Thursday, August 1, 2013

ADA CERITA (3)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


TIGA


            Terlebih, jika pak Karim ingat pada pujian yang dilontarkan oleh pakar pesta pernikahan, yang mengaku tulus saat menilai dan mengatakan ide pak Karim tak sekedar hebat. Tapi juga sangat cemerlang. Kepingin rasanya ia ngegetok sang calon mantu yang dianggapnya kurang ajar itu
            Nggak ada alasan untuk tidak kesal pada Marwan, sang calon menantu yang malah mengatakan untuk apa perkawinannya diwarnai oleh kemeriahan pesta yang walaupun harus menghabiskan sekarung uang tapi pak Karim rela, eeeh, malah dianggap sebagai ide dan perbuatan yang mubazir.
            Bayangkan ! Ide hebat dan cemerlang malah dianggap mubazir. Dari mana bisa pak Karim lenyapkan kesal dan tak menuding calon mantunya  edan, jika pola pikir Marwan yang bertabrakan, hanya menonjolkan permasalahan dan melahirkan kekesalan
             “ Maaf, pak, mestinya bapak tidak perlu emosi seperti itu, “ tanggap Marwan
             “Saya tidak emosi,” sahut pak Karim yang bilang tidak emosi, tapi ia nyaris tak mampu menyembunyikan emosinya
            “ Syukur kalau bapak tidak emosi. Hanya, jika memang tidak emosi, harus bapak buktikan ”
           “Apa sih maksud kamu?” Tanya pak Karim, yang kepingiiiin banget ngejitak kepala mantunya yang berambut gondrong.
          “Maksud saya,” kata Marwan dengan begitu tenang. “ Bapak kan baru saja bilang tidak emosi. Nah, jika yang bapak katakan benar, buktikan. Bapak duduk dan bersikaplah biasa saja. Kalau bapak tegang seperti itu, mana bisa saya percaya kalau bapak tidak emosi”
          Pak Karim – mau tak mau, harus berusaha menjadi orangtua yang arif. Orangtua yg memang harus mampu menyesuaikan kata-kata yang baru saja diucapkan. Sedangkan sikap yang baru saja diperlihatkan, sangat tidak sesuai dengan apa yang baru saja ia katakana
          “Maunya kamu saya duduk seperti ini, dan tersenyum seperti ini,” kata pak Karim yang terpaksa duduk dan menyusun senyum, meski dongkolnya tak bisa remuk redam.
          “Maksud saya, yaa, bisa dikatakan begitu , pak. Kita, kan, sedang berdiskusi tentang perkawinan saya dan Mirna. Itu pun, pasti nikahnya jika saya sudah melamar secara sah. Saat ini, kan baru rencana melamar dan belum masuk ke substansinya?”
          “Tapi kamu harus melamar anak saya. Sebab, kalian kan, sudah bertunangan dan saya sudah kabarkan ke banyak orang, kamu akan melamar dan saya sudah  mempersiapkan rencana pesta perkawinan “
          ”Naaah, disitulah letaknya kenapa saya harus  secara spontan mengatakan saya  tidak simpatik kepada bapak. Padahal, bapak calon mertua saya. Padahal, selama ini saya tak punya alasan untuk tidak simpatik sama bapak Tapi hari ini“
          “Apa kamu bilang?”
          “Pak…beri saya alasan agar saya simpatik pada bapak dan juga bisa ikhlas mendukung rencana bapak, “ tegas Marwan.
          Ketegasan sikap yang diperlihatkan oleh calon mantunya, nyaris membuat pak Karim tak bisa menahan amarah. Namun, Pak Karim mencoba menetralisir emosinya.

Bersambung…….

0 komentar:

Post a Comment