Tuesday, August 6, 2013

ADA CERITA (7)

NYANYIAN HATI
Oleh: Oesman Doblank

TUJUH


    Sebenarnya, Pak Karim yang saat ditinggalkan oleh Marwan hanya bisa ternganga, sangat  ingin memanggil Marwan dan meminta agar dia kembali dan tetap duduk bersama untuk melanjutkan perundingan. Tapi, entah mengapa pak Karim justeru tak bisa melakukannya. Mulut pak Karim  seperti terkunci atau boleh jadi ada yang mengunci.
    Pak Karim yang  hanya bisa memandang sosok calon menantunya yang tak lama kemudian menghilang, seperti menyesali kebodohannya karena tak mampu meminta Marwan untuk tetap duduk bersamanya dalam perundingan.
     Dengan langkah gontai, pak Karim hanya bisa kembali ke kamar.
    Meski ragu, pak Karim tetap mengabarkan hasil pembicaraan dengan sang calon menantu ke isterinya. Bu Karim bukan tidak kaget. Namun, ia justeru merasa sangat senang, karena kabar yang baru saja dikatakan oleh  suaminya, memang sangat diharapkan.
     Sebab, yang diinginkan Bu Karim, putrinya, Mirna, tidak menikah dengan Marwan. Soalnya, Bu Karim sudah terlanjur yakin kalau dirinya tidak akan bisa menerima kehadiran Marwan dan dia sudah lebih dahulu menyimpulkan tidak akan pernah bisa dekat dengan calon mantunya yang dinilainya sok idealis, sok berprinsip dan kenyelenehan Marwan juga menjengkelkan.
    Maklum, bu Karim prototipe manusia yang lebih suka basa-basi. Sedangkan Marwan, malah lebih suka mengatakan apa adanya. Bahkan, sangat blak-blakan. Maunya selalu to the point. Menurut bu Karim, orang seperti Marwan, menyebalkan. Sebab, selama kenal dengan Marwan, tak pernah sekalipun anak muda itu memuji bu Karim. Baik saat dirinya tampil dengan dandanan cantik, maupun ketika bu Karim mengatakan kalau dia berasal dari keluarga terhormat karena orangtuanya termasuk salah satu dari sekian banyak orang kaya di kampungnya.
    Karakter Marwan yang ceplas ceplos lebih sering membuat bu Karim malah sebal.  
    Bukan tanpa alasan.
    Setelah Mirna mengenalkannya, bu Karim pernah sengaja berbincang dengan Marwan. Saat itu, Marwan datang dengan lenggang kangkung. Bu Karim sedang ingin martabak. Bu Karim pikir, Marwan yang meletakkan ransel dan membukanya, akan mengambil martabak kegemarannya. Gak taunya, dengan gaya yang begitu santai, Marwan malah mengeluarkan kamera dan membersihkan peralatan kerjanya. Tanpa bilang,” Maaf lhoo bu kalau mengganggu”
     Padahal, begitu bu Karim tahu apa yang diambil dan kemudian dilakukan Marwan, beliau memberi isyarat ingin dibelikan martabak dengan mengatakan:
     “Waaah, ibu kira mengeluarkan martabak. Gak taunya, yang muncul kamera,” kata bu Karim, yang meski kesal tapi mampu berakting dengan dayanya yang  sok ngajak bercanda.
     Bu Karim, yang sebenarnya kecewa tapi membalut kekecewaannya dengan gaya canda, makin merasa kecewa saat Marwan – dengan begitu tenang, mengatakan:.
     “Bu..martabak tuh harganya murah. Kalau kamera ini saya jual, dan saya belikan martabak, yang kebagian bukan cuma se-erte, bu. Tapi, se-erwe.”









Bersambung………

0 komentar:

Post a Comment