Thursday, August 29, 2013

ADA CERITA (17)

NYANYIAN HATI
Oleh: Oesman Doblank


TUJUH BELAS


         Dan yang terpenting, karena Marwan bertekad un tuk membangun keluarga sakinah. Keluarga yang dengan segenap kelebihan  dan kekurangan yang ada, saling berusaha untuk memaklumi dan menjadikan ke salahan suami atau isteri sebagai sarana dan prasarana untuk menciptakan keharmonisan. Bukan untuk me ngembangkannya menjadi konflik yang menda lam dan akhirnya hanya berbuah ketidak-har monisan.
          Untuk itu, Marwan harus membuktikan, kalau ia adalah suami yang baik. Suami yang memiliki integritas dan semangat untuk kesaki nahan Bisa memaklumi dan juga mencari solu si. Bisa menjelaskan dan sekaligus menyadar kan, sehingga isteri yang merasa bersalah, lebih berkeinginan memperbaki kesalahannya dan bu kan lebih ingin mengulang bahkan merancang untuk kembali melakukan  kesalahan yang sama
          Padahal,  kesalahan Mirna sangat nyata. Bisa dikategorikan telah melakukan kesalahan fatal. Tertang kap tangan sedang di rumah tetangga. Tertangkap lang sung, setelah sebelumnya sengaja berdusta. Memanfaat kan sikap mesra untuk mengelabui suaminya, yang dikira benar-benar sedang di kantor saat ia mengatakan sedang berada di halaman rumah dan baru akan menyiram tanaman
         Keinginan memberi maaf pada Mirna dan kei nginan untuk tetap membimbing isterinya, juga harus riil. Yang lantas diharapkan, Mirna tak sekedar menger ti. Tapi, juga mau memahami. Jika itu yang terjadi, iste rinya pasti bisa memperbaki kekeliruannya dengan mu dah. Bahkan, Mirna bisa kembali berangkat  dari halte kesalahan, dan selamat sampai ke tujuan yang diingin kan. Yaitu,  terminal kebaikan.
         Jika semua yang diperkirakan dapat diwujud-nyatakan, tak cuma membuat Mirna bisa memperkuat pendiriannya menjadi tidak goyah. Tapi keinginan yang kuat untuk selalu memperbaiki kekeliruan, akan menjelma dengan sendirinya
         Karena Mirna tak menyahut, tak memberi kunci rumah yang barusan diminta suaminya, Marwan  me ngikuti Mirna yang bergegas melangkah ke sepeda motor mereka. Marwan tak melihat, dari dalam rumah, Bu Maemunah dan beberapa ibu lain, mengintip mere ka
         Begitu tenang Marwan,saat menghidupkan mesin motornya. Begitu mampu Marwan diam - tak lagi ber tanya, meski gemuruh di dadanya bagai gelombang sa mudra. Marwan harus mampu mengkondisikan dirinya seperti itu, karena jika tidak, ia pasti akan memperla kukan Mirna dengan cara yang beda. Terlebih, Mirna yang dengan terpaksa  naik ke motor, sama sekali tak bersuara. Ia tetap membisu.
         Marwan merasa tak perlu  bertanya atau memper tanyakan, karena ia tahu apa hasilnya. Kebisuan Mirna yang dalam kondisi mental terpuruk, tetap hanya mela hirkan kebisuan, meski ia bertanya dengan cara mem bentak
         Bahkan, sampai di ruang tamu rumah mereka, Mirna tetap  membisu. Tak punya keberanian menatap Marwan. Mirna hanya mampu menatap lantai ruang ta mu.
         Marwan membiarkan Mirna yang duduk di kursi ruang tamu, dalam posisi batiniah yang serba salah. Se telah mengambil dua gelas air mineral, Marwan meng hampiri isterinya. Satu air mineral gelas diletakkan di depan Mirna. Setelah meminta agar isterinya minum air putih yang ia berikan, Marwan mereguk air dari gelas di tangan kanannya.




Bersambung……..

0 komentar:

Post a Comment