Friday, July 19, 2013

CERITAKU-CERITAMU (2)

JALAN MASIH PANJANG
Oleh : Oesman Doblank

DUA



            Mestinya, kalau menurut Badrun, rekannya, Komeng, terpikat untuk melakukan hal yang sama. Melakukan yang jutaan orang lain juga melakukan karena kenyataan menjelaskan kalau nyaris di semua instansi, tumbuh dan berkembang budaya menyusup dari jalan belakang. Budaya yang membuat mudah siapapun diterima menjadi PNS jika bersedia menyediakan dana sekian puluh juta sebagai konpensasi untuk menikmati kemudahan yang seperti sengaja disiapkan bagi siapa saja yang ingin menjadi PNS dengan cara yang diberlakukan tapi tanpa aturan tertulis
            Nyatanya ? Komeng malah menolak. Dia sama sekali tak tertarik untuk  memanfaatkan peluang yang ditawarkan. Dan peluang itu pasti mudah diraih dan mereka tak akan tertipu, karena seorang paman Badrun punya kedudukan yang strategis.
            Hanya, percuma Badrun memaksa, karena ia tahu persis siapa Komeng. Dan, kalau pun ia mencoba membujuk agar mengikuti jejaknya, Badrun jadi sangat maklum Komeng menyatakan tak berminat
            “ Yaa, apa boleh buat jika kau malah bersikeras menolak. Tapi, kau jangan tersinggung jika aku menga takan kau tidak akan lulus “
            Komeng malah menanggapi peringatan Badrun dengan senyum. Malah lagi, tertawa terkekeh kekeh. Sepertinya, yang dikatakan oleh Badrun adalah hal lucu. Padahal, Badrun yang tak pernah melawak, paling menolak jika diajak ke panggung untuk melucu
Terlebih Badrun tak saja menjelaskan dengan serius. Tapi juga sangat yakin, siapa pun tak akan bisa lulus dan tak mungkin diterima jadi PNS, bila cara menempuhnya justeru dengan cara berbeda. Pasalnya, kenyataan semakin menjelaskan, mereka yang mela wan arus dan tetap bertahan di jalan lurus, dijamin pas ti hanya bakal tergerus. Sebab, yang dijami lulus hanya  khusus untuk mereka yang siap, berani dan rela menyuap.
“ Aku tetap menghargai prinsipmu, Meng.
Sekarang, ijinkan aku pamit “
Tapi, Badrun yang sudah berdiri dan siap meni nggalkan Komeng, tak bisa bergegas melangkah kare na Komeng meraih tangannya.
“ Kau tidak tersinggung jika aku mengatakan satu hal? “
Badrun tidak menyahut. Tapi gelengan kepala nya, sangat dimengerti Komeng.
“Aku hanya ingin mengingatkan. Yang menyo gok dan yang disogok, sama-sama menjadi penghuni neraka “
Badrun sempat kaget. Tapi, ia lebih ingin mene pis tangan sahabatnya. Komeng tak berusaha memper tahankan posisi tangannya. .
“ Kupikir kau mau bilang siap bergabung.
Tapi kau memang lebih pantas jadi ustadz, friend. Aku pamit “
Badrun segera beranjak. Komeng tak merasa di tinggalkan. Ia menyeruput sisa kopinya. Menghela na fas. Menatap jalan raya, yang semakin padat dengan berbagai jenis kendaraan. Komeng jelas melihat, masi ng-masing pengemudi lebih menonjolkan kepribadian mereka yang hanya dipenuhi oleh egoisme pribadi









Bersambung….

0 komentar:

Post a Comment