Tuesday, July 2, 2013

CERITA BERSAMBUNG (58)


MASIH ADA JALAN
oleh : Oesman Doblank

LIMA PULUH DELAPAN


Hanya, Bondan merasa punya hak untuk tidak memperhatikan secara mendalam. Artinya, Bondan tidak akan memenuhi berbagai kebutu han – terlebih kemauan ibu tirinya, karena jika ibu tirinya memilih untuk menikah dengan lelaki lain, suaminyalah yang paling berhak bertang gung jawab, mulai dari memberi nafkah sampai ke berbagai kebutuhan lainnya
Jika sebaliknya, tentu saja yang akan dila kukan Bondan harus ia konkritkan. Bondan ikh las, rumah atas namanya – di balik nama dan diganti atas nama adik tirinya, sebagai pemilik. Lalu, rumah yang kini masih ditempati oleh ibu tiri dan dua adik tirinya, ia serahkan ke Sumirah, agar ibu tiri dan kedua adik tirinya merasa lebih nyaman tinggal di rumah itu.
Lalu, Bondan akan meminta agar ibu tiri nya yang dulu sekretaris pribadi ayahnya, kemba li ke perusahaan. Selain ia angkat dan tugaskan sebagai Direktur Utama, juga diberi kepercayaan penuh, mengelola perusahaan yang diwariskan oleh ayahnya, tanpa meninggalkan kewajiban membuat laporan lisan dan tertulis secara berkala dan priodik.
Bondan sendiri, tak kepincut untuk langsung mengambil alih PT Juwita Permai, yang ternyata berhasil membangun bisnis kelapa sawit, ekspor impor hasil bumi dan pemba ngunan perumahan. Bondan yakin, ibu tirinya yang mantan sekretaris di perusahaan dan masih secara intensif mengikuti perkembangan perusa haan, mampu melaksanakan tugas dan memang gul beban amanah yang diberikan kepadanya
Dan dengan jabatannya, ibu tirinya tak sebatas berpeluang dan bisa membangun, me ngembangkan dan membuatnya lebih maju lagi. Tapi, sekaligus bisa mengontrol dan menjadikan nya sebagai asset yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup.
Hanya, Bondan tak menyangka jika Su mirah malah menolak diangkat jadi Dirut, kecu ali Bondan memecat salah seorang Direktur yang menurut Sumirah, lebih layak diberhentikan tim bang dipertahankan. Tapi Sumirah tak mengung kap mengapa orang tersebut harus diberhentikan dan kenapa Sumirah malah tidak mau terima jabatan, bila orang yang dimaksud tetap dibiar kan bekerja dan tetap ikut berperan mengembang kan perusahaan yang tak lain milik mereka juga
“Saya bukan tidak ingin mengungkap me ngapa dia harus diberhentikan. Hanya, saya tak akan sanggup melaksanakan tugas sebagai Direk tur Utama, jika yang bersangkutan masih tetap dipertahankan “
“Tapi memberhentikan seseorang, terlebih dia salah seorang direktur, harus ada dasar dan alasan yang kuat. Belum lagi, kita pun harus memikirkan dampaknya. Belum lagi dampak yang berkaitan langsung dengan nasib anak dan isterinya “
“Itu sebabnya saya menolak diangkat jadi Dirut. Jika saya menerima tanpa catatan, berarti saya tak memikirkan nasib isteri dan anak-anak nya “
Bondan tercenung. Tapi, sama sekali tidak bingung. Bondan justru berkesempatan mere nung dan ia yang akhirnya kepingin tahu, punya alasan yang kuat untuk mengungkap sejelas-je lasnya, mengapa Sumirah, bisa lebih rela tidak mendapatkan status dan atau jabatan sebagai Di rektur Utama, daripada ia harus selalu bertemu dan selalu bersama, seatap dengan orang itu di pe rusahaan.
“Ibu tidak keberatan jika sebelum me ngambil keputusan, saya mencari tahu terlebih dahulu semua hal yang perlu saya ketahui agar saya punya alasan kuat untuk memberhentikan seseorang dari perusahaan kita ?”
“Kalau menurutmu yang terbaik adalah melakukan hal yang ingin kamu ketahui, ibu kira kamu harus sesegera mungkin melakukannya. Ji ka tidak, dipaksapun dan dengan argumentasi seperti apapun, ibu memilih lebih baik melamar kerja di perusahaan lain “
“ Saya hanya berharap, tidak menemukan indikasi adanya permusuhan antara ibu dengan dia, atau hal lain yang bersifat pribadi. Bukan sa ya tak suka. Hanya, sulit bagi saya melakukan tindakan tegas, jika unsurnya tidak rasional”
“Ibu suka dengan cara berfikir dan prinsip kamu. Kenapa? Karena sifat ayah kamu juga be gitu. Hanya, almarhum tidak bisa mengambil ke putusan dengan cepat. Jadi, belum memecat su dah lebih dahulu wafat “
“Jadi, ayah juga tahu persoalan orang ini?”
“Bukan sekedar tahu. Bahkan, banyak yang beliau ketahui. Cuma, berpikir saat akan me ngambil keputusan, terlalu lama. Terlalu dalam menimbang “



Bersambung........


0 komentar:

Post a Comment