
Dijamin halal
dan tak ada ekses dikemudian hari “
Komeng merogoh
saku jeansnya. Ia serahkan semua kembalian dari supir taksi. Menyerahkan ke
Udin. Tapi, ketika Udin bergegas ingin mengambil, Komeng menarik tangannya.
“ Heiii, jangan
tergesa-gesa begitu, friend..
Ingat, dari
setiap rezeki yang kita peroleh
selalu tersimpan
hak untuk orang miskin.
Kalau kau
lupakan perintah Tuhan,
aku tak bersedia
menanggung dosa kamu “
Baru Komeng menyerahkan
uang di tangannya untuk Udin.
Tentu saja Udin
begitu ikhlas menebar senyum.
“ Kalau saya tak
segera mencari orang miskin, kamu pasti mengatakan, berbuat baik janganlah
ditunda-tunda begitu, kan ?”
Komeng tidak menyahut dengan kata kata. Tapi melepas
senyum sembari memukul mukul bahu Udin.
“ Karena
kebetulan aku lelah dan masih ngantuk, jangan ganggu aku tidur, yaa? “ kata Komeng dengan penuh harap
Bersambung
0 komentar:
Post a Comment