Wednesday, August 21, 2013

ADA CERITA (15)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


LIMA BELAS


         Meski dadanya bergemuruh, Marwan te tap berusaha mengendalikan dirinya. Ia memba las dengan sikap seperti biasa.
        “ Kamu di mana dan sedang apa, say?“
         Marwan sengaja mengimbangi kemesraan Mirna, karena tak berharap isterinya tahu jika posisinya sudah di depan rumah. Juga tak ingin  isterinya curiga, dan tahu  jika  suaminya se dang menginvestigasu  kebohongan isterinya
          “Aku di pelupuk mata abang. Hihihihi, tepatnya, mama sedang di halaman rumah kita. Baru mau nyiram tanaman, tapi batal. Maklum,  baru mau nyiram tanaman, eh, mantan pacar mendadak ngontak mama “
          Marwan tak mendengar suara lain. Ia ya kin, ibu-ibu yang sedang kumpul, sudah saling mengatur diri. Sudah menerapkan kerja sama. Mereka bisa kompak karena terbiasa mengha dapi hal seperti ini. Tak merasa repot menahan keinginan bersuara atau tertawa. Atau entahlah, yang jelas Marwan hanya mendengar suara isterinya
         Marwan turun dari motor,  melangkah ke pagar rumahnya. Lalu memandang ke halaman rumah, memastikan. Memang  tak ada siapa pun. Marwan yakin, ia tak melihat  isterinya yang mengaku baru akan menyiram kembang.  Marwan jadi yakin, isterinya memang tak ada di rumah dan Mirna baru saja berdusta.
         “Pantas tanaman kita semakin subur dan hijau daunnya sangat luar biasa. Nggak taunya, selalu dirawat dan dijaga dengan apik. Oke, iste riku sayang, selamat nyiram tanaman, yaa Sa lam mesra buat tanaman kita. Sampai jumpa “
         “ Terima kasih abang sayang. Mmuuah “
         “Mmuuah,” Marwan membalas mmuah isterinya
         Marwan mengembalikan hapenye ke saku celana Misi pribadinya, sukses. Fakta sudah ia dapatkan. Kenyataan telah ia buktikan. Perta ma, isterinya tak mengangkat telpon rumah. Ke dua, mengaku di halaman rumah dan sedang menyiram tanaman, padahal, saat bicara, Mar wan di luar pagar rumah mereka. Menyaksikan, di halaman rumah hanya ada sepi dan tak ada yang sedang atau ingin menyiram tanaman. Jika ada air mengucur dari slang air dan jatuh ke tanaman, yang sedang menyiram, pasti bu kan Mirna. Tapi, setan.
         Dada Marwan memang bergemuruh. Sa kit rasanya dibohongi isteri. Betapa kesal, kece wa dan ingin rasanya, Marwan marah pada Mir na. Selama ini, ia menyangka Mirna tak punya waktu dan hasrat mendustainya. Ternyata, isteri nya sedemikian pandai merajut dusta. Dan, Mar wan membuktikan, dusta Mirna begitu nyata.
         Meski begitu,  kemampuan Marwan me ngendalikan emosi, sangat luar biasa. Ia begitu marah, tapi  hatinya tetap teduh.
          Marwan menghidupkan motornya. Ia kembali meluncur. Tujuannya, ke rumah bu Maemunah. Lokasinya, di gang sebelah. Tak lama Marwan sudah di sana. Setelah   mematikan mesin motornya, dengan tenang Marwan melangkah. Hanya, langkahnya tertahan karena pagar halaman rumah bu Maemunah digembok. Tapi, dari tempatnya berdiri, Marwan melihat beberapa pasang sandal berserakan.










Bersambung…….         

0 komentar:

Post a Comment