Monday, August 5, 2013

ADA CERITA (6)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank


ENAM


   Karena Marwan seperti mendesak atau ingin mendapat jawaban, Pak Karim tak lagi berpikir panjang. Merasa terpaksa, pak Karim  menjawab apa adanya
   “Yaa, saya memang bingung. Soalnya, saya belum tahu kapan tepatnya anak saya harus kamu lamar. Tapi, bukan berarti saya tidak senang, “ ujar Pak Karim
   “ Saya justeru senang karena memang menanti kesungguhan dari kamu,” tambah pak Karim
    “Syukur kalau bapak senang. Hanya, saya baru akan melamar jika bapak menyetujui dua hal yang akan saya ajukan kepada bapak,” Marwan langsung menanggapi
    “Lhoo, kenapa malah kamu yang harus ajukan syarat. Mestinya, kan saya yang berhak mengajukan syarat, “ protes pak Karim
   “Saya tidak keberatan jika bapak memang ingin mengajukan persyaratan. Dan, apa salahnya jika kita saling mengajukan persayaratan “
   “Saya setuju. Itu namanya, kita saling menghargai hak orang lain dan menjunjung tinggi azas kesama-rataan.. Karena saya setuju, silahkan kamu jelaskkapa syarat yang akan kamu ajukan “
    Marwan tak mau lagi membuang waktu. Ia berpikir harus memanfaatkan peluang yang ada di pelupuk mata dengan sebaik baiknya. Makanya, tanpa ragu, Marwan segera mengemukakan dua permintaan. Pertama, kata Marwan, ia akan melamar secara resmi sebulan ke depan dan ia tak ingin ada jawaban lebih baik dipercepat atau malah lebih baik diundur. Untuk hal kedua, Marwan menegaskan, jika memang pak Karim rela menikahkan anaknya dengan Marwan, pak Karim harus rela jika saat pernikahan berlangsung, yang menonjol hanya acara akad nikah. Bukan acara resepsi pernikahan
    “Tanpa pesta?” Potong pak Karim yang spontan  tercengang.
    “Pak…bukan tanpa pesta. Tapi, tanpa semangat foya-foya. Soalnya, yang mau menikah itu saya dengan Mirna. Sedangkan bapak, hanya mengijinkan dan menikahkan. Jadi, jika bapak setuju, bulan depan saya akan melamar dan saat pernikahan saya tak ingin ada pesta yang hanya menghamburkan uang dan hanya membuat kita semua lelah.
    Jika bapak tidak setuju, saya tidak akan melamar dan ikhlas untuk tidak menikah dengan Mirna”
    Syarat yang diinginkan Marwan,  membuat pak Karim tak hanya kelabakan. Beliau kesal setengah mati, karena syarat dari Marwan benar benar bertolak belakang dengan syarat yang ingin dia sampaikan. Syarat dari pak Karim justeru sebaliknya. Sebab, pak Karim sudah merancang, saat pernikahan putrinya, suasana pesta justeru sangat meriah.
    “Tidak bisa. Saya sama sekali tidak setuju”
    “Yaa, sudah. Jika memang bapak tidak setuju, apa boleh buat, Saya rela, kok, tidak jadi berumah tangga dengan Mirna. “
    Brengseknya, setelah itu, Marwan tak memberi ruang untuk meneruskan dialog. Tanpa peduli pada kekesalan pak Karim, Marwan langsung pamit. Pak Karim bukan tak ingin mencegah. Tapi, sinyeleneh Marwan, setelah bilang permisi malah dengan cepat meraih tangan pak Karim dan mencium dengan khidmad. Setelah itu, Marwan bergegas meninggalkan ruang tamu rumah pak Karim.









Bersambung……..

0 komentar:

Post a Comment