Tuesday, August 20, 2013

ADA CERITA (14)

  NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

EMPAT BELAS

Makanya, Senin minggu ketiga bulan Mei, sudah dirancang oleh Marwan sebagai hari yang tepat untuk mencari fakta konkrit dan membuktikan, apakah informasi yang diperoleh dari tetangga benar atau hanya isapan jempol belaka. Atau, sebatas fitnah.
 Setelah usai shalat sunat Dhuha, khu suk berdoa dan menenangkan dirinya, Marwan meninggalkan mesjid yang jaraknya hanya se kitar satu kilometer dari gerbang komplek peru mahan Nurani Sejati Indah, tempat tinggalnya.
Sesampai di depan rumahnya, Marwan mematikan mesin motornya. Ia tak perlu larak lirik. Senin, pagi, suasana sekitar jam sembilan biasanya sepi. Bapak-bapak sudah berangkat ke kantor. Anak-anak sudah ke sekolah dan keba nyakan ibu komplek yang baik, pasti sibuk ma sak atau mengurus rumah.
Makanya,   meski sudah menstandarkan motor kreditannya yang sudah lunas sejak tiga bulan silam, Marwan tetap di atas sadel motor. Dengan tenang ia mengambil  hand phone dari saku celana. Marman menghubungi nomor tel pon rumahnya. Tak ada yang mengangkat. Dua kali, nada dering kembali berbunyi. Tetap tak diangkat. Setelah tiga kali menghubungi tapi tak ada yang mengangkat, Marwan yakin,  Mir na memang sudah tak ada di rumah.
Marwan lalu mengontak  nomor hape    Mirna. Ia tersenyum karena mendengar nada de ring dari seluler Mirna. Malah, Mirna begitu ce pat bereaksi. Langsung menyapa Marwan deng an begitu mesra.
          “Hallo, abang sayang? Sudah sampai di kantor ,ya? Selamat bekerja,  selamat menja lankan tugas, semoga hari ini, abang sayang da pat menyelesaikan semua urusan  dengan  ha sil yang memuaskan ”
          Kemesraan yang diciptakan Mirna, sama sekali tak mengejutkan. Marwan dan isterinya, memang sudah komit untuk saling menghargai. Saling bersikap mesra dan berusaha mencip takan kemesraan dalam kondisi apa pun. Mar wan tak heran. Sejak enam bulan silam, ia dan Mirna memang berusaha saling berbagai kemes raan. Begitu jadi pengantin baru, Marwan me minta agar Mirna berkenan membangun kemes raan bersama Marwan yang sudah sah menjadi suaminya
         Tapi, kali ini, ketenangan Mirna, menurut Marwan sangat luar biasa. Boleh jadi karena is terinya sama sekali tidak tahu jika Marwan,  su aminya, sudah di depan rumah mereka dan bu kan seperti yang diduga oleh Mirna, di kantor. Dan, boleh jadi, kemesraan yang telah tercipta dan dirasakan selama ini, adalah kemesraan yang juga sama - seperti dinikmati Marwan di pagi ini, adalah kemesraan hampa. Kemesraan  yang indah di luar tapi runyam di dalam karena pembalutnya bukan ikhlas. Tapi, dusta.










Bersambung…………

0 komentar:

Post a Comment