Friday, August 2, 2013

ADA CERITA (4)

NYANYIAN HATI
Oleh: Oesman Doblank

EMPAT


          Padahal, saat itu juga - Jika tidak malu dengan usia dan tidak riskan dengan statusnya sebagai calon mertua yang harus dijaga dan diperlihara dengan sebaik baiknya, ngejitak Marwan atau menjewer telinga calon mantunya adalah pilihan utama yang mestinya tak noleh dibatalkan. Dua hal ini, membuat pak Karim harus ikhlas untuk meredam kejengkelannya.
          Terlebih, ia tahu, calon menantunya, memang nyeleneh. Dan kenyelenehan Marwan sudah tertangkap ketika Mirna, putrinya, membawa Marwan ke rumah dan mengenalkan pada ayahnya. Saat itu, ia lupa menyuruh Mirna menyediakan air buat Marwan dan putrinya yang memang tidak biasa melakukan pekerjaan di rumah, tidak ngeh jika ia membawa sang pacar ke rumah.
          Marwan, tak berpikir jika mereka baru ke nal. Entah karena memang haus atau hal lain, ia tidak sungkan mengatakan, ia harus pamit sebentar karena harus mencari warung atau toko, untuk membeli air mineral.
          “Lhoo, kenapa harus beli? Kalau kamu haus dan ingin minum,  di sini saja “
          “Niat saya seperti itu, pak. Sebagai tamu saya ingin disediakan minum dan dengan ikhlas menikmatinya. Tapi, apa yang harus saya minum jika sejak tadi, yang ada di meja hanya  taplak, asbak dan pot bunga “
         Nyeleneh, kan?
         Saat itu, tentu saja pak Karim merasa disentil. Ia sadar, ia salah karena tak memuliakan tamunya. Mestinya, jika ia tidak bisa beranjak dari ruang tamu karena harus menemani Marwan, segera menyuruh putrinya menyediakan air. Eeh, tahu putrinya memang malas, ia malah diam dan baru sadar setelah Marwan memperlihatkan kenyelenahannya.
          Waktu itu, tentu saja, pak Karim maklum atas sikap Marwan yang nyeleneh. Malah, ia agak kagum. Ia menilai calon mantunya berwatak blak-blakan. Berani mengatakan apa yang harus dikatakan.
          Tapi saat ini ?
          Jika ia harus maklum, bagaimana nasib ide yang sudah dikonsultasikan secara intensif ke pakar acara pernikahan. Jika tidak maklum, bagaimana jika calon mantunya malah konsisten mempertahankan pandangan pribadinya yang tak suka dengan gagasannya.
         Setelah menghela nafas dan berusaha tenang, pak Karim mulai berusaha menampilkan wibawanya.
         “ Kamu tahu, saat ini sedang berhadapan dengan siapa? “ Tanya pak Karim
         Melihat sikap calon mertuanya yang berusaha menampilkan wibawa, Marwan bukan takut malah ingin langsung tertawa. Untungnya , ia berpikir jernih. Yang kemudian diputuskan Marwan, mencoba mengamini kemauan calon mertuanya yang sedang memperlihatkan kewibawaan yang sesungguhnya.
          Tentu saja Marwan menjawab, jika ia sedang berhadapan dengan pak Karim. Ayah Mirna dan sekaligus calon mertuanya.
          “Kalau kamu tahu dengan siapa kamu berhadapan, mestinya jangan macam-macam?“
 Kata sang calon mertoku yang langsung merasa ada di atas angin
         “Macam-macam? Maaf pak, kayaknya sejak datang saya tidak macam-macam. Malah, kurang dari semacam karena saya belum membahas soal rencana bapak secara mendalam, “ kilah Marwan













Bersambung....

0 komentar:

Post a Comment