Friday, August 16, 2013

ADA CERITA (12)

NYANYIAN HATI
Oleh : Oesman Doblank

DUA BELAS



                                                  (3)          



             MESTINYA, Senin pagi, setelah shalat Subuh, Marwan bisa lebih lama berdzikir. Bah kan,  bisa leluasa semisal ia ingin seperti biasa, bertadarus, membaca Al Qur’an. Setelah itu,  tinggal memilih. Kembali bobo sampai dhuha tiba,tak masalah. Mau joging sendirian, keliling komplek perumahan, nyehatin badan, jelas oke juga.  Mengajak Mirna, isterinya, lebih oke Toh, semisal Mirna mau, paginya tak merepot kan. Ia hanya buatkan kopi susu dan roti bakar buat Marwan
           Kalaupun harus masak, pasti hanya untuk  makan Mirna sendiri. Marwan, suaminya, setiap  pagi lebih terbiasa minum kopi susu dan roti bakar. Ia tak biasa sarapan atau makan di pagi hari.  Sudah dicoba tapi tetap saja perutnya tidak mau kompromi. Ujung ujungnya pasti langsung ke belakang
          Ya, mestinya, Senin pagi, seusai shalat Subuh dan berdzikir seperti biasa,  Marwan tak perlu bergegas ke kamar mandi. Tak perlu re pot  membersihkan tubuh. Tak perlu repot ber patut diri di cermin setelah  berpakaian rapi. Tak perlu terburu-buru menyeruput kopi susu dan menikmati roti bakar buatan Mirna. Setelah memakai sepatu pun tak perlu cepat pamit pada isteri tercinta. Lalu, mengecup kening dan pipi nya, yang memang tak boleh alpa
         Juga tak perlu panaskan mesin sepeda motor sejenak. Setelah   mesin motornya normal, juga tak perlu bergegas berangkat, meninggal kan rumah menuju kantornya di salah satu ka wasan elit di Jakarta Selatan.
        Toh, boss sudah menerima surat permohonan cuti yang seminggu silam diajukan Mar wan. Jum’at kemarin, boss sudah  menyetujui dan mengijinkan Marwan untuk ambil cuti se lama tiga hari kerja,  mulai Senin sampai Rabu.
        “Lebih dari itu, aku pasti langsung potong gaji kamu,” kelakar pemimpin redaksi  yang ak rab dengan para wartawan, karena dengan ak rab, dia selalu disupport dan anak buahnya pun rela kerja keras agar media mereka laku di pasaran  
Mestinya, tentu saja Marwan tak perlu bergegas seperti biasanya. Ia bisa berleha-leha di rumah. Juga bisa melakukan apa saja untuk bikin enjoi otak dan tubuhnya, yang selalu kerja keras sampai tengah malam. Toh,  me mang sedang cuti.
           Hanya, Marwan  yang sengaja tak bilang sedang cuti pada Mirna, justru bersikap seperti biasanya. Setelah shalat Subuh, berdzikir, Mar wan segera menyibukkan diri dan di saat yang sama seperti hari sebelumnya, Marwan  sudah bersiap untuk berangkat ke kantor.
Makanya, Senin pagi, ia tetap  mening galkan rumah. Sengaja dilakukan, agar Mirna yang memang sengaja tak dikabarkan ia sedang  cuti, yakin, Marwan, suaminya Senin sampai Jum’at, pasti berangkat ke kantor
Padahal, setelah Marwan pamit dan meninggalkan rumah, niatnya bukan bergegas sampai ke kantor. Juga bukan ke rumah janda muda atau ketemu dengan pacar gelap di suatu tempat.
Begitu keluar dari pintu gerbang kom plek perumahan, tempat yang dituju Marwan, hanya satu: mesjid. Lokasinya tidak jauh dari pintu gerbang komplek. Tepatnya di sebuah kawasan perkampungan dan jaraknya hanya sekitar satu kilo meter.





Bersambung……..

                                           

0 komentar:

Post a Comment